Bagaimana Peristiwa Isra Mikraj? Ini Penjelasan soal Rasulullah Lihat Allah

Bagaimana Peristiwa Isra Mikraj? Ini Penjelasan soal Rasulullah Lihat Allah

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 29 Jan 2024 15:04 WIB
Woman hands praying for blessing from god on sunset background
Ilustrasi/Foto: iStock
Surabaya -

Isra Mikraj atau Isra Miraj menjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam. Isra Mikraj menjadi momen perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW. Bagaimana peristiwa Isra Mikraj terjadi?

Melansir laman Universitas Muhammadiyah Jakarta, Isra Mikraj merupakan dua peristiwa perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW. Isra adalah perjalanan malam hari yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Ka'bah (Makkah) menuju Baitul Maqdis (Yerusalam atau Madinah).

Mikraj adalah kenaikan. Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad SAW dari Baitul Maqdis melewati langit ketujuh menuju Sidratul Muntaha. Di tempat inilah Nabi Muhammad SAW disebut melihat Allah SWT dan wajah asli Malaikat Jibril.

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ - ١

Artinya: Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

ADVERTISEMENT

Mukjizat Isra Mikraj dibuktikan melalui Nabi Muhammad SAW yang melakukan teleportasi (pengalihan materi dari satu titik ke titik lain tanpa melewati jarak antara kedua titik) dengan jasad dan ruh. Peristiwa luar biasa ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Melansir laman NU Online, perjalanan Isra Mikraj itu membawa Nabi Muhammad SAW melihat surga dan neraka, serta peristiwa akhir zaman. Rasulullah SAW juga melihat langsung keadaan orang-orang yang disiksa di neraka dan mereka yang berada di surga.

Nabi Muhammad SAW pun dipertemukan dengan para nabi terdahulu dan mendapatkan perintah salat lima waktu. Perjalanan sangat jauh yang ditempuh Rasulullah SAW itu terangkai dalam waktu singkat menurut manusia biasa.

Dan, puncak Isra Mikraj adalah saat pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha. Apakah Rasulullah SAW benar-benar melihat Allah SWT di Sidratul Muntaha?

Ada beberapa pandangan soal apakah Nabi Muhammad SAW melihat Allah SWT dalam peristiwa tersebut. Menurut sayyidah 'Aisyah, Rasulullah tidak melihat Allah SWT di Sidratul Muntaha tetapi melihat malaikat Jibril. Hal ini dikuatkan dengan hadis:

عن مسروق قال دخلت على عائشة قلت هل رأى محمد ربه؟ فقالت لقد تكلمت بشيء قف له شعري قلت رويدا ثم قرأت لقد رأى من آيات ربه الكبرى قالت إنما هو جبريل

Artinya,: Diceritakan Masruq bahwa beliau mengatakan, 'Aku masuk ke (rumah) Aisyah, aku bertanya 'Apakah Muhammad (pernah) melihat Tuhannya?' Aisyah menjawab 'Sungguh engkau menanyakan sesuatu yang membuat kulitku merinding.' Aku (Masruq) mengatakan, 'Tunggu sebentar.' Kemudian aku (Masruq) membacakan ayat 'Sungguh, dia (Muhammad) telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesarannya) Tuhannya yang paling besar,' (Qs An-Najm ayat 18). Aisyah menjawab, 'Sungguh dia (yang dilihat nabi Muhammad) adalah Jibril,'" (HR Turmudzi).

Sementara menurut sahabat Ibnu Abbas, Rasulullah melihat Allah secara langsung dengan hatinya. Hal ini dikuatkan dengan hadis:

عن ابن عباس في قوله ما كذب الفؤاد ما رأى قال رآه بقلبه

Artinya: Diceritakan dari Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat 'Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya,' (Qs An-Najm ayat 11), beliau (Ibnu Abbas) mengatakan, 'Ia (Muhammad) melihatnya (Allah) dengan hatinya,'" (HR Daruquthni).

Menurut Ahlussunnah wal Jama'ah, Nabi Muhammad SAW melihat Allah SWT saat Isra Mikraj bisa diartikan sebagai:

  • Nabi Muhammad melihat Allah bukan berarti Allah menetap ataupun menyatu dengan Sidratul Muntaha karena Allah tidak mungkin membutuhkan yang merupakan ciptaan-Nya sebagai tempat menetap. Hal ini sesuai sifat Allah Qiyamuhu bi Nafsihi, Allah berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan makhluk ciptaan-Nya.
  • Nabi Muhammad melihat Allah bukan berarti Allah terbatasi jihah (arah mata angin) karena tidak mungkin Allah terbatasi jihah (arah mata angin) sebagaimana makhluk-Nya. Hal ini sesuai sifat Allah berupa Mukhalafah lil Hawadits, Allah tidak serupa dengan makhluk ciptaan-Nya.
  • Nabi Muhammad melihat Allah bukan berarti Allah terbentuk dari jism (bentuk tubuh) karena tidak mungkin Allah berbentuk jism (bentuk tubuh) sebagaimana makhluknya. Hal ini sesuai sifat Allah berupa Mukhalafah lil Hawadits, Allah tidak serupa dengan makhluk ciptaan-Nya. (Ad-dardir Ahmad, Syarh Qishah al-Isra' wal Miraj [Kairo: Maktabah Azhar li Turats, 1999 M], halaman 24).

Sehingga disimpulkan, Nabi Muhammad SAW melihat Allah SWT tidak sama seperti proses penglihatan manusia. Melainkan Allah SWT memberikan kemampuan khusus kepada Rasulullah SAW sehingga dapat melihat langsung kepada Allah.

Melihat Allah SWT juga disebut sebagai sesuatu yang mungkin terjadi (jaiz) karena Allah adalah zat yang maujud (ada), sedangkan zat yang maujud (ada) kemungkinan bisa dilihat. Namun, Allah tidak mengizinkan manusia biasa melihat-Nya ketika di dunia kecuali Nabi Muhammad SAW saat berada di Sidratul Muntaha. Hal ini dikuatkan hadis:

قال رسول الله تعلموا أنه لن يرى أحد منكم ربه حتى يموت

Artinya: Rasulullah bersabda 'Ketahuilah kalian semua bahwa tidaklah salah satu di antara kalian meilhat Tuhannya hingga ia mati,'" (HR Muslim).




(irb/sun)


Hide Ads