Jatim Sepekan: Pasien Tewas di Padepokan Gus Samsudin-'Malang Gaya Bebas'

Fatichatun Nadhiroh - detikJatim
Minggu, 24 Des 2023 20:32 WIB
Padepokan Gus Samsudin (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Surabaya -

Dalam sepekan, berita-berita yang disajikan detikJatim memikat banyak pembaca. Salah satunya seorang wanita asal Surabaya ditemukan tewas di kamar mandi Pondok Nuswantoro Blitar milik Gus Samsudin.

Selain itu, kasus sejoli di Malang kepergok mesum di Kafe. Videonya pun viral di medsos. Bahkan polisi memeriksa 6 saksi.

Dan MK mengabulkan gugatan soal masa jabatan yang terpotong. Gugatan ini dilayangkan Wagub Jatim Emil Dardak. Tak hanya Emil Dardak, Wali Kota Bogor Bima Arya, Gubernur Maluku Murad Ismail, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Wali Kota Gorontalo Marten A Taha, Wali Kota Padang Hendri Septa, dan Wali Kota Tarakan Khairul juga turut gugat MK.

Berikut rinciannya:

1. Wanita Asal Surabaya Tewas di Padepokan Gus Samsudin Blitar

Wanita asal Morokrembangan Surabaya, Suwarti (59) ditemukan tewas di kamar mandi Pondok Nuswantoro Blitar milik Gus Samsudin. Meski keluarga korban mengaku geram dengan pelayanan di Pondok Nuswantoro, mereka memilih legawa dan tidak menuntut atau menggugat Gus Samsudin.

Hanya saja, suami Almarhumah Suwarti, Muhammad Nafi mengaku heran dengan sikap orang-orang di Pondok Nuswantoro yang terkesan tak acuh dan cenderung menyepelekan hingga jasad Suwarti akhirnya ditemukan di kamar mandi pondok pada Senin (11/12).

Selama keluarga Suwarti mencari-cari keberadaan Almarhumah, orang-orang di pondok itu terkesan sama sekali tak peduli dan tak curiga dengan pintu kamar mandi yang tertutup selama 2 hari.

"Ini kan masuk kelalaian sampai 3 hari. Bisa saja kalo saya tuntut. Tapi saya legowo saja, yang penting istri saya ketemu," kata Nafi ketika ditemui detikJatim di rumahnya, Jumat (15/12/2023).

Dwi Pujiati, anak Almarhumah Suwarti juga mengungkap kejanggalan yang dia rasakan dari sikap pihak pondok milik Gus Samsudin saat dirinya berupaya mencari keberadaan ibunya.

Dia sempat menghubungi nomor telepon pondok tetapi pihak penerima telepon itu merespons dengan sangat lambat. Petugas itu seolah-olah menyepelekan saat ditanya langsung tentang keberadaan Suwarti yang jelas-jelas berpamitan kepadanya pergi ke pondok Gus Samsudin untuk berobat.

"Tak telepon tak chat nggak dijawab. Jawabannya cuma 'masih dicek'. Masak dari kemarin cuma dicek? Tanggung jawabnya untuk pasien seperti apa? Nggak ada direspon, sampai kami berangkat ke sana," ujar Dwi yang turut mendampingi ayahnya.

Ketika keluarga mendatangi pondok, Dwi melanjutkan bahwa petugas pondok hanya berbicara bahwa sepertinya Suwarti sudah pulang ke rumah tetapi lupa tidak mengambil KTP-nya.

"Responnya kurang. Biasa saja. Padahal ada laporan. 'Mungkin ibu udah pulang', gitu doang. Pas saya tanya identitas KTP nya kok nggak diambil kalau pulang? Cuma dijawab 'banyak pasien yang lupa biasanya'," timpal Nafi, ayahnya.

Suwarti pergi ke ke pondok Gus Samsudin naik bus dari Terminal Purabaya pada Sabtu (9/12). Dia pergi ke Blitar saat keluarganya tidak berada di rumah dan menyampaikan kabar kepada putrinya ketika bus yang dia naiki tiba di kawasan Malang.

"Spontan aja kayaknya pingin berobat ke Samsudin. Ibu (Suwarti) sendiri yang pingin, tanpa komunikasi sama keluarga. Nggak berunding sebelumnya," ujar Dwi.

Nafi, suami Suwarti juga membenarkan bahwa istrinya memang pergi untuk tujuan pengobatan. Hanya saja dirinya tidak tahu kenapa istrinya memilih pergi ke pondok itu. Padahal sebelumnya sang istri telah dibawa ke sejumlah tempat pengobatan mulai dari klinik hingga rumah sakit.

"Sudah dibawa ke rumah sakit. Pertama dibawa ke Klinik Pacuan Kuda, terus Rumah Sakit Gotong Royong. Sudah dicek semua, jantungnya bagus," kata Nafi.

Dia juga menjelaskan bahwa istrinya mengalami gejala kolesterol dan darah tinggi. Mendiang Suwarti saat itu juga sempat mengeluhkan sedikit rasa sesak yang belum lama terjadi, dan istrinya itu juga tidak pernah memiliki riwayat sakit parah.

"Habis itu ada keluhan sesak dikit, nggak terlalu parah. Ya sakit tua," tutur Nafi.

Namun, dari hasil penyelidikan sementara, polisi tidak menemukan adanya tanda kekerasan pada jasad Suwarti.

"Kalau dari informasi yang kami dapatkan dari Tim Inafis dan nakes (tenaga kesehatan) dari Puskesmas, hasil pemeriksaan fisiknya tidak ditemukan adanya kekerasan dan dari keluarga korban juga menolak untuk dilakukan autopsi," ujarnya saat ditemui di Mapolda Jatim.

Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Blitar Suhandono menyebutkan pihaknya telah meminta keterangan dan kejelasan terkait kejadian yang menimpa Suwarti kepada Gus Samsudin.

"Kami minta penjelasan atau klarifikasi (ke Gus Samsudin) dan dijawab bahwa betul tamu dari Surabaya itu datang silaturahmi ke pondok Pak Samsudin. Katanya tamu itu mengeluhkan pusing dan sesak napas," terangnya.

Kepada Handono Gus Samsudin mengaku tidak memberikan obat, pijatan, maupun terapi kepada Suwarti. Dia mengaku hanya memberikan petuah atau nasihat kepada korban. Termasuk memberi dukungan motivasi agar kembali sehat dan bisa tertib dalam salat.

"Kami tanya apakah ada dikasih obat, tindakan, atau pijatan dan sebagainya? Jawabannya (Gus Samsudin) tidak ada. Hanya dikasih support, nasihat, agar salat tertib dan petuah-petuah," jelas Handono.

Berita selengkapnya bisa dibaca di sini



Simak Video "Video: Ekspresi Emil Lihat Ruang Kerjanya di Grahadi Ludes Terbakar"

(hil/fat)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork