Keterbatasan fisik tak lantas jadi beban bagi Arif Setyo Budi. Cintanya pada breakdance tidak berhenti meski dirinya cuma punya satu kaki. Arif begitu tangkas dan lihai saat breakdance.
Pria asal Ngaglik, Kecamatan Sukun, Kota Malang itu mengaku pertama kali mengenal breakdance pada tahun 2005 saat dia duduk dibangku kelas 2 di SMK Nasional. Dia diajak temanya ikut ekstrakurikuler breakdance.
Arif yang saat itu masih memiliki dua kaki tertarik mencoba menekuni breakdance. Tidak hanya mengikuti ekstrakurikuler, dia juga mengembangkan skill-nya di luar sekolah dengan bertemu teman yang memiliki hobi sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkat cerita pada tahun 2007 dia memutuskan untuk kerja di sebuah perusahan plastik di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Pada bulan September dia mengalami kecelakaan kerja yang membuatnya kehilangan kaki kanan.
"Jadi bulan September (2007) itu saya mengalami kecelakaan, kaki kanan saya masuk ke dalam mesin dan terpotong," ujarnya saat dihubungi detikJatim pada Senin (8/1/2024).
Pascainsiden kecelakaan kerja tersebut, Arif menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Surabaya. Kemudian pada tahun 2008 ada salah satu teman yang mengajak Arif untuk menonton pertunjukan breakdance.
"Saat lihat breakdance di salah satu kafe itu timbul rasa untuk coba breakdance lagi, kemudian sebelumnya sudah pernah latihan, penyesuaian nggak lama, adaptasi, meskipun kondisi satu kaki," terangnya.
Pria berusia 36 tahun itu mengatakan bahwa setelah dia kehilangan satu kakinya tidak ada rasa minder atau putus asa karena keterbatasan fisik. Dia mencoba untuk menerima dan tetap semangat menjalani hidup dengan kondisinya.
"Alhamdulillah mulai awal kecelakaan, pas kejadian, dibopong teman saya, di hati ya Allah ini jalanku, takdirku, jadi tidak ada pikiran negatif putus asa, mangkel dan lain sebagainya," ungkap Arif.
![]() |
"Aku saat itu bisa menerima, ikhlas, jadi jalani apa yang ada, aku mikirnya seperti sama yang lain, bedanya kondisi fisik aja. Saya selama ini juga mendapat banyak dukungan dari keluarga, orang tua maupun teman dekat," sambungnya.
Dengan semangat pantang menyerah, Arif kembali menekuni hobi breakdance dengan penyesuaian-penyesuaian karena keterbatasan fisiknya. Bahkan setelah berlatih, dia juga tampil dalam kompetisi-kompetisi breakdance, baik tingkat lokal hingga nasional.
"Setelah memulai lagi, aktif juga di kompetisi lokal, event Jatim dan nasional, beberapa juara, tahun 2011, 2012 LA Street Ball. Jadi ikut satu tim lima orang kompetisi se-Jatim dapat juara 2, 2012 juga dapat juara," kata Arif.
"Saya dulu juga ikut kompetisi-kompetisi kecil di Malang, Surabaya, Blitar, Tulungagung, Gresik. Event nasional Bali, Semarang, Jogja, Bandung, Jakarta, Solo, pernah ikut semua," sambungnya.
Namun, untuk saat ini Arif sudah jarang mengikuti kompetisi karena kesibukannya sebagai pemilik warung kopi Gubug Kayu di Jalan Bunga Seigading, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
"Saya juga ada kesibukan lain sebagai freelance photographer, maupun menjadi tamu undangan untuk show breakdance, maupun sebagai motivator," tuturnya.
Selain breakdance, Arif juga memilik hobi lain seperti mendaki gunung maupun bersepeda. Dia mengaku tidak pernah terkendala saat menjalani semua hobinya dengan keterbatasan fisik tersebut.
Di akhir Arif berpesan kepada seluruh orang, terutama teman-teman yang memiliki keterbatasan fisik agar menerima dan tetap semangat untuk menjalani hidup. Sebab, selama semua hal diawali dengan bersyukur, ke depannya akan mendapatkan kemudahan.
"Yang pasti jangan menyesali apa yang didapat, ini takdir Tuhan, menerima apa yang ada, yang pasti semangat hidup, selama mau bersyukur banyak kemudahan yang didapat. Terakhir jangan takut mencoba sesuatu, jangan bilang enggak bisa sebelum mencoba," pesannya.
Ngalam Mbois adalah rubrik spesial detikJatim yang mengupas seputar seluk-beluk, capaian, prestasi, dan kelokalan khas yang ada di Malang Raya. Ngalam Mbois tayang setiap hari Senin.
(hil/dte)