Siswa SMPN 2 Kota Mojokerto Dianiaya Gerombolan Murid Teladan

Siswa SMPN 2 Kota Mojokerto Dianiaya Gerombolan Murid Teladan

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 30 Jan 2024 13:22 WIB
Orang tua korban menunjukkan surat tanda terima laporan dari Polres Mojokerto Kota
Orang tua korban menunjukkan surat tanda terima laporan dari Polres Mojokerto Kota. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Orang tua seorang siswa SMPN 2 Kota Mojokerto terpaksa melapor ke polisi setelah putranya dianiaya gerombolan Murid Teladan (MTd) di sekolah tersebut. Korban berulang kali dipukuli di bagian perut dan kepala hingga merasa pusing dan tidak nyaman berada di sekolah.

Ketika ditemui detikJatim, orang tua korban, DN (38) dan RL menunjukkan surat tanda terima laporan dari Polres Mojokerto Kota tanggal 26 Januari 2024 terkait dugaan penganiayaan. Ibu korban, RL berusaha keras menahan air mata ketika menceritakan pengeroyokan yang menimpa putranya.

Dalam surat nomor STTLPM/33.SATRESKRIM/I/2024/SPKT/POLRES MOJOKERTO KOTA/POLDA JAWA TIMUR ini, ayah korban sebagai pelapornya. Sedangkan terlapornya yakni 2 siswa SMPN 2 Kota Mojokerto berinisial RM dan ED. Kedua terlapor merupakan teman satu angkatan korban. Hanya saja mereka di ruang kelas berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayah korban, DN menuturkan, gesekan putranya dengan kawanan MTd berawal pada Senin (22/1). Kejadian berawal saat siswa berusia 12 tahun itu bermain basket di lapangan SMPN 2 Kota Mojokerto, lalu bolanya tiba-tiba direbut RM yang notabene anggota MTd. Korban pun merebut kembali bola tersebut setelah permintaannya secara baik-baik tak digubris RM.

"Jam 12 hari yang sama, anak saya dicegat di tangga saat mau turun dari kelas oleh kelompok MTd, tapi bisa lolos. Kurang tahu saat itu mau diapakan. Selasa (23/1) pulang sekolah anak saya cerita ke kami orang tua, saya tenangkan. Dia merasa kurang nyaman di sekolah," kata DN kepada detikJatim, Selasa (30/1/2024).

ADVERTISEMENT

Keesokan harinya, Rabu (24/1), lanjut DN, putranya mendapatkan dispensasi dari SMPN 2 Kota Mojokerto untuk pulang lebih awal. Sebab, siswa kelas 7 itu harus bersiap mengikuti pertandingan bola basket antarsekolah di SMAN 1 Bangsal, Kabupaten Mojokerto. Sampai di halaman sekolahnya saat akan pulang sekitar pukul 09.30 WIB, korban dihampiri gerombolan MTd.

"Anak saya dituduh bicara kotor ke RM, ED, dan kelompoknya, juga diancam supaya tidak melapor ke guru BK. Kebetulan ada orang tua siswa menegur anak saya supaya segera pulang sehingga mereka bubar," ungkap DN.

"Hari yang sama jam 11.30 WIB, saat tim basket akan berangkat ke SMAN 1 Bangsal, anak saya kembali didatangi kelompok MTd akan dikeroyok. Namun, kembali gagal karena para wali murid yang akan mengantar memanggil anak-anak," terang DN.

MTd yang terdapat RM dan ED terus mencari korban. Puncaknya pada Kamis (25/1) sekitar pukul 12.00 WIB, RM memanggil korban untuk diajak ke tangga laboratorium IPASMPN 2 Kota Mojokerto.

Menurut DN, pada jam istirahat kedua tersebut, tempat itu sedang sepi. Sedangkan putranya yang sendirian dikerumuni sekitar 20 siswa lebih anggota kelompok MTd. Saat itulah anaknya dianiaya RM dan ED.

"RM memukul perut 1 kali, ED memukul perut 1 kali dan menendang perut 1 kali. Baru anak saya membalas untuk membela diri ke ED. Kemudian ED memukul tengkuk atau kepala belakang anak saya berkali-kali. Anak saya kesakitan, tapi tetap dipukul. ED juga menyikut kepala anak saya sehingga pelipis kanannya luka gores. Kemudian ada kakak kelas yang tahu memisah perkelahian itu," jelasnya.

Intimidasi MTd membuat korban terpaksa bungkam, termasuk kepada orang tuanya. Orang tua pelajar asal Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto ini baru tahu kalau putranya dianiaya di sekolah pada Jumat (26/1) sekitar pukul 19.40 WIB.

Saat itu, ibu teman korban yang menginformasikan penganiayaan tersebut kepada ibu korban. Ternyata, teman korban juga pernah mengalami kejadian serupa.

"Hari Jumat itu anak saya masih pusing, luka baret di pelipis kanan sudah mulai mengelupas, kancing seragamnya lepas 3. Semoga tidak ada apa-apa dengan anak saya setelah dipukuli kepala belakangnya. Secara psikis sebenarnya dia resah di sekolah itu. Kami sebagai orang tua yang takut," ungkapnya.

RL menambahkan, MTd bukanlah kumpulan siswa teladan dalam arti sesungguhnya. Namun, kumpulan anak-anak nakal di SMPN 2 Kota Mojokerto. Sekali berkelahi dengan kelompok ini, kalau korban menang, korban akan diminta baku hantam dengan anggota kelompok lainnya secara bergilir.

"Itu cerita anak saya dan cerita temannya yang pernah mengalami," ungkapnya.

Ketika tahu putranya dianiaya RM dan kawan-kawan, ibu tiga anak ini mengaku langsung menelepon wali kelas. Sambil menangis ia menceritakan penganiayaan yang dialami putranya kepada wali kelas. Ia meminta sekolah segera melakukan tindakan.

"Jawaban wali kelas akan dilaporkan ke kepala sekolah. Saya tidak puas, langsung bilang ke suami. Ketika laporan di Polres Mojokerto Kota, kepala sekolah didatangkan juga," tandasnya.




(hil/dte)


Hide Ads