Angka penderita kanker nasofaring di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, termasuk pasien di RSU dr Soetomo Surabaya. Dalam setahun pasien baru jumlahnya mencapai 200 kasus.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Achmad Chusnu Romdhoni mengatakan pasien kanker di RSU dr Soetomo, 70 persen adalah nasofaring atau pada bagian leher dan kepala.
"Jumlah kasus relatif, kasus kepala leher terbanyak di RSU dr Soetomo nasofaring. Angka dari tahun ke tahun nggak sama, kasus baru 120-200 kasus per tahun," kata Chusnu yang juga menjabat Wakil Dekan 1 FK Unair ini saat ditemui detikJatim, Kamis (19/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat angka pasien yang terus bertambah, Romdhoni mengatakan edukasi gejala kanker nasofaring harus terus disebarkan kepada masyarakat dan para dokter. Bahkan, gejala yang kerap diabaikan bisa saja tanda penyakit serius.
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Kepala Leher RSU dr Soetomo ini menyebut, ada empat gejala khas kanker nasofaring yang harus diwaspadai masyarakat. Salah satu gejalanya adalah telinga berbunyi kresek seperti kemasukan air padahal sedang tidak berenang atau kemasukan air.
"Pertama, gejala khasnya adalah telinga seperti ada air (blebek-blebek di telinga) tetapi kalau dibersihkan dengan cutton bud misalnya, tidak ada air di sana. Kedua, keluar lendir disertai darah dari hidung," jelasnya.
Selanjutnya, gejala ketiga munculnya benjolan di otot leher, bisa di satu sisi atau kedua sisi. Gejala keempat, adanya gangguan di syaraf pusat atau syaraf otak sehingga mengakibatkan nyeri kepala, penglihatan menjadi ganda, dan pipi terasa kebas.
Romdhoni menjelaskan empat gejala tersebut harus disebarkan ke masyarakat. Sehingga ketika ada yang mengalami gejala tersebut bisa lebih aware dan segera melakukan pemeriksaan ke dokter.
"Tidak hanya masyarakat saja yang harus tahu soal gejala KNF ini, karena kesalahan diagnosis juga bisa dilakukan dokter. Ada juga dengan keluhan di atas tetap diobati dengan obat pilek. Sebenarnya dokternya tidak salah, mungkin kurang aware bahwa ada penyakit serius yang gejalanya juga seperti itu," jelasnya.
Menurutnya, mengenali gejala kanker nasofaring ini penting, sebab tingkat kesembuhan tergantung dari kondisi pasien. Bila pasien menderita stadium awal, maka tingkat kesembuhannya bisa 90 persen, tetapi bila datang dalam keadaan stadium 4 atau stadium lanjut, tingkat kesembuhannya bisa hanya 40 persen.
Pasien kanker nasofaring saat ini bergeser diderita usia yang lebih muda. Bahkan, ia pernah mendapatkan pasien anak-anak berusia 6-7 tahun sehingga ditangani dokter pediatri.
"Saat ini juga ada pergeseran usia penderita kanker nasofaring. Jika dulu didominasi usia 40 hingga 50 tahun, kini banyak penderita di bawah usia 30 tahun. Pasien saya termuda usia 19 tahun, anak-anak juga ada, tapi penanganannya di bawah dokter pediatri," urainya.
Baca juga: 7 Makanan Pencegah Kanker |
Ia menjelaskan penyebab utama penyakit ini karena faktor genetik, faktor agent berupa infeksi laten dini dan reaktivasi oleh Epstein-barr Virus (EBV), serta faktor lingkungan berupa paparan terhadap bahan karsinogenik atau pemicu KNF seperti nitrosamin.
"Kalau faktor genetik dan agent kan tidak bisa dihindari, yang bisa dilakukan adalah menghindari karsibogenik atau paparan nitrosamin terlalu banyak. Nitrosamin ini banyak ditemui di makanan yang diasinkan dan diasapkan," pungkasnya.
Fokusnya dalam menyebarluaskan mengenai gejala hingga penanganan awal kepada masyarakat mengantarkannya menjadi guru besar yang dilantik pada Rabu 18 Oktober 2023. Romdhoni tak sendirian, ia dilantik menjadi guru besar bersama tiga dokter lain, yakni Prastiya Indra Gunawan. Rosy Setiawati, dan Heny Arwati.
(irb/iwd)