Siswa SD di Bondowoso terpaksa belajar sambil lesehan di musala karena gedung sekolahnya rusak. Dinas Pendidikan harus putar otak tangani kondisi tersebut.
Sebab, penanganan untuk rehabilitasi gedung SD tersebut memang tidak dianggarkan dalam APBD tahun 2024. Jajaran Pemkab Bondowoso, Pj Bupati, sekda dan Komisi IV DPRD setempat turun untuk melihat kondisi sekolah tersebut.
"Pak Pj Bupati dan Sekda sudah melihat kondisi itu beberapa hari yang lalu," terang Plh Kepala Dinas Pendidikan Bondowoso, Anisatul Hamidah, saat dikonfirmasi detikJatim di kantornya, Rabu (10/1/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku, akan melakukan beberapa alternatif menangani kondisi tersebut. Yakni menggandeng BPBD, karena ambruknya gedung sekolah itu dinilainya darurat dan bagian dari bencana.
Alternatif lainnya yaitu dengan menggeser anggaran yang ada di dinas pendidikan. Sebab, kondisi tersebut memang sangat mendesak dan harus masuk skala prioritas.
![]() |
"Terpenting tidak melanggar aturan atau regulasi yang ada. Yang jelas, siswa harus tetap bisa belajar dengan baik," jelas Anis, sebutan karibnya.
Ia terang-terangan mengakui jika kondisi SD tersebut tidak dianggarkan APBD awal 2024. Karena kejadian ambruknya gedung sekolah itu terjadi 25 Desember 2023. Sementara APBD 2024 sudah diputuskan.
"Akan kami lakukan penggeseran anggaran yang sudah ditetapkan, namun tetap tidak melanggar regulasi. Karena ini kondisi darurat," tandas Anisatul Hamidah.
Sebelumnya, puluhan siswa SD di Bondowoso terpaksa harus belajar sambil lesehan di musala. Hal itu dilakukan setelah gedung sekolahnya rusak.
Siswa SDN Dawuhan, Tenggarang, itu berasal dari kelas 1, 2, dan 3. Selain di musala, mereka juga ada yang ditempatkan di ruang perpustakaan sekolah, serta rumah dinas SD tersebut.
(hil/fat)