KH Masykur merupakan ulama asal Malang. Selain kegigihannya mempelajari Islam, ia juga berkontribusi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat Laskar Sabilillah.
Berkat kegigihannya melawan sekutu dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, KH Masykur diberi amanah untuk terjun di bidang pemerintahan. Ia menjabat sebagai Menteri Agama hingga empat periode.
Seperti apa riwayat hidup KH Masykur? Berikut ulasan singkat mengenai biografi KH Masykur, dikutip dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Biografi KH Hasyim Asy'ari |
Biografi KH Masykur:
1. Masa Kecil dan Riwayat Pendidikan
KH Masykur lahir di Singosari, Malang pada 30 Desember 1902. Ia merupakan anak dari pasangan KH Maksum dan Ny Maemunah.
Di usia 9 tahun, Masykur kecil menunaikan ibadah haji bersama kedua orang tuanya di Tanah Suci. Pulang beribadah haji, ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Bungkuk yang dipimpin KH Thahir.
Tak berhenti di itu, KH Masykur kemudian melanjutkan pendidikannya di Pesantren Sono, Buduran, Sidoarjo. Di sana, ia mendalami ilmu nahwu sharaf.
Empat tahun berselang, KH Masykur kemudian mendalami ilmu fiqih di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo. Ia pun kemudian berguru pada Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng untuk mempelajari ilmu tafsir dan hadis.
KH Masykur melanjutkan perjalanannya ke Madura. Ia singgah di Pesantren KH Khalil Bangkalan dan berguru kepada Syaichona Cholil untuk mempelajari Qiraat Al-Qur'an.
Terakhir, KH Masykur menempuh pendidikan di Solo selama 7 tahun. Ia belajar di Madrasah Mamba'ul Ulum Jamrasen.
2. KH Masykur Melepas Masa Lajang dan Mendirikan Madrasah
Setelah perjalanan panjang menimba ilmu, KH Masykur kembali ke tanah kelahirannya di Singosari, Malang. Di sana, ia mendirikan madrasah dengan nama Misbahul Wathan atau Pelita Tanah Air.
KH Masykur melepas masa lajang dengan menikahi cucu KH Nachrowi Thohir, sang guru di Pesantren Bungkuk, Malang. Menginjak usia 16 tahun pernikahan, sang istri meninggal dan belum dikaruniai keturunan. Atas saran dari Kiai Kholil Genteng, KH Masykur kemudian menikahi adik istrinya, Fatimah.
3. KH Masykur Tokoh Penting Laskar Sabilillah Ketika Berjuang demi Kemerdekaan
Berkat pengabdian dan kepemimpinannya pada masyarakat dan agama, KH Masykur pun diamanahi untuk menjadi Ketua Nahdlatul Ulama Cabang Malang. Tak hanya itu, ia juga menjadi tokoh penting dalam jaringan paramiliter santri.
KH Masykur memimpin Laskar Sabilillah. Adapun peran Laskar Sabilillah ialah menyerukan semangat perjuangan kemerdekaan.
Semangat perjuangan Laskar Sabilillah berkobar saat peristiwa perlawanan Arek Suroboyo pada November 1945. Ketika tentara Inggris mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945, KH Masykur kemudian merapatkan barisan Laskar Sabilillah.
Barisan tersebut juga meliputi beberapa kiai pesantren. Seperti KH Wahid Hasyim, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Mas Mansyur, dan masih banyak lagi.
KH Masykur dan pasukan Laskar Hizbullah yang dipimpin Kiai Zainul Arifin bertekad dengan niat: isy kariman au mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid). Alhasil, berkat perjuangan tersebut, Indonesia bisa mempertahankan kemerdekaan.
4. Karier KH Masykur di Pemerintahan
Dua tahun berselang pascaperlawanan terhadap sekutu, KH Masykur diberi amanah untuk menjadi Menteri Agama, pada akhir masa Kabinet Amir Syarifuddin ke-2. Ia pun menjabat sebagai Menteri Agama hingga empat periode.
Kemudian di tahun 1952, KH Masykur juga diberi posisi sebagai Ketua Dewan Presidium Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Lewat organisasi PBNU, ia juga menjadi salah satu tokoh pengawal, pencetus lahirnya Sarbumusi (Serikat Buruh Muslimin Indonesia).
Kariernya di pemerintahan tak berhenti di situ. Ada beberapa jabatan yang pernah dipegangnya yakni anggota Syou Sangkai (DPRD) ketika masa pendudukan Jepang, anggota PPKI dan Konstituante, hingga Wakil Ketua DPR (1978-1983).
Di usia senja, KH Masykur kemudian menjadi Ketua Yayasan Universitas Islam Malang. KH Masykur mengembuskan napas terakhir pada tanggal 19 Desember 1992.
Baca juga: Biografi KH Bisri Syansuri |
Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/fat)