Musim kemarau berkepanjangan terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Beberapa dampak yang dirasakan ialah kegagalan panen hingga kekeringan dan krisis air bersih. Tak hanya itu, kemarau panjang juga rawan menyebabkan kebakaran.
Umat Islam bisa melakukan sholat Istisqa berdasarkan anjuran Nabi Muhammad SAW. Sholat Istisqa yang diambil dari istilah Al-Istisqa artinya meminta curahan air penghidupan. Para ulama mengartikan sholat Istisqa sebagai sholat sunah muakkadah untuk memohon diturunkannya air hujan.
Ibadah ini dilaksanakan pada siang hari hingga sore hari. Asalkan tidak pada waktu diharamkannya mengerjakan sholat, seperti ketika matahari berada di atas kepala dan terbenamnya matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sholat dan Doa Rabu Wekasan |
Sholat Istisqa:
1. Dalil Sholat Istisqa
Dikutip dari situs resmi Kementerian Agama, Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat Muslim untuk berdoa dan sholat sunah agar Allah SWT menurunkan nikmat hujan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah R.A. sebagai berikut.
خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن
Artinya: "Nabi Muhammad Saw keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau sholat dua rakaat bersama kita tanpa adzan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad)."
2. Tata Cara Sholat Istisqa
Dilansir situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), Syekh Abdullah Bafadhal Al-Hadhrami mengungkapkan terdapat tata cara sholat Istisqa yang dilakukan sebanyak dua rakaat. Hal ini sama halnya dengan sholat sunnah dua rakaat sholat Id.
Perbedaan keduanya terletak pada penempatan khutbah, pembacaan takbir, dan arah khatib pada saat khutbah kedua. Selebihnya tata cara pelaksanaan kedua sholat ini sama seperti pada umumnya.
1. Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan sholat secara berjamaah.
2. Imam dan makmum membaca niat sholat Istisqa tanpa didahului dengan azan dan iqamat.
Niat sholat Istisqa sebagai Imam
اُصَلِّى سُنَّةً الإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ إمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى.اَللّٰهُ اَكْبَرْ
Latin: Ushalli sunnatal istisqo'i rak'ataini immaman lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat sholat Istisqa' dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta'ala"
Niat sholat Istisqa sebagai makmum
اُصَلِّى سُنَّةً الإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأمُوماً لِلّٰهِ تَعَالَى.اَللّٰهُ اَكْبَرْ
Latin: Ushalli sunnatal istisqo'i rak'ataini immaman/ma'muman lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat sholat Istisqa' dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
3. Membaca takbiratul ihram. Selanjutnya, imam dan makmum melakukan takbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama, dan takbir sebanyak lima kali pada rakaat kedua.
4. Imam membaca surat al-Fatihah dan satu surat pendek secara lantang di setiap rakaat, sehingga dapat terdengar jelas oleh para makmum. Kemudian, dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud, dan duduk di antara dua sujud.
5. Pada rakaat kedua setelah sujud, baik imam maupun makmum membaca bacaan tahiyat, tasyahud, dan selawat ketika melakukan duduk tahiyat akhir. Dan diakhiri dengan bacaan salam.
6. Imam menyampaikan khutbah yang didengarkan oleh para jemaah. Khutbah sholat Istisqa terdiri atas dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah.
Rukun khutbah dan tata caranya dalam sholat Istisqa sama seperti yang dilakukan khatib setelah sholat Id, yakni membaca takbir sebanyak sembilan kali pada khutbah pertama dan takbir sebanyak tujuh kali pada khutbah kedua.
Khatib dianjurkan menyampaikan khutbah seputar ajakan kepada umat Muslim untuk melakukan taubat, meminta ampun atas segala dosa, dan memperbanyak istighfar. Harapannya Allah SWT dapat mengabulkan kebutuhan umat Muslim dan makhluk hidup lainnya ketika bumi dilanda kemarau.
Setiap mengakhiri khutbah pertama dan kedua, khatib disunahkan membaca doa dengan cara membalikkan tubuhnya dengan posisi membelakangi jemaah dan mengharap ke arah kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya sambil mengangkat kedua tangannya.
Adapun, doa yang dipanjatkan di penghujung khutbah sholat Istisqa sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ
اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ
اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ
اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ
اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا
Latin:
Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī'an marī'an (lan riwayat murī'an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā'iman.
Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj'alnā minal qānithīn
Allāhumma inna bil 'ibādi wal bilādi wal bahā'imi wal khalqi minal balā'i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.
Allāhumma anbit lanaz zar'a, wa adirra lanad dhar'a, wasqinā min barakātis samā'i, wa anbit lanā min barakātil ardhi
Allāhummarfa' 'annal jahda wal jū'a wal 'urā, waksyif 'annal balā'a mā lā yaksyifuhū ghairuka
Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā'a 'alainā midrārā
Artinya:
"Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan.
Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu.
Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu."
Demikian penjelasan mengenai sholat Istisqa. Semoga bermanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)