Harlah NU 2024 Tanggal Berapa? Puncak Perayaan Akan Digelar di Yogyakarta

Harlah NU 2024 Tanggal Berapa? Puncak Perayaan Akan Digelar di Yogyakarta

Suki Nurhalim - detikJatim
Senin, 29 Jan 2024 20:07 WIB
Logo Nahdlatul Ulama (NU)
Logo Nahdlatul Ulama (NU)/Foto: Dok. NU
Surabaya -

Nahdlatul Ulama (NU) akan merayakan Hari Lahir (Harlah) di akhir Januari ini. Puncak perayaan akan digelar di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.

Dikutip situs resmi NU Jabar, dalam versi tahun Hijriah, NU akan memperingati Harlah ke-101. Hari istimewa ini jatuh pada 16 Rajab 1445 H atau 28 Januari 2024.

Sementara dalam versi tahun Masehi, NU akan merayakan Harlah ke-98. Puncak perayaan akan digelar pada 31 Januari 2024 di kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Puncak peringatan Harlah tahun 2024 ini dilaksanakan di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, peresmian gedung kampus UNU Yogyakarta oleh Presiden Jokowi, sekaligus peletakan batu pertama kampus baru UNU Yogyakarta yang merupakan kembaran dari kampus yang sudah ada dan merupakan bantuan dari Yang Mulia Muhammad Bin Zayed (MBZ) dari UEA," kata Wakil Ketua Umum PBNU, H Amin Said Husni dikutip situs resmi NU.

Twibbon Harlah NU 2024Twibbon Harlah NU 2024/ Foto: Twibbonize

Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU)

Sekitar 98 tahun yang lalu, NU didirikan di Jombang, Jawa Timur. Saat ini, kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berada di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.

ADVERTISEMENT

Ketua Umum PBNU saat ini yakni KH Yahya Cholil Staquf. Sementara Rais 'Aam-nya yakni KH Miftachul Akhyar. Hingga saat ini, jumlah anggota NU mencapai puluhan juta jiwa.

Latar Belakang Berdirinya Nahdlatul Ulama

Pada suatu era, Raja Ibnu Saud ingin menerapkan asas tunggal yakni Mazhab Wahabi di Makkah, Arab Saudi. Selain itu, ia juga ingin menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam.

Sebab, banyak muslim dari seluruh dunia yang ziarah di peninggalan sejarah Islam tersebut. Sehingga dianggap bidah.

Lantas apa itu bidah? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada 3 pengertian bidah. Berikut penjabarannya:

  • Bidah adalah perbuatan atau cara yang tidak pernah dikatakan atau dicontohkan Rasulullah SAW atau sahabatnya, kemudian dilakukan seolah-olah menjadi ajaran Islam.
  • Bidah adalah pembaruan ajaran Islam tanpa berpedoman pada sumber otoritatif, seperti Al-Qur'an, hadis, ijmak dan kias.
  • Bidah adalah kebohongan, dusta.

Kalangan pesantren di Tanah Air menentang rencana Raja Ibnu Saud. Waktu itu, kalangan pesantren membela keberagaman, menolak pembatasan mazhab dan penghancuran warisan peradaban.

Demi mempertahankan sikap tersebut, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam di Yogyakarta pada 1925. Dengan begitu, kalangan pesantren tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Muktamar Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Makkah.

Itu merupakan muktamar yang akan mengesahkan keputusan Raja Ibnu Saud yang ingin menerapkan asas tunggal yakni Mazhab Wahabi. Sehingga kalangan pesantren tak tinggal diam.

Kalangan pesantren membuat delegasi sendiri agar bisa ikut Kongres Islam Internasional. Nama delegasi tersebut Komite Hejaz. Ketuanya KH Wahab Hasbullah.

Alhasil, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Keputusan tersebut buah dari penolakan kalangan pesantren dan umat Islam di banyak penjuru dunia. Maka dari itu hingga saat ini di Makkah bebas beribadah sesuai dengan mazhab masing-masing.

Itu menjadi peran pertama kalangan pesantren di level internasional. Kalangan pesantren berkontribusi dalam memperjuangkan kebebasan bermazhab. Termasuk turut menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban.

Setelah itu, kalangan pesantren merasa perlu membentuk organisasi yang lebih sistematis. Itu sebagai upaya untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Sehingga muncul kesepakatan membentuk organisasi bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama). Organisasi tersebut berdiri pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).

Nahdlatul Ulama (NU) dipimpin KH Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar NU, Kiai Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar).

Kemudian, sang kiai juga merumuskan Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Dua kitab tersebut diejawantahkan dalam Khittah NU. Khittah NU tersebut dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak di bidang sosial, keagamaan dan politik.

Para Pendiri Nahdlatul Ulama

Hingga saat ini, yang biasa disebut sebagai pendiri NU adalah tiga kiai asal Jombang. Meski di luar mereka ada sederet nama lainnya yang turut berperan di awal-awal terbentuknya NU. Berikut ini tiga kiai asal Jombang tersebut:

  • KH Hasyim Asy'ari
  • KH Abdul Wahab Hasbullah
  • KH Bisri Syansuri

Mengapa mereka bertiga? Karena mereka yang berperan banyak di awal pembentukan NU. Mereka juga pimpinan tertinggi NU waktu itu.

Kiai Asy'ari adalah pemimpin tertinggi pertama yakni rais akbar. Disusul rais aam kedua yakni Kiai Wahab dan rais aam ketiga, Kiai Bisri.

Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:

1. Daftar Rais 'Aam NU dari Dulu hingga Saat Ini

  • KH Muhammad Hasyim Asy'ari
  • KH Abdul Wahab Hasbullah
  • KH Bisri Syansuri
  • KH Ali Maksum
  • KH Ahmad Shiddiq
  • Ag H Ali Yafie
  • KH Ilyas Ruhiat
  • Dr (HC) KH MA Sahal Mahfudh
  • Dr (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri
  • Prof Dr (HC) KH Ma'ruf Amin
  • KH Miftachul Akhyar

2. Daftar Ketua Umum dari Dulu hingga Saat Ini

  • KH Hasan Gipo
  • KH Ahmad Noor
  • KH Mahfudh Siddiq
  • KH Nahrawi Tahir
  • KH Abdul Wahid Hasyim
  • KH Muhammad Dahlan
  • Dr (HC) KH Idham Chalid
  • Dr (HC) KH Abdurrahman Wahid
  • KH Ahmad Hasyim Muzadi
  • Prof Dr KH Said Aqil Siroj MA
  • KH Yahya Cholil Staquf



(sun/iwd)


Hide Ads