Kasus dokter gadungan Susanto di Surabaya menjadi keprihatinan. Hal itu diungkapkan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya saat momentum World Patient Safety Day atau Hari Keselamatan Pasien Sedunia 2023.
Dia mengingatkan bahwa keselamatan pasien adalah hal yang utama. Keselamatan pasien menjadi hal terpenting bagi seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Hal ini juga menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan, seperti dokter dan seluruh jajaran yang ada di fasyankes.
"Dokter gadungan ini menjadi keprihatinan kita bersama. Dan ini akan menjadi catatan dan perbaikan kita semua, mulai dari jajaran Kementerian Kesehatan, organisasi profesi, dinas kesehatan, sampai dengan rumah sakit itu sendiri," jelas Azhar saat ditemui di kawasan Jakarta Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca dari kasus tersebut, Azhar mengatakan perlu adanya verifikasi ulang yang dilakukan para petinggi di rumah sakit. Ini berguna untuk memastikan pengalaman dan kompetensi dokter atau tenaga kesehatan sudah memenuhi kualifikasi untuk merawat pasien.
Pasalnya, aksi Susanto yang sengaja mengelabui klinik dan RS menggunakan data pribadi untuk menjadi dokteroid tentu memicu kekhawatiran bagi keselamatan pasien. Menurutnya, hal ini perlu menjadi catatan dan perbaikan bagi seluruh lapisan yang bergelut di bidang kesehatan.
"Apapun yang kita lakukan, sebaik apapun rumah sakit kalau pasien tidak safety, maka itu dikatakan kurang baik buat kita semua," kata Azhar, saat ditemui di kawasan Jakarta Barat.
Dalam kesempatan yang sama, Azhar menyinggung kasus dokter gadungan Susanto di Surabaya. Azhar menjelaskan untuk dapat berpraktik, dokter harus melewati beberapa tahapan. Ini termasuk pemeriksaan Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR).
"Mulai dari SIP (surat izin praktik) yang dilakukan di dinas kesehatan, yang mengeluarkan SIP adalah dinkes. Kemudian ijazahnya segala macam, itu seharusnya konsil yang berperan di sini karena STR-nya (surat tanda registrasi) dan sebagainya di situ," tutur dia.
"Kemudian, pas dia praktek di RS, sebenarnya ada kredensial. Direktur rumah sakitnya itu harus meneliti lagi. Komite medisnya juga harus melakukan verifikasi lagi kepada dokter ini, sehingga semuanya bisa memastikan 'status legalnya' seorang dokter," sambungnya.
Azhar menegaskan oknum seperti Susanto ini mungkin tidak hanya terjadi di tingkat dokter saja. Ini bisa saja terjadi di jajaran kesehatan lainnya, seperti perawat, bidan, hingga apoteker.
Dia meminta agar semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan ke depannya bisa melakukan pengecekan lebih teliti lagi. Hal ini demi mewujudkan keselamatan pasien.
"Dan sekali lagi, namanya oknum itu ada di semua jajaran di bidang kesehatan. Mungkin nggak hanya dokter, mungkin ada tenaga kesehatan yang lain mungkin saja terjadi," tegas Azhar.
"Saya mohon semua rumah sakit, semua fasilitas kesehatan melakukan pengecekkan. Sekarang semua serba gampang, serba online. STR bisa dicek online, ijazah juga bisa online. Ini kembali agar keselamatan pasien bisa terwujud juga karena tenaga kesehatannya memiliki kompetensi yang diakui," tuturnya.
(sao/fat)