Jika umumnya Natal atau kelahiran Yesus Kristus dirayakan 25 Desember, lain halnya dengan jemaat Kristen Ortodoks. Mereka merayakan Natal setiap 7 Januari karena berpedoman pada kalender Julius. Sedangkan Natal 25 Desember berdasarkan kalender Gregorius. Ibadah misa natal sendiri sudah digelar kemarin Sabtu (6/1).
"Kami menggunakan kalender lama, yaitu Julius, ada selisih 13 hari. Kalau kalender Gregorius 25 Desember, maka kami 7 Januari," kata pemimpin jemaat Kristen Ortodoks Mojokerto, Romo Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono (65), Minggu (7/1/2024).
Ibadah misa Natal digelar di kapel yang terletak di dalam rumah Romo Yohanes sekitar pukul 17.00-19.30 WIB. Para jemaat mengikuti jalannya ibadah dengan khusyuk diterangi cahaya lilin. Pernak-penik natal begitu kental menghiasi kapel sederhana ini.
Ayat-ayat Al Kitab dilantunkan, yaitu ayat tentang kedatangan Yesus Kristus dari nubuatan sampai menjadi realita. Di akhir ibadah, setiap jemaat menyalakan lilin di tangan mereka masing-masing. Ritual ini mempunyai makna agar para jemaat hidup di dalam terang Ilahi.
"Karena tujuan manusia diciptakan untuk masuk ke dalam kemuliaan. Kemuliaan diibaratkan seperti terang. Waktu Kristus datang kedua kali, itu dikembalikan pada bentuk aslinya bahwa manusia mempunyai terang ilahi di dalam tubuhnya," jelas Romo Yohanes.
![]() |
Yohanes menambahkan, Natal bukan hanya peringatan lahirnya Yesus Kristus 2.000 tahun silam. Namun, Natal juga mengingatkan jati diri manusia yang bersifat heterogen dan bhineka. Oleh sebab itu, berbagai benturan di Indonesia maupun perang di sejumlah negara sudah menyalahi kodrat manusia.
"Natal ini menyadarkan kembali jati diri manusia sebagai makhluk yang heterogen dan Bhinneka. Pesannya perdamaian, persatuan dan kesatuan, seta keharmonisan. Karena kedatangan Sang Sabda untuk semua manusia," tandasnya.
(dpe/dte)