Riwayat Hidup KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah

Riwayat Hidup KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah

Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Kamis, 16 Nov 2023 11:35 WIB
Potret KH Ahmad Dahlan dari situs resmi Muhammadiyah, muhammadiyah.or.id, yang diakses detikJateng pada Jumat (18/11/2022).
Potret KH Ahmad Dahlan dari situs resmi Muhammadiyah/Foto: dok. situs muhammadiyah.or.id
Surabaya -

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang besar dan berkembang di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada 18 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta.

Siapakah KH Ahmad Dahlan? Berikut biografi KH Ahmad Dahlan yang dikutip dari Repository IAIN Parepare.

Mengenal KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah:

1. Riwayat Hidup KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Ia memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayahnya seorang ulama bernama KH Abu Bakar bin KH Sulaiman. Sementara sang ibu merupakan putri dari seorang pejabat penghulu kesultanan Ibrahim bin KH Hassan. Dilihat dari garis keturunan keluarga, KH Ahmad Dahlan masih memiliki garis keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim.

Sejak kecil, KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki sifat baik hati serta kepribadian yang halus. Kecerdasannya terlihat saat menginjak usia 8 tahun, di mana ia sudah bisa membaca Al-Qur'an dengan lancar.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya cerdas dalam ilmu agama, ia juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang baik di antara teman sepermainannya. Nama kecil Muhammad Darwis diganti dengan Ahmad Dahlan selepas ia pulang dari tanah suci.

Selepas itu, ia menikah dengan Siti Walidah, putri salah seorang kiai penghulu bernama Fadhil. Sang istri pun akrab disapa Nyai Ahmad Dahlan. Dari pernikahannya itu, Ahmad Dahlan dikarunia enam anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.

Selain Siti Walidah, Ahmad Dahlan pernah memperistri Nyai Abdullah, seorang janda Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Munawwir Krapyak. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman, Yogyakarta. Sementara pernikahannya dengan Nyai Asyiah, Ahmad Dahlan dikarunia anak laki-laki.

Pulang dari ibadah haji yang pertama, Ahmad Dahlan menjadi pedagang sekaligus aktif mengajar ngaji. Hingga pada 1890-an, ia ditinggal kedua orang tuanya. Pada 1896, Ahmad Dahlan pun mengemban tanggung jawab mendiang ayahnya untuk menjadi khatib amin dengan sebutan Khatib Amin Haji Ahmad Dahlan.

Sejak menjadi seorang khatib, Ahmad Dahlan semakin dikenal sebagai ulama atau kiai yang menerima legitimasi keraton. Pengakuan ini membuatnya dikenal sebagai sosok yang memiliki kekuasaan atau wewenang kuat di masyarakat Yogyakarta.

2. Pendidikan dan Karier KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan tidak pernah mendapat pendidikan formal. Sebab, orang tuanya melarang anak-anaknya bersekolah di sekolah gubernemen. Ahmad Dahlan pun mendapatkan pendidikan mengaji dari sang ayah.

Beranjak dewasa, Ahmad Dahlan berguru kepada beberapa ulama besar untuk mempelajari ilmu agama. Di antaranya KH Muhammad Saleh (Ilmu Fiqih), KH Muhsin (Ilmu Nahwu), KH R Dahlan (Ilmu Falak), KH Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (Ilmu Hadis), serta masih banyak lainnya.

Saat menginjak umur 15 tahun pada 1883, ia berangkat ke Makkah untuk mendalami ilmu agama sekaligus menunaikan ibadah haji atas persetujuan Kiai Khatib Amin. Pada saat yang sama, ia mulai mendalami pemikiran pembaharu Islam dari Muhammad Abduh, Al-Afgani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah.

Sekembalinya ke tanah air, Ahmad Dahlan mendirikan pondok yang menyediakan kelas belajar ilmu falaq, ilmu tauhid, dan ilmu tafsir. Ia pun aktif dalam organisasi pergerakan Budi Utomo dan Jamiat Khair.

Merasa ilmunya kurang, Ahmad Dahlan kembali lagi ke Makkah pada 1903, dan menetap selama dua tahun. Ia bertemu dan muzakkarah (berdiskusi tentang ajaran islam) dengan sejumlah ulama seperti Syekh Muhammad Khatib Al-Minangkabawi, Kyai Nawawi Al-Bantani, Kiai Mas Abdullah, dan Kiai Faqih Kembang.

3. Pendiri Organisasi Islam Muhammadiyah

Berkat pengalaman dan ilmunya, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang dinamai Muhammadiyah pada 18 November 1912. Tekadnya dalam mendirikan organisasi ini tidak terlepas dari dukungan rekannya di Budi Utomo, yakni Mas Rasyidi dan R Sosrosugondo.

Setahun sebelumnya pada 1911, KH Ahmad Dahlan telah mendirikan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Sekolah tersebut berfokus pada pembelajaran ilmu hitung, ilmu bumi, ilmu hayat, dan sebagainya.

Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya merupakan organisasi yang berfokus pada bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Adapun tujuan organisasi ini untuk menyebarkan ajaran Rasulullah kepada penduduk bumiputra, dan memajukan ajaran agama Islam kepada para anggotanya.

Untuk mewujudkannya, KH Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, mengadakan rapat dan tabligh, mendirikan badan wakaf dan masjid, serta menerbitkan buku, brosur, hingga majalah.

4. Pemikiran dan Ajaran

Pemikiran dan ajaran KH Ahmad Dahlan didapatkan ketika menimba ilmu di Makkah dan Kairo. Ilmu tersebut melahirkan sejumlah gagasan pembaharuan Islam.

Karena situasi yang begitu kisruh pada masa kolonialisme Belanda, KH Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan pendidikan dengan sistem dualisme, yakni pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda.

Sistem ini diterapkan KH Ahmad Dahlan dengan harapan sistem pendidikan ini dapat melahirkan kader yang bukan hanya memiliki wawasan agama, melainkan juga ahli pendidikan umum. Meskipun mendapat banyak penolakan dari masyarakat, pemikiran KH Ahmad Dahlan berhasil menjadi kebaruan hingga kini.

5. Wafatnya Sang Pendiri Muhammadiyah

KH Ahmad Dahlan mengembuskan napas terakhir pada usia 66 tahun, tepatnya 23 Februari 1923. Ia dikebumikan di Karang Kuncen, Yogyakarta.

Berkat jasanya, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Penobatannya sesuai SK Presiden RI Nomor 657 Tahun 1961 tanggal 27 Desember 1961.

Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads