19 Desember: Hari Trikora

19 Desember: Hari Trikora

Tari Pagusa - detikJatim
Senin, 18 Des 2023 19:14 WIB
Hari Trikora jatuh pada 19 Desember. Hari peringatan ini dilatarbelakangi oleh operasi Trikora sebagai pembebasan Irian Barat (Papua) dari Belanda.
Ilustrasi Hari Trikora 19 Desember/Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Surabaya -

Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) sebagai tekad bangsa Indonesia merebut Irian Barat (Papua), dari Belanda. Hari itu diperingati sebagai Hari Trikora.

Dikutip laman resmi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), konflik memuncak dari perselisihan antara Indonesia dan Belanda terkait status Irian Barat, setelah Konferensi Meja Bundar pada 1949.

Konferensi tersebut menetapkan penyelesaian masalah Irian Barat dalam satu tahun, tapi Belanda enggan membahasnya. Itu memicu ketegangan yang berlangsung bertahun-tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Soekarno merespons dengan mengeluarkan seruan Trikora di Yogyakarta pada 19 Desember 1961. Ia mengajak rakyat Indonesia untuk bersatu memperjuangkan kemerdekaan Irian Barat, dan menetapkan bahwa bendera Merah Putih harus berkibar di wilayah tersebut.

Operasi Trikora melibatkan mobilisasi pasukan TNI dan dirancang untuk merebut kembali Irian Barat dari Belanda. Kampanye itu mencakup aspek militer, diplomasi, dan politik. Pasukan TNI dikerahkan untuk menghadapi pasukan Belanda di Irian Barat.

ADVERTISEMENT

Setelah berlangsung Operasi Trikora, Indonesia dan Belanda melakukan perundingan, yang dikenal sebagai Perundingan New York. Hasil perundingan itu adalah penyerahan wilayah Irian Barat dari Belanda kepada Indonesia.

Tanggal 19 Desember kemudian diabadikan sebagai Hari Trikora. Sebuah hari peringatan untuk mengenang perjuangan pembebasan Irian Barat.

Operasi Trikora

Operasi Trikora diluncurkan dengan tujuan yang jelas, mencakup tiga aspek krusial yang menjadi fokus dan misi utamanya. Pertama, Trikora bertujuan untuk menggagalkan usaha Belanda dalam membentuk negara terpisah di wilayah Papua, yang merupakan tantangan serius terhadap kesatuan Indonesia.

Selain itu, Operasi Trikora memiliki agenda penting lainnya, yaitu mengibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat. Langkah itu diambil sebagai simbol nyata dari kedaulatan Indonesia atas wilayah tersebut, yang menegaskan klaim sejarah dan keberadaan negara ini di bumi Papua.

Tidak hanya itu, Trikora juga mendorong persiapan dan keterlibatan rakyat Indonesia secara umum, dengan mengajak mereka untuk bersiap-siap melakukan mobilisasi. Itu tidak hanya terkait dengan pertahanan terhadap ancaman asing, tetapi juga sebagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air serta bangsa.

Dengan demikian, operasi itu melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam rangka mencapai tujuan nasional yang lebih luas.

Pembentukan Komando Mandala

Dalam Trikora, Presiden Soekarno mengambil langkah strategis dengan mendirikan Komando Mandala pada 2 Januari 1962. Komando Mandala dipimpin Mayor Jenderal Soeharto dan bermarkas di Makassar. Komando Mandala memiliki tanggung jawab yang terinci, antara lain:

  • Perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan operasi militer dengan tujuan mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Negara Republik Indonesia.
  • Pengembangan situasi militer di wilayah Irian Barat untuk mendukung efektivitas operasi-operasi tersebut.

Dengan terbentuknya Komando Mandala di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal Soeharto, upaya untuk merealisasikan Trikora menjadi semakin terstruktur dan terkoordinasi. Keseluruhan tugas yang diberikan kepada Komando Mandala mencakup aspek perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan operasi militer, serta pemantapan situasi di lapangan demi mencapai tujuan politik yang diamanahkan oleh Trikora.

Akhir Operasi Trikora

Pada 19 Desember 1961, Operasi Trikora dimulai. Peristiwa bersejarah itu berlangsung hingga 15 Agustus 1962. Perundingan New York memuat kesepakatan bahwa Belanda harus menyerahkan Papua kepada Indonesia paling lambat pada 1 Mei 1963. Untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut, PBB membentuk United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang dipercayakan untuk menjaga Irian Barat. Kepemimpinan UNTEA dipegang Jalal Abdoh dari Iran.

Belanda akhirnya menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia pada 1 Mei 1963. Pada saat itu, E.J. Bonay diangkat sebagai Gubernur Irian Barat, menandai awal kepemimpinan di wilayah tersebut.

Peristiwa itu menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan dan penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda terkait Papua.

Memaknai Hari Trikora

Hari Trikora menjadi momentum bagi kita untuk merenung dan menghargai perjuangan para pahlawan, yang telah berkorban demi merumuskan cita-cita luhur bangsa. Setiap tahun, peringatan ini diwarnai dengan upacara penghormatan di berbagai pelosok tanah air.

Bendera Merah Putih berkibar setengah tiang, sebagai tanda duka dan penghormatan bagi para pahlawan yang telah berjuang untuk merebut kemerdekaan.

Pentingnya memahami dan menghargai sejarah tidak hanya sebagai catatan masa lalu, tetapi juga sebagai pendorong semangat kebangsaan dan persatuan. Papua kini menjadi bagian integral dari keberagaman budaya dan kekayaan alam Indonesia.

Kita patut bersyukur atas keberhasilan perjuangan dalam merebut kemerdekaan tersebut, dan terus bersatu untuk membangun negeri yang lebih maju dan adil.

Seiring berjalannya waktu, Hari Trikora tetap menjadi simbol kebersamaan dan tekad bangsa Indonesia untuk menjaga dan memperjuangkan kemerdekaan. Kita berharap semangat ini terus berkobar di hati setiap anak bangsa, mendorong kita untuk bersatu padu menghadapi berbagai tantangan dan membangun masa depan yang lebih baik. Selamat Hari Trikora!

Artikel ini ditulis oleh Tari Pagusa, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)


Hide Ads