Ngalam Mbois: Clay Buatan Lila Diburu Bule

Ngalam Mbois: Clay Buatan Lila Diburu Bule

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Senin, 15 Jan 2024 12:24 WIB
Lila Syarif clay
Lila Syarif dengan clay buatannya. (Foto: Dok. Istimewa)
Malang -

Nama dari Lila Syarif (46), warga Kecamatan Blimbing, Kota Malang memang tidak terlalu dikenal layaknya artis atau penyanyi top. Tapi siapa sangka meski namanya tidak dikenal, kerajinan tangan dari clay buatannya telah dilirik banyak orang, termasuk bule.

Clay merupakan tanah liat buatan dan banyak jenisnya. Ada clay yang terbuat dari adonan tepung, parafin, bubur kertas dan polymer. Clay itu kemudian dibentuk menjadi gantungan kunci hingga boneka cantik yang bisa memiliki nilai ekonomis.

Lila pertama kali belajar membuat karya dari clay tersebut pada 2013. Awalnya dia hanya mencoba untuk mengisi waktu luang sebagai ibu rumah tangga dengan membaca buku dan dari situ dia mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh kerajinan tangan clay.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah baca buku itu saya tahu clay dan mencoba untuk mencari tahu dengan browsing, lihat YouTube cara pembuatan clay sampai membeli clay impor. Kemudian baru coba-coba buat karya," ceritanya kepada detikJatim, Senin (15/1/2024).

Bermodal melihat video di YouTube dan membeli buku-buku tentang clay, Lila pun mulai belajar membuat sebuah kerajinan dari clay. Selama mencoba membuat kerajinan dari clay dia mengaku berulang kali gagal. Namun, dia tak lelah untuk terus mencoba lagi hingga akhirnya berhasil.

ADVERTISEMENT

"Sepanjang kita mau dan terus coba berulang-ulang, saya yakin bisa. Itu prinsipnya. Dari bahannya pun tidak sulit asal ada uangnya. Sekarang bahan tinggal cari walaupun harus datang dari negara lain. Bagi saya, kalau saya saja bisa, maka orang lain juga bisa," terangnya.

Hasil karya buatannya pada awal belajar tidak dia jual, melainkan diberikan sebagai mainan untuk anaknya. Lila pun terus menekuni pembuatan kerajinan tangan dari clay hingga semakin mahir. Setelah itu, dia mulai mem-posting hasil karyanya di media sosial.

Lila pun bisa membuat berbagai macam bentuk kerajinan tangan dari clay. Mulai dari bros, boneka, kalung, cincin, bunga, buah-buahan hingga pita. Karya buatannya tersebut mulai diminati banyak orang pada 2014. Banyak yang penasaran dan membeli karyanya.

Awalnya, Lila hanya menjualnya di pasar Indonesia saja. Bahkan, awalnya teman-temannya sendiri yang memesannya. Namun, karena clay sangat unik dan berbeda dengan kerajinan lain, maka makin banyak orang yang berminat membeli karya clay buatannya.

"Normalnya saya jual satu item itu harganya Rp 25 ribu. Tapi jika ukurannya tinggi atau besar itu harganya menyesuaikan, bisa sampai Rp 400 ribu per item. Saat itu banyak yang pesan saya bikin itu selusin terus naik jadi dua lusin dan terus bertambah," ungkap Lila.

"Akhirnya sampai dari luar negeri juga ada yang pesan. Seperti Italia, Inggris, Australia, Amerika. Kalau ke luar negeri itu saya jual harga 2 dollar sampai 4 dollar per item," sambungnya.

Menariknya, Lila yang sudah mahir dalam pembuatan kerajinan dari clay tidak terpikir untuk menguasai pasar sendiri. Lila justru membagikan keahlian dan teknik yang sudah dia pelajari selama ini kepada masyarakat luas lewat kegiatan pelatihan atau workshop.

"Memang pelatihan ini tujuannya untuk mengenalkan clay ke masyarakat lebih luas. Sekaligus supaya mereka bisa berdaya terutama ibu-ibu, karena saya yakin, mereka tidak cuma dapat penghasilan tapi juga bisa menghargai sebuah karya," terang dia.

Setidaknya dalam satu pekan ekali ia selalu membuka pelatihan. Tapi jika misalnya ia sedang repot, bisa dua pekan sekali. Yang jelas, pelatihan seperti ini akan terus berlanjut. Tempatnya pun sangat fleksibel, bisa menyesuaikan dan berpindah-pindah.

Selain pelatihan kepada ibu-ibu dan masyarakat umum, dia juga menjadi seorang guru untuk mengajar clay di Sekolah Luar Biasa (SLB) River Kids. Tawaran menjadi guru itu datang ketika pihak sekolah tidak sengaja mengetahui jika Lila mampu membuat karya clay.

Ia mengaku mengajar anak-anak berkebutuhan khusus tidak sulit seperti yang dibayangkan. Justru relatif mudah karena beberapa anak autis, kata Lila, sangat bertalenta dan hanya perlu mendapatkan arahan yang tepat untuk menghasilkan karya luar biasa.

"Mereka menggerakkan tangan saja bisa jadi sebuah naga. Mereka hanya butuh diarahkan. Autis itu lebih kuat di visual. Tapi tidak semua anak autis berbakat, maka guru gurunya yang harus mengarahkan ke bakat masing-masing," tuturnya.

Lila pun berharap ke depan anak-anak berkebutuhan khusus yang sudah belajar kerajinan clay bisa berdaya dengan karya buatan mereka. Sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan sendiri meski memiliki kekurangan.

"Kalau anak SLB itu seperti ngasih jalan, seperti jalan hidup juga. Kalau mereka lulus, bisa punya penghasilan kan keren. Sekarang anak SLB banyak jadi OB saja, kalau bisa berkarya clay di rumah, akan memiliki nilai jual tinggi, kenapa tidak," tandasnya.

Ngalam Mbois adalah rubrik spesial detikJatim yang mengupas seputar seluk-beluk, capaian, prestasi, dan kelokalan khas yang ada di Malang Raya. Ngalam Mbois tayang setiap hari Senin.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads