Ahli Forensik Ungkap yang Terjadi pada Tubuh setelah Kematian: Dekomposisi

Kabar Kesehatan

Ahli Forensik Ungkap yang Terjadi pada Tubuh setelah Kematian: Dekomposisi

Khadijah Nur Azizah - detikJatim
Selasa, 09 Jan 2024 05:30 WIB
Ilustrasi jenazah
Ilustrasi. (Foto: Thinkstock)
Surabaya -

Kematian menandai organ vital yang membuat seseorang tetap hidup berhenti bekerja. Sejumlah pakar forensik pun mengungkapkan tentang dekomposisi, yakni reaksi tubuh manusia setelah terjadinya kematian.

Dosen Forensik Universitas Kent Dr Devin Finaughty mengungkapkan bahwa tubuh setelah kematian menjadi bagian dari ekosistem dekomposisi. Kondisi ini adalah serangkaian proses saat tubuh dan sel-selnya pecah hingga yang tersisa hanyalah kerangka.

"Dekomposisi dimulai segera setelah kematian, dan satu hal yang ingin saya perjelas adalah bahwa kematian tidak terjadi dalam sekejap. Ini adalah rangkaian reaksi dan proses yang terjadi seiring berjalannya waktu," kata Dr Devin seperti dikutip detikHealth dari IFL Science, Senin (8/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang biasa terjadi adalah seseorang akan kehilangan kesadaran dan kemudian mereka akan mengalami penekanan pada pernapasan dan detak jantung, yang kemudian akan berhenti. Apa pun yang terjadi, itulah yang kita sebut kematian secara klinis.

Saat sekarat, tubuh akan tertidur karena tidak memiliki energi untuk beraktivitas. Jantung tidak mampu memompa darah sehingga tubuh kehilangan oksigen, sel tubuh pun tidak memiliki energi untuk tetap aktif.

ADVERTISEMENT

Menjelang kematian, otak akan menjadi organ pertama yang berhenti bekerja. Secara umum, seseorang memerlukan waktu empat menit sejak jantung berhenti berdetak sebelum dinyatakan mati otak.

Durasi proses dekomposisi pun berbeda-beda untuk setiap orang. Beberapa faktor pembedanya yakni penyebab kematian, kondisi lingkungan, hingga pakaian jenazah.

Ilmuwan forensik M Lee Goff dalam laman Medical News Today menyebutkan bahwa proses pembusukan dimulai pada titik kematian dan berakhir ketika tubuh telah menjadi kerangka.

Goff juga mencatat ilmuwan yang berbeda membagi proses dekomposisi menjadi sejumlah tahap berbeda, namun dia menyarankan untuk mempertimbangkan 5 tahapan dekomposisi tubuh setelah kematian.

Pertama, mengacu pada tubuh segera setelah kematian, ketika hanya sedikit tanda-tanda pembusukan yang terlihat. Beberapa proses yang mungkin dimulai pada titik ini yakni perubahan warna kehijauan, livor mortis, dan tache noire.

Pada tahap dekomposisi kedua ada tahap penggelembungan, yaitu saat pembusukan dimulai. Gas yang menumpuk di perut menyebabkan pembengkakan sehingga membuat tubuh tampak kembung.

Tahap ketiga yakni pembusukan, di mana kulit pecah akibat pembusukan dan aksi belatung, sehingga gas yang terkumpul dapat keluar. Salah satu alasannya adalah saat tubuh mengeluarkan bau yang kuat dan khas.

Pasca pembusukan adalah tahap berikutnya, ketika tubuh direduksi menjadi kulit, tulang rawan, dan tulang. Pada titik ini, berbagai jenis kumbang biasanya datang untuk menghilangkan jaringan lunaknya dan hanya menyisakan tulang.

"Tahap terakhir dari dekomposisi adalah tahap kerangka, di mana hanya kerangka-dan terkadang rambut-yang tersisa," katanya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads