14 Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Berapi

14 Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Berapi

Savira Oktavia - detikJatim
Jumat, 08 Des 2023 17:00 WIB
Ilustrasi Tingkatan Status Gunung Berapi
Ilustrasi tingkatan status gunung berapi. Foto: ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN
Surabaya -

Sebagian besar bencana yang terjadi di Indonesia disebabkan aktivitas alam, salah satunya gunung meletus. Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia dikelilingi banyak gunung berapi aktif.

Menurut Biro Administrasi Mutu Akademik dan Informasi Universitas Medan Area, definisi erupsi adalah suatu proses pelepasan material berasal dari gunung berapi, seperti lava, gas, abu, dan sebagainya ke atmosfer bumi, atau bagian atas bumi dalam jumlah yang tidak terduga.

Secara umum terdapat dua jenis erupsi, yakni eksplosif dan efusif. Erupsi eksplosif adalah proses keluarnya magma serta material lainnya ke permukaan bumi. Penyebabnya dikarenakan tekanan tinggi dari dalam perut bumi, sehingga terjadi letusan dan dentuman keras.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan, erupsi efusif adalah proses keluarnya magma dari perut bumi berupa lelehan lava karena adanya tekanan gas yang tidak terlalu kuat. Sehingga material yang dikeluarkan akan mengalir ke lereng gunung.

Tanda-tanda Erupsi Gunung Berapi

Melansir laman Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, ada beberapa tanda alam yang ditimbulkan sebelum gunung berapi mengalami erupsi. Sebelum terjadi erupsi, biasanya daerah di sekitar gunung berapi akan mengalami kenaikan suhu yang sangat signifikan.

ADVERTISEMENT

Adanya kenaikan suhu di sekitar gunung menyebabkan suhu air akan terasa lebih hangat, dan cadangan air di tanah akan menguap. Sehingga sumber air di sekitarnya menjadi kering.

Semakin tingginya aktivitas magma karena tekanan dari endogen menyebabkan lapisan batuan akan mendapatkan tekanan, sehingga terjadi getaran yang disebut sebagai gempa. Peningkatan suhu dan aktivitas vulkanik juga membuat hewan di sekitar lereng gunung akan turun menuju kaki gunung.

Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Berapi

Dibutuhkan kesiapsiagaan terhadap ancaman erupsi gunung berapi untuk menghindari banyaknya korban jiwa. Mulai dari sosialisasi seputar kondisi gunung berapi hingga tata cara menyelamatkan diri ketika terjadinya erupsi.

Dikutip dari karya ilmiah Aplikasi Peningkatan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Alam Erupsi Gunung Berapi Berbasis Android karya Tedy Suwandi, ada tiga tahapan mitigasi bencana erupsi gunung berapi.

1. Sebelum Terjadi Letusan

  • Memperhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengenai perkembangan aktivitas gunung berapi.
  • Mempersiapkan masker dan kacamata pelindung sebagai antisipasi dari bahaya debu vulkanik.
  • Mengetahui jalur evakuasi dan barak pengungsian yang telah disiapkan pihak berwenang.
  • Mempersiapkan langkah cadangan untuk evakuasi jika dampak letusan meluas di luar prediksi ahli.
  • Mempersiapkan dukungan logistik meliputi makanan dan minuman cadangan, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai secukupnya, obat-obatan khusus sesuai pemakai dan kebutuhan lainnya.

2. Saat Terjadi Letusan

  • Memastikan seluruh warga sudah berpindah ke barak pengungsian atau tempat lain yang aman dari dampak letusan.
  • Hindari daerah rawan bencana.
  • Menggunakan masker dan kacamata pelindung.
  • Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di barak pengungsian.

3. Setelah Terjadi Letusan

  • Memastikan kebutuhan dasar terpenuhi apabila harus menetap lebih lama di barak pengungsian.
  • Mendampingi anak-anak dan remaja untuk mengurangi risiko tekanan jiwa yang didapatkan selama berada di barak pengungsian.
  • Tetap menggunakan masker dan kacamata pelindung selama berada di wilayah yang terdampak abu vulkanik.
  • Memperhatikan perkembangan informasi dari pihak berwenang melalui radio atau pengumuman.
  • Mewaspadai kemungkinan bencana lainnya, seperti banjir lahar dingin yang disebabkan curah hujan tinggi, dan menghanyutkan material vulkanik maupun reruntuhan kayu apapun sepanjang sungai dari hilir ke hulu.

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)


Hide Ads