Fakta-fakta Terbaru Ledakan Dahsyat Mortir 100 Kg Tewaskan Warga Bangkalan

Fakta-fakta Terbaru Ledakan Dahsyat Mortir 100 Kg Tewaskan Warga Bangkalan

Hilda Rinanda - detikJatim
Senin, 01 Jan 2024 13:41 WIB
Peluru diduga mortir yang meledak di Bangkalan menewaskan 1 orang korban.
Penampakan mortir 100 kg yang meledak tewaskan seorang warga Bangkalan/Foto: tangkapan layar/video amatir warga
Surabaya -

Ledakan dahsyat di gudang besi tua Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal, Bangkalan berasal dari peluru bekas mortir. Ledakan ini terdengar hingga radius 1 kilometer. Ledakan pada Jumat (29/12) pagi ini menewaskan 1 orang.

Ledakan juga menyebabkan 5 bangunan rumah dan toko rusak parah. Polisi menetapkan 7 orang tersangka. Mereka adalah MJ (51), MR (41), SG (43), AU (28) selaku penyelam, serta MH (43) pemilik gudang, MI, pengepul, dan S (19) pekerja gudang besi tua.

Fakta baru terungkap bahwa mortir yang meledak ini seberat 100 kilogram. Terbaru, beredar rekaman evakuasi mortir tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut fakta-fakta terbaru ledakan dahsyat mortir 100 Kg tewaskan warga Bangkalan:

1. Beredar Video Proses Pemindahan Mortir 100 Kg

Proses memindahkan bagian mortir diduga selongsong dari gudang besi tua ke kendaraan taktis (rantis) Gegana ternyata tidak mudah. Mortir ini harus diangkat oleh 2 orang.

Sebuah video amatir yang beredar dan diterima detikJatim, Minggu (31/12/2023) menunjukkan proses pemindahan mortir itu oleh 2 orang personel Gegana, Brimob Polda Jatim dari bangunan diduga gudang besi tua ke rantis.

ADVERTISEMENT

Tampak dua personel berseragam hitam dilengkapi helm membawa tas punggung kecil mengangkat barang diduga peluru mortir yang cukup panjang itu dengan memanggulnya di bahu kanan. Mereka berjalan hati-hati melangkahi kabel listrik yang menjuntai imbas ledakan.

Video ini diduga direkam warga di lokasi kejadian. Tidak hanya 1 bagian peluru diduga mortir yang bentuknya mirip selongsong roket. Namun, satu orang personel lain juga membawa barang yang diduga bagian dari mortir berukuran lebih kecil.

Anggota Gegana yang berjalan belakangan dalam video itu tampak menahan berat barang tersebut hingga saat berjalan tubuhnya sedikit membungkuk. Belum ada penjelasan apakah memang keduanya bagian dari mortir yang meledak merusak 5 bangunan dan menewaskan 1 orang itu.

2. Mortir Disimpan di Gudang hingga Meledak

Berdasarkan keterangan yang dihimpun polisi, peluru diduga mortir yang diketahui berjumlah 4 buah disimpan dalam gudang besi tua milik MH (43) yang dibeli dari pengepul berinisial MI.

Kasat Reskrim Polres Bangkalan AKP Heru Cahyo menjelaskan bahwa MI selaku pengepul mendapatkan 4 mortir itu dari empat penyelam pencari besi tua yang berinisial MJ (51), MR (41), SG (43), dan AU (28).

"Menurut keterangan tersangka yang menyelam, mereka menyelam ke dasar laut sedalam 15 meter untuk mendapatkan barang itu," kata Heru dalam konferensi pers di Polres Bangkalan, Sabtu (30/12/2023).

Mortir tersebut lalu disimpan di gudang besi tua milik MH. Selanjutnya pada Jumat (28/12) pagi salah satu karyawan MH yakni S mengelas lempengan besi dengan menggunakan mortir itu sebagai alasnya. Sehingga hantaran panas dari pengelasan mengakibatkan mortir itu meledak.

3. Penyelam Anggap Mortir Besi Tua Biasa

Saat menemukan keempat mortir itu, para penyelam yang kini telah menjadi tersangka itu mengaku tidak tahu bahwa barang itu merupakan bahan peledak. Sehingga mereka bawa saja ke darat dan menganggapnya besi tua tidak berbahaya.

Heru mengatakan bahwa keempat tersangka memang sehari-hari mencari besi di dalam laut dengan menggunakan alat berupa magnet. Alat itu bisa mengangkut beban maksimal 30 kilogram ke atas air.

"Saat menggunakan alat itu pelaku menemukan benda (mortir) ini, namun karena bebannya kurang lebih 100 kilogram, maka dua pelaku menyelam dan dua pelaku lain yang menarik benda itu ke atas menggunakan tali," ungkap Heru.

MI membeli mortir itu dari para penyelam seharga Rp 500 ribu per buah. MI kemudian menjualnya ke MH seharga Rp 600 ribu per buah. MH lalu meletakkan mortir itu di gudang besi tuanya. Mortir itu kemudian oleh S, salah satu pegawai MH, dijadikan alas untuk melakukan pengelasan yang berujung meledaknya mortir itu dan menewaskan satu orang.

4. Diduga Sisa Perang Surabaya

AKP Heru Cahyo menyatakan, mortir yang diambil para penyelam dari kedalaman 15 meter di dasar Selat Madura itu merupakan senjata sisa perang di Surabaya.

"Kami menduga benda tersebut merupakan senjata sisa perang kemerdekaan di Surabaya atau (perang di) Jembatan Merah," ujar Heru kepada wartawan, Minggu (31/12/2023).

Keempat penyelam yang kini telah ditetapkan tersangka mengaku mencari besi di bawah laut dengan menggunakan alat berupa magnet. Dengan alat itu benda seberat 30 kilogram bisa diangkat.

Namun pada Minggu (24/12) lalu keempat penyelam menemukan sebuah peluru diduga mortir seberat 100 kilogram yang tidak bisa diangkat dengan magnet. Mereka mengangkat mortir itu dengan cara lain.

Dua penyelam berinisial MJ (51) dan MR (41) menyelam ke dasar laut untuk mengikat mortir, kemudian dua pelaku lain yakni SG (43) dan AU (28) menarik mortir yang sudah diikat tali itu ke atas perahu kayu.

"Setelah berhasil diangkat, mereka lalu kembali menyelam pada keesokan harinya dan baru menemukan mortir lagi pada rabu (27/12) sebanyak 3 buah," imbuhnya. Pengambilan tiga mortir tersebut dengan menggunakan metode yang sama yakni ditarik dengan tali ke atas perahu kayu.

5. Polisi Masih Selidiki

Polisi menduga mortir aktif yang diangkat Nelayan dari Selat Madura itu merupakan peninggalan dari era perang di Surabaya pada 1945. AKP Heru menjelaskan, mortir yang diambil para penyelam diduga senjata sisa Pertempuran Surabaya itu. Tepatnya pada pertempuran di Jembatan Merah.

"Kami menduga, benda tersebut merupakan senjata sisa perang kemerdekaan di Surabaya, di Jembatan Merah," kata Heru kepada detikJatim, Sabtu (30/12/ 2023).

Namun, Heru mengatakan bahwa kepastian dari mana 4 mortir dengan berat masing-masing 100 kg itu masih perlu dikaji. Hingga saat ini, mortir yang didapat dari dasar laut Selat Madura sedalam 15 meter itu masih diteliti di Laboratorium Forensik Polda Jatim.

"itu sebatas dugaan, saat ini masih dalam pemeriksaan secara laboratoris. Pada bagian mortir sekilas tidak ada penanda tahun pembuatan," kata Heru.

Dia menyebutkan 4 mortir dengan panjang hampir 1 meter itu kini masih dalam proses penelitian ahli. Pihak kepolisian masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium tentang kebenaran tahun pembuatan sejenis peluru itu.

"Kami belum mengetahuinya, masih menunggu hasil pemeriksaan ahli," ungkapnya.




(hil/fat)


Hide Ads