Tahun ini, Nahdlatul Ulama (NU) memperingati Harlah ke berapa? NU memperingati Harlah ke-101 dan ke-98, berikut ini penjelasannya.
Dikutip situs resmi NU Jabar, dalam versi tahun Hijriah, NU memperingati Harlah ke-101 tahun ini. Hari istimewa itu jatuh pada 16 Rajab 1445 H atau 28 Januari 2024.
Sementara dalam versi tahun Masehi, NU akan merayakan Harlah ke-98. Puncak perayaanya akan digelar pada 31 Januari 2024 di kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar serangkaian acara untuk memperingatinya. Ada apa saja ya?
Rangkaian Acara Harlah NU di Yogyakarta:
Ketua Panitia Pelaksana Harlah Ke-101 NU, Syarif Munawi mengungkapkan rangkaian kegiatan dimulai dengan Istigasah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Bantul. Setelah Istigasah, acara dilanjutkan dengan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama. Halaqah Nasional ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta pada Senin (29/1/2024).
Berikutnya akan digelar Konferensi Besar (Konbes) NU di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta, pada Selasa (30/1/2024). Lalu puncak Harlah Ke-101 NU akan digelar di UNU Yogyakarta pada Rabu (31/1/2024).
Sekilas Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU)
Sekitar 98 tahun yang lalu, NU didirikan di Jombang, Jawa Timur. Saat ini, kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berada di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.
Ketua Umum PBNU saat ini yakni KH Yahya Cholil Staquf. Sementara Rais 'Aam-nya yakni KH Miftachul Akhyar. Hingga saat ini, jumlah anggota NU mencapai puluhan juta jiwa.
Latar Belakang Berdirinya Nahdlatul Ulama
Pada suatu era, Raja Ibnu Saud ingin menerapkan asas tunggal yakni Mazhab Wahabi di Makkah, Arab Saudi. Selain itu, ia juga ingin menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam.
Sebab, banyak muslim dari seluruh dunia yang ziarah di peninggalan sejarah Islam tersebut. Sehingga dianggap bidah.
Lantas apa itu bidah? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada 3 pengertian bidah. Berikut penjabarannya:
- Bidah adalah perbuatan atau cara yang tidak pernah dikatakan atau dicontohkan Rasulullah SAW atau sahabatnya, kemudian dilakukan seolah-olah menjadi ajaran Islam.
- Bidah adalah pembaruan ajaran Islam tanpa berpedoman pada sumber otoritatif, seperti Al-Qur'an, hadis, ijmak dan kias.
- Bidah adalah kebohongan, dusta.
Kalangan pesantren di Tanah Air menentang rencana Raja Ibnu Saud. Waktu itu, kalangan pesantren membela keberagaman, menolak pembatasan mazhab dan penghancuran warisan peradaban.
Demi mempertahankan sikap tersebut, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam di Yogyakarta pada 1925. Dengan begitu, kalangan pesantren tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Muktamar Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Makkah.
Itu merupakan muktamar yang akan mengesahkan keputusan Raja Ibnu Saud yang ingin menerapkan asas tunggal yakni Mazhab Wahabi. Sehingga kalangan pesantren tak tinggal diam.
![]() |
Kalangan pesantren membuat delegasi sendiri agar bisa ikut Kongres Islam Internasional. Nama delegasi tersebut Komite Hejaz. Ketuanya KH Wahab Hasbullah.
Alhasil, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Keputusan tersebut buah dari penolakan kalangan pesantren dan umat Islam di banyak penjuru dunia. Maka dari itu hingga saat ini di Makkah bebas beribadah sesuai dengan mazhab masing-masing.
Itu menjadi peran pertama kalangan pesantren di level internasional. Kalangan pesantren berkontribusi dalam memperjuangkan kebebasan bermazhab. Termasuk turut menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban.
Setelah itu, kalangan pesantren merasa perlu membentuk organisasi yang lebih sistematis. Itu sebagai upaya untuk mengantisipasi perkembangan zaman.
Sehingga muncul kesepakatan membentuk organisasi bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama). Organisasi tersebut berdiri pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Nahdlatul Ulama (NU) dipimpin KH Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar NU, Kiai Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar).
Kemudian, sang kiai juga merumuskan Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Dua kitab tersebut diejawantahkan dalam Khittah NU. Khittah NU tersebut dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak di bidang sosial, keagamaan dan politik.
(sun/dte)