Kota Surabaya mulai memasuki musim hujan. Kondisi ini kerap muncul genangan-genangan hingga jadi sarang nyamuk. Bila genangan itu dibiarkan, jadi tempat bertelur jentik-jentik aedes aegypti.
Bila masyarakat tidak aware dan membiarkan genangan sebagai sarang jentik-jentik aedes aegypti, gampang menimbulkan demam berdarah atau DBD. Hal ini tentu menjadi masalah baru saat tubuh harus melawan virus dan bakteri yang datang saat musim hujan tiba tersebut2.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, saat ini kasus DBD pada peralihan musim masih terkendali. Artinya belum terjadi kenaikan penyakit demam berdarag.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tren kasus DBD di Surabaya disebut cenderung menurun bila dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: 5 Penyakit yang Mengintai Saat Musim Hujan |
"Berdasarkan data perkembangan trend kasus DBD di Surabaya sampai 30 November 2023 dalam kondisi terkendali. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya menunjukkan penurunan sebanyak 6%," kata Nanik saat dihubungi, Jumat (8/12/2023).
Nanik juga mengimbau masyarakat, khususnya orang tua untuk menjaga dan memperhatikan kesehatan anak. Sebab penyakit DBD lebih rentan menyerang usia anak hingga remaja. Meski tak dipungkiri usia dewasa juga bisa terjangkit.
"Berdasarkan data kasus DBD mayoritas ditemukan pada anak sekolah dengan rentang umur 5-14 tahun," ujarnya.
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan DBD di Surabaya. Kegiatan pengendalian risiko peningkatan kasus demam berdarah dilakukan. Seperti gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M PLUS yang masih menjadi pilihan utama untuk tindakan preventif.
"Selain itu, dinkes juga membuat edaran kewaspadaan demam berdarah dengue untuk mewaspadai awal musim penghujan yang berisiko terjadinya peningkatan populasi nyamuk. Menggerakkan promosi kesehatan dengan memasang media edukasi di tempat-tempat yang mudah dijangkau Masyarakat dan melakukan sosialisasi pencegahan DBD dalam kegiatan puskesmas," jelasnya.
Pihaknya juga mengkoordinasikan seluruh puskesmas bersama RT, RW secara terintegrasi di tingkat kelurahan dan kecamatan untuk konsisten meningkatkan upaya kewaspdaan sejak dini. Yakni melalui surat kewaspadaan peningkatan kasus DBD berbasis wilayah.
Bekerja sama pula dengan ITD Unair untuk melakukan survei penangkapan nyamuk dan pemeriksaan jentik dalam penelitian pola temporal dan spasial penyebaran virus Den-Vd di Kota Surabaya. Memaksimalkan meningkatkan kemampuan dan kapasitas kader identifikasi jentik.
Menggandeng Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) melakukan survei perilaku nyamuk. Selain itu konsultasi dengan pakar ilmu Penyakit Tropik RS Unair soal update tata laksana kasus DBD.
"Mengimbau puskesmas untuk segera melakukan penyelidikan epidemiologi kasus 1x24 jam dan melaksanakan penanganan kasus agar tidak ada penularan setempat," pungkasnya.
(esw/fat)