Peluru diduga mortir meledak di Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal, Bangkalan menewaskan 1 orang menyebabkan 5 bangunan rusak. Polisi menyampaikan dugaan dari mana asal mortir yang ditemukan para penyelam lalu dijual ke pengepul besi tua itu.
Kasat Reskrim Polres Bangkalan AKP Heru Cahyo menyatakan bahwa mortir yang diambil para penyelam dari kedalaman 15 meter di dasar Selat Madura itu merupakan senjata sisa perang di Surabaya.
"Kami menduga benda tersebut merupakan senjata sisa perang kemerdekaan di Surabaya atau (perang di) Jembatan Merah," ujar Heru kepada wartawan, Minggu (31/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keempat penyelam yang kini telah ditetapkan tersangka mengaku mencari besi di bawah laut dengan menggunakan alat berupa magnet. Dengan alat itu benda seberat 30 kilogram bisa diangkat.
Namun pada Minggu (24/12) lalu keempat penyelam menemukan sebuah peluru diduga mortir seberat 100 kilogram yang tidak bisa diangkat dengan magnet. Mereka mengangkat mortir itu dengan cara lain.
Dua penyelam berinisial MJ (51) dan MR (41) menyelam ke dasar laut untuk mengikat mortir, kemudian dua pelaku lain yakni SG (43) dan AU (28) menarik mortir yang sudah diikat tali itu ke atas perahu kayu.
"Setelah berhasil diangkat, mereka lalu kembali menyelam pada keesokan harinya dan baru menemukan mortir lagi pada rabu (27/12) sebanyak 3 buah," imbuhnya. Pengambilan tiga mortir tersebut dengan menggunakan metode yang sama yakni ditarik dengan tali ke atas perahu kayu.
"Setelah mendapatkan 4 mortir, para penyelam ini menjual ke MI seharga Rp 500 ribu dan selanjutnya MI menjual ke MH seharga Rp 600 ribu," kata Heru.
Mortir tersebut lalu disimpan di gudang besi tua milik MH. Selanjutnya pada Jumat (28/12) pagi salah satu karyawan MH yakni S mengelas lempengan besi dengan menggunakan mortir itu sebagai alasnya. Sehingga hantaran panas dari pengelasan mengakibatkan mortir itu meledak.
(dpe/iwd)