Khuzaimah (73) terpaksa membuat gubuk beratap terpal karena takut tembok gudang yang jadi sandaran rumah semi permanen miliknya kembali ambruk diterjang angin kencang. Emak-emak Sidoarjo yang mengandalkan kursi roda karena sulit berjalan itu tetap tegar di tengah keterbatasan.
Emak-emak itu adalah warga Desa Kemiri, RT 8, RW 3, Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo. Sebelum mendirikan gubuk beratap terpal Khuzaimah tinggal di rumah semi permanen berukuran 2,5 meter x 6 meter yang salah satu temboknya berimpitan dengan gudang penimbunan pasir.
Selasa (9/1/2024) petang, hujan disertai angin kencang melanda kawasan sekitar tempat Khuzaimah tinggal. Saking kencangnya angin itu tembok gudang penimbunan pasir itu roboh mengenai sebagian bangunan gubuk emak-emak malang itu, terutama merusak bagian atap yang terbuat dari asbes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, gubuk Khuzaimah tak layak huni itu tidak bisa ditempati. Sebab ketika hujan air langsung masuk ke dalam rumah dan Khuzaimah sendiri takut bila ada hujan angin kencang susulan yang membuat tembok gudang milik warga kembali roboh.
Emak-emak yang kadang-kadang ditemani 2 cucunya itu pun membuat gubuk sementara berukuran 2,5 meter x 2 meter terdiri dari dipan yang beratap dan berdinding terpal dan kardus.
"Untuk sementara saya tinggal di gubuk kotak ini, rumah yang saya tempati yang nempel di dinding gudang itu roboh," kata Khuzaimah saat ditemui detikJatim di gubuknya, Rabu (10/1/2025). "Untuk sementara saya bersama cucu saya tidur di gubuk ini."
Tidak setiap hari cucunya tinggal bersama dirinya. Sehari-hari Khuzaimah hidup sendiri dengan memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil bekerja sebagai petugas dan pemulung sampah.
![]() |
Sebelum kesulitan berjalan, setiap hari dia mendapat tugas mengambil sampah dari warga sekitar dengan imbalan Rp 15 ribu per rumah. Karena hasilnya pas-pasan, sampah dari warga dipilah-pilah kemudian sebagian seperti sampah plastik dia tukarkan jadi uang.
"Sampah yang sudah tidak bisa menghasilkan uang saya bakar di tempat pembakaran. Saya bikin cerobong sendiri buat pembakaran supaya tidak mengganggu. Tapi sekarang cerobongnya ikut roboh kena pagar gudang yang roboh," kata Khuzaimah.
Setelah kakinya tidak memungkinkan untuk membuatnya bisa berjalan secara mandiri sejak puluhan tahun lalu, Khuzaimah mengandalkan kursi roda. Tapi dia sudah tidak bisa berkeliling mengambil sampah dari rumah warga. Soal makan sehari-hari dia seringkali mendapat bantuan dari tetangga.
Rokhim Ketua RT 8, RW 3, Desa Kemiri membenarkan kegigihan Khuzaimah meski kesulitan untuk berjalan normal. Perempuan itu menurutnya tetap berusaha mencari nafkah sendiri, enggan bergantung kepada orang lain.
"Orangnya gigih meski ada keterbatasan. Dia tetap berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Rokhim.
Rokhim menambahkan, Khuzaimah sebenarnya punya rumah yang ditempati anak dan suaminya. Namun dia enggan tinggal bersama anaknya. Dia ingin hidup mandiri meski ada keterbatasan fisik.
"Sudah lama menempati rumah itu meski Ibu Khuzaimah memiliki keterbatasan fisik. Sementara rumah sebenarnya juga tidak layak, tetapi dia memilih tinggal di sana," kata Rokhim.
(dpe/fat)