Puncak musim hujan di Jawa Timur (Jatim) diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari 2024. Empat wilayah di Jatim diminta waspada cuaca ekstrem hingga potensi bencana hidrometeorologi.
"Rata-rata puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Jatim memang akan terjadi di Januari-Februari 2024," kata Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur Anung Suprayitno saat konferensi pers Prakiraan Musim Hujan Jatim 2023, Kamis (13/9/2023).
Ia mengungkapkan curah hujan tinggi diprakirakan akan melanda sebagian besar wilayah di Jatim pada rentang waktu tersebut. Beberapa daerah yang perlu mewaspadai cuaca ekstrem curah hujan di atas normal, di antaranya Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Pasuruan, dan Probolinggo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BMKG pun mengimbau kepada semua pihak, baik masyarakat, pemerintah daerah, maupun institusi terkait, agar mengantisipasi potensi bencana yang mungkin terjadi, seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga wilayah-wilayah yang diprediksi terdampak bisa memperhatikan peringatan dini ini untuk mencegah bencana hidrometeorologi dan kerugian lainnya.
Sementara itu, musim hujan di Jatim pada 2023 diprediksi secara umum normal dengan cakupan 55 atau 74,3 persen ZOM. Menurut Anung, musim hujan tahun ini akan tiba lebih lambat dibandingkan biasanya, dengan 32 ZOM atau 43,2 persen mulai memasuki musim hujan pada November dasarian II.
Sedangkan, pada Januari 2024 puncak musim hujan diprakirakan umumnya terjadi di 11 dari 70 zona musim (ZOM) di wilayah Jatim atau 14,9 persen. Wilayah tersebut meliputi Pulau Bawean, Pulau Kangean, Kepulauan Masalembu, dan sebagian besar Madura kecuali sebagian Bangkalan dan Sampang. Kemudian, pada Februari 2024 sebanyak 63 ZOM (85,1 persen).
Perkembangan aktivitas peralihan musim serta keragaman iklim yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Jatim, terang Anung, tak terlepas dari pengaruhi aktivitas iklim, seperti fenomena global El Nino dan La Nina. Di mana pengaruh El Nino dan La Nina sendiri juga tergantung musim, mengingat dinamika cuaca dan iklim respons dari masing-masing wilayah berbeda.
"Wilayah khususnya Jatim ini memang tidak terlepas dari kontribusi Monsun Asia, El Nino pun cenderung berpengaruh terhadap maju mundurnya musim hujan. Bisa diingat, karakteristik iklim musim di Jatim itu berbeda, jadi respons terhadap kewilayahannya juga beda," jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh Aujana Mahalia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)