Bunyi khas mainan tradisional itu, seirama dengan derit roda sepeda kayuh tua yang dinaiki pria asal Lamongan ini. Dengan tumpukan mainan jekikrek di bagian belakang sepeda, Pardi melintas ke arah barat menuju Makam Bung Karno.
Sejak tahun 1989, perjalanan ini dia lakoni dengan ikhlas. Demi menghidupi istri dan dua anaknya di Desa Tikung, Lamongan.
Bagi warga daerah sentra tanaman siwalan ini, musim panas yang panjang mendatangkan berkah tersendiri. Karena, merupakan masa panen buah siwalan. Buahnya dan air nira siwalan, laku dijual di sepanjang pinggir jalan utama antarprovinsi. Sementara daunnya kerap dibikin origami hingga menjadi mainan anak, seperti bebek-bebekan yang dijual Pardi.
"Asal sudah terkumpul 500 mainan, saya pasti berangkat keliling. Ya naik sepeda ini. Pernah ke Jawa Tengah, Jawa Barat bahkan Madura," tutur Pardi saat bertemu detikJatim di Kota Blitar, Jumat (13/11/2023).
Dalam setiap perjalanannya, Pardi memilih pasar sebagai lokasinya ngaso (istirahat). Selain selalu banyak orang, Pardi lebih mudah membeli makanan dengan harga relatif lebih murah jika dibandingkan di warung pinggir jalan raya.
![]() |
Pun ketika senja beranjak malam, Pardi bergegas mencari pasar terdekat untuk tidur di lapak pedagang. Katanya, lebih aman, dagangannya tidak akan dicuri.
Pardi mengaku perjalanannya dari Lamongan ke Kota Blitar ini membutuhkan waktu dua malam. Karena dia mengelilingi dulu wilayah yang dilewatinya di Jombang, Kediri sisi timur, baru kemudian memasuki Kota Blitar. Pardi bersyukur karena mainannya sudah separuh terjual.
Walaupun hanya satu jenis mainan yang dijualnya, namun peminat jekikrek ini masih cukup banyak. Satu jekikrek lengkap dengan roda dan tali rafia dijualnya seharga Rp 10 ribu. Sedangkan yang ditambahi burung di atasnya, dijual seharga Rp 12 ribu.
"Alhamdulillah masih banyak yang beli. Lucu kata mereka melihat bebek-bebekan ini saya tarik sambil mengayuh sepeda. Ini masuk Blitar tinggal separuh. Besok pagi lanjut perjalanan ke timur arah Malang," ungkapnya.
![]() |
Dengan usia mendekati manula, fisik Pardi masih terlihat sehat dan bugar. Baginya, menghabiskan hidup di jalan memberikan banyak pelajaran. Walaupun pekerjaannya yang dilakoni terlihat berat di mata orang lain, namun Pardi menikmatinya sepenuh hati.
"Tinggal ngelakoni. Dinikmati setiap perjalanan. Ketemu banyak orang, banyak saudara, rezeki pasti datang. Asal kita mau berusaha, karena jatah rezeki sudah tertakar gak bakalan tertukar," pungkasnya.
(hil/iwd)