Peluru diduga mortir yang meledak di Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal, Bangkalan hingga menewaskan 1 korban diduga merupakan sisa Perang Surabaya. Ironisnya, mortir itu dipakai alas mengelas besi tua hingga akhirnya tersulut dan meledak.
Berdasarkan video amatir yang beredar dan diterima detikJatim pada Minggu 31 Desember 2023, mortir yang merusak 5 rumah menewaskan 1 orang korban itu ternyata berukuran besar. Untuk memindahkan mortir itu dari gudang besi tua ke kendaraan taktis (rantis) Gegana harus diangkat 2 orang.
Tampak 2 personel Gegana berseragam hitam dilengkapi helm membawa tas punggung kecil mengangkat barang diduga mortir yang panjangnya mencapai hampir 1 meter itu dengan memanggul di bahu kanan. Mereka berjalan hati-hati melangkahi kabel listrik yang menjuntai imbas ledakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video ini diduga direkam warga di lokasi kejadian beberapa saat setelah peristiwa ledakan disusul kebakaran rumah pada Jumat 29 Desember 2023 pagi pukul 08.00 WIB. Peristiwa itu juga menyebabkan sejumlah keluarga Anggota Polair Polres Bangkalan mengalami luka-luka.
Tidak hanya 1 bagian peluru diduga mortir yang bentuknya juga mirip dengan selongsong roket itu, satu orang personel lain juga membawa barang yang diduga bagian dari mortir berukuran lebih kecil tapi cukup berat. Saat membawa benda itu, petugas itu terlihat sedikit membungkuk.
Kasat Reskrim Polres Bangkalan AKP Heru Cahyo yang menyatakan bahwa mortir yang diambil para penyelam dari kedalaman 15 meter di dasar Selat Madura itu merupakan senjata sisa perang di Surabaya.
"Kami menduga benda tersebut merupakan senjata sisa perang kemerdekaan di Surabaya atau (perang di) Jembatan Merah," ujar Heru kepada wartawan, kemarin.
![]() |
Keempat penyelam yang telah ditetapkan tersangka itu mengaku mencari besi di bawah laut menggunakan alat berupa magnet. Dengan alat itu benda seberat 30 kilogram bisa diangkat.
Namun, pada Minggu (24/12) lalu, keempat penyelam itu menemukan peluru diduga mortir seberat 100 kilogram yang tidak bisa diangkat dengan magnet. Mereka pun mengangkat mortir itu dengan cara lain.
Dua penyelam berinisial MJ (51) dan MR (41) menyelam ke dasar laut untuk mengikat mortir, kemudian dua pelaku lain yakni SG (43) dan AU (28) menarik mortir yang sudah diikat tali itu hingga memuatnya di atas perahu kayu.
"Setelah berhasil diangkat, mereka lalu kembali menyelam pada keesokan harinya dan baru menemukan mortir lagi pada Rabu (27/12) sebanyak 3 buah," kata Heru. Pengambilan tiga mortir tersebut dengan menggunakan metode yang sama yakni ditarik dengan tali ke atas perahu kayu.
"Setelah mendapatkan 4 mortir, para penyelam ini menjual ke MI seharga Rp 500 ribu (per mortir) dan selanjutnya MI menjual ke MH seharga Rp 600 ribu (per mortir)," kata Heru.
Mortir yang disimpan di gudang besi tua milik MH itu lantas dijadikan alas untuk mengelas lempengan besi pada Jumat (28/12) pagi oleh karyawan MH berinisial S. Aktivitas itulah yang memicu prahara berujung tragedi tewasnya 1 warga setempat, 5 orang luka, dan 5 bangunan rusak.
(dpe/iwd)