Masriah yang Terus Berulah Diduga Borderline Personality, Penyakit Apa Itu?

Masriah yang Terus Berulah Diduga Borderline Personality, Penyakit Apa Itu?

Suki Nurhalim - detikJatim
Selasa, 10 Okt 2023 19:36 WIB
Masriah penyiram kencing sidoarjo
Masriah/Foto: Suparno
Surabaya -

Psikolog menyebut Masriah bisa saja menderita borderline personality karena sering meneror tetangganya, Wiwik. Apa itu Borderline Personality?

Mengutip situs resmi Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Borderline Personality Disorder (BPD) merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya sulit mengendalikan emosi. BPD bisa mempengaruhi kehidupan pengidapnya dalam aktivitas sehari-hari.

Penderita BPD memiliki mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, dan kesulitan menjalani hubungan sosial. Diperkirakan 1 hingga 4 persen orang di dunia mengidap gangguan mental ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala borderline personality lebih sering dialami wanita. Pikiran yang mengganggu dapat memicu perasaan takut ditolak, cemas, marah, tidak berarti, takut ditinggalkan, atau marah. Bahkan, penderita BPD juga memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang merupakan penyakit mental, yang mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Karena ada gangguan pada cara pikir dan persepsi, pengidap BPD sangat kesulitan dalam mengontrol emosi.

ADVERTISEMENT

Kondisi tersebut sering kali menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk hubungan penderita dengan orang lain.

Gejala Borderline Personality Disorder:

Gejala BPD sering dianggap bipolar karena sangat mirip. Berikut sederet gejala yang mengindikasikan BPD.

1. Perubahan Suasana Hati Secara Intens

Orang yang mengidap BPD dapat mengalami perubahan suasana hati secara mendadak terhadap diri sendiri maupun orang lain. Emosinya bisa irasional, seperti kemarahan, ketakutan, kecemasan, kebencian, dan kesedihan yang tidak terkendali.

Pengidap juga mungkin bisa sampai marah atau menyerang orang lain. Juga kesulitan untuk menenangkan dirinya sendiri.

2. Takut Ditinggalkan

Pengidap BPD bisa tidak nyaman dengan kesendirian dan takut ditolak sampai ditinggalkan orang lain. Dalam kasus yang ekstrem, pengidap bisa nekat untuk melacak keberadaan orang yang mereka cintai atau mencegah orang tersebut pergi.

3. Kesulitan Pempertahankan Hubungan

Sebagian besar pengidap borderline personality disorder kesulitan untuk mempertahankan hubungannya. Persahabatan, pernikahan, dan hubungan mereka dengan anggota keluarga seringkali kacau dan tidak stabil.

4. Perilaku Impulsif dan Berbahaya

Pengidap BPD juga kerap impulsif dan melakukan perilaku-perilaku berbahaya. Seperti mengemudi sembrono, berkelahi, berjudi, penyalahgunaan zat, dan aktivitas seksual yang tidak aman.

Perilaku ini bisa sulit atau tidak mungkin dikendalikan.

5. Menyakiti Diri Sendiri

Perilaku berbahaya lainnya yang bisa dilakukan pengidap BPD adalah menyakiti diri sendiri. Mereka bisa nekat memotong, membakar atau melukai diri sendiri sampai memiliki pikiran untuk bunuh diri.

6. Depresi

Pengidap BPD sering merasa sedih, bosan, tidak terpenuhi atau kosong. Juga merasa tidak berharga dan membenci diri sendiri.

7. Paranoid

Ia yang mengidap BPD juga sering merasa khawatir terhadap pemikiran orang lain. Mereka takut orang tidak menyukai dirinya, atau tidak ingin menghabiskan waktu bersama dirinya.

Infografis MasriahInfografis Masriah/ Foto: Felicia Margaret

Penyebab Borderline Personality Disorder:

Kementerian Kesehatan menerangkan penyebab borderline personality disorder belum diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor di bawah ini diduga dapat memicu BPD.

1. Peristiwa Traumatis

Peristiwa traumatis seperti pelecehan, kekerasan, atau penelantaran saat kanak-kanak, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Selain itu, komunikasi yang buruk dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya BPD.

2. Genetik

Dalam beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian ambang lebih berisiko mengalami BPD.

3. Kelainan pada Otak

Dalam penelitian, penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak. Terutama pada area yang mengatur perilaku dan emosi.

Penderita BPD juga diduga memiliki kelainan fungsi zat kimia otak yang berperan dalam mengatur emosi.

Penanganan Borderline Personality Disorder:

Penggunaan obat-obatan bukan untuk mengatasi BPD. Melainkan untuk mengatasi gejala atau gangguan mental lain yang muncul bersamaan dengan BPD. Seperti depresi dan gangguan kecemasan.

Berikut sederet psikoterapi yang bisa dilakukan untuk menangani BPD:

1. Dialectical Behavior Therapy (DBT)

DBT dilakukan melalui dialog dengan tujuan agar pasien dapat mengendalikan emosi, menerima tekanan, dan memperbaiki hubungan dengan orang lain. DBT dapat dilakukan secara individual, atau dalam sebuah grup konsultasi.

2. Mentalization-Based Therapy (MBT)

MBT menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi. Terapi ini membantu pasien BPD menilai perasaan dan pikirannya sendiri, serta menciptakan perspektif positif dari situasi yang dihadapi.

Terapi ini juga membantu pasien untuk mengerti perasaan orang lain, dan konsekuensi perbuatannya terhadap perasaan orang lain.

3. Schema-Focused Therapy

Terapi ini membantu pasien BPD menyadari kebutuhannya yang tidak terpenuhi dan akhirnya memicu pola hidup negatif. Terapi akan berfokus pada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut melalui cara yang lebih sehat sehingga terbangun pola hidup yang positif.

4. Transference-Focused Psychotherapy (TFP)

TFP atau terapi psikodinamis membantu pasien memahami emosi dan kesulitan yang dialaminya dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain (interpersonal).

5. Good Psychiatric Management

Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien terhadap emosi yang dialaminya dengan mempertimbangkan perasaan orang lain. Terapi dapat dipadukan dengan pemberian obat, terapi kelompok atau perorangan, dan penyuluhan pada keluarga.

6. STEPPS

STEPPS atau systems training for emotional predictability and problem-solving, merupakan terapi kelompok yang dapat dilakukan bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh. Terapi ini umumnya berlangsung selama 20 minggu, dan biasanya digunakan sebagai terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.

Soal Masriah yang Terus Berulah

Masriah merupakan warga Desa Jogosatru, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo. Ia disebut kembali berulah dengan membuang sampah di akses jalan menuju rumah Wiwik Winarti, tetangganya.

Mengapa Masriah disebut kembali berulah? Sebab sebelumnya, Masriah telah meneror rumah Wiwik dengan penyiraman air kencing dan tinja selama 7 tahun.

Praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya, Riza Wahyuni SPsi MSi mengatakan bahwa Masriah memiliki masalah dengan kepribadiannya sendiri. Buktinya, meski sudah pernah dipenjara selama 1 bulan ternyata itu tidak membuatnya kapok.

"Tapi kalau melihat cerita dia seperti mengejek, berarti ini karakter yang tidak tepat. Ada masalah di perilaku dan kepribadiannya. Bukan kepada gangguan jiwa, tapi bermasalah dalam konteks hubungan sosialnya dia bermasalah," ujar Riza saat dihubungi detikJatim, Selasa (10/10/2023).

Riza tidak tahu apakah Masriah memahami atau tidak bahwa sikapnya yang mengolok-olok itu termasuk meremehkan hukum. Apalagi jika Masriah merasa hukumannya hanya 1 bulan sehingga berani merugikan orang lain lagi.

"Dia bukan dalam kapasitas bermasalah dalam konteks gangguan jiwa, tapi bisa saja dia memang memiliki borderline personality. Tapi dia memahami aturan. Kalau dia ada borderline personality, tapi bukan berarti memiliki borderline personality bisa melanggar aturan," jelas Riza.




(sun/iwd)


Hide Ads