Nostalgia Masa Kecil dengan Permainan Tradisional Egrang Batok

Nostalgia Masa Kecil dengan Permainan Tradisional Egrang Batok

Erliana Riady - detikJatim
Kamis, 26 Jan 2023 06:01 WIB
egrang batok
Dua anak sedang bermain egrang batok (Foto: Erliana Riady)
Blitar -

Tempurung kelapa di tangan orang kreatif bisa berubah menjadi alat bermain yang menarik. Alat bermain itu adalah egrang batok, yang telah lama menjadi media permainan tradisional yang menyehatkan badan.

Egrang batok terbuat dari tempurung kelapa yang dibelah menjadi dua. Setelah diambil daging kelapanya, tempurung kemudian dilubangi tepat bagian tengah atasnya. Bagian lubang lalu dimasuki tali tampar yang diikat kuat d bagian dalam tempurung. Tali dibuat dua helai untuk berpegangan tangan.

Cara memainkannya, telapak kaki kanan dan kiri masing-masing dimasukkan ke ujung bawah kedua tali. Posisi tempurung dalam kondisi menghadap ke bawah. Lalu dengan mengangkat tempurungnya sambil mengangkat kaki, pemain bisa berjalan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang ditunjukkan Keisa dan Rara, dua anak di Dukuh Maron Desa Selokajang, Srengat, Kabupaten Blitar ini. Mereka memilih bermain enggrang batok sepulang dari sekolah. Biasanya, mereka membawa alat bermain ini ke halaman rumah temannya yang luas agar bisa bermain bersama.

egrang batokCara bermain egrang batok (Foto: Erliana Riady)

"Rame kalau main ini. Seneng aku. Nanti kalau sudah capek terus tidur dan bangun sore buat ngaji," celoteh bocah kelas 3 SD itu, Rabu (25/1/2023).

ADVERTISEMENT

Egrang batok itu dibuat oleh Wiji, kakek Keisa. Pria berusia 63 tahun ini sehari-harinya bekerja sebagai tukang nderes legen kelapa. Beberapa tetangganya kerap meminta tolong Wiji memanjat kelapa untuk mengambil buah kelapa yang telah tua. Lalu membelahnya untuk diproses menjadi santan.

"Daripada cucu saya pegang HP saja, saya buatkan egrang batok saja. Ternyata mereka senang. Teman-teman sebayanya juga minta dibuatkan. Main egrang batok ini bikin ramai suasana kampung juga," ujarnya.

Wiji mengaku melihat cucunya bermain egrang membuatnya bernostalgia. Permainan ini telah dikenalnya sejak masa kecilnya di kampung ini. Dulu, Wiji juga dibuatkan kakeknya permainan serupa.

"Ceritanya mbah lanang itu, sejak zaman Jepang sudah ada permainan ini. Anak-anak di kampung sini ceritanya suka main egrang pas bulan puasa. Sambil nunggu waktu berbuka puasa, mereka ramai sekali mainan ini," tuturnya dengan raut wajah bahagia.

egrang batokWiji mengenang masa kecilnya dengan egrang batok (Foto: Erliana Riady)

Dalam Baoesastra (Kamus) Jawa karangan W.J.S. Poerwadarminto terbitan 1939 halaman 113, disebutkan kata egrang-egrangan diartikan permainan dengan menggunakan alat yang dinamakan egrang. Sementara egrang sendiri diberi makna bambu atau kayu yang diberi pijakan (untuk kaki) agar kaki leluasa bergerak berjalan.

Egrang juga awalnya digunakan sebagai alat bantu untuk menyusuri banjir. Lalu kemudian berkembang menjadi permainan atau olahraga tradisional dan mulai dilombakan, terutama saat perayaan HUT RI.

Egrang sendiri diketahui mulai dimainkan sejak zaman kemerdekaan, dan terus berkembang pada tahun 1960-an di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Meski berkembang di Jawa Barat, egrang dimainkan di berbagai provinsi lain di Indonesia.

Egrang pun memiliki nama yang berbeda-beda di tiap daerah. Di Lampung disebut Egrang, di Jawa Tengah disebut Jangkungan, di Sumatera Barat akrab disebut Tengkak-Tengkak, dan Ingkau dalam bahasa Bengkulu.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads