Pagi itu, dapur sederhana yang terhubung langsung dengan ruang tamu di salah satu rumah warga Dusun Truko, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi menebar aroma harum bumbu dapur yang dipanaskan. Seorang pemuda dengan perawakan kecil, kulit kuning langsat sibuk mengoseng aneka bumbu di atas kuali. Pemuda ini adalah Mohammad Hamzah (33). Setiap pagi Hamzah yang akrab disapa Ozza ini menyempatkan diri menyiapkan masakan sederhana untuk dua perempuan tercinta.
Mohammad Hamzah sudah lebih dari 3 tahun merawat ibu kandungnya yang sudah berumur sekitar 70 tahun dan mengalami kelumpuhan serta pikun. Bersamanya juga tinggal bibinya, adik dari ibu Ozza yang seorang penyandang disabilitas. Bibi Ozza kesulitan berjalan dan memiliki bentuk tangan yang sedikit berbeda.
Ozza tak pernah berpangku tangan, ia bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga dan merawat ibunya setiap hari tanpa kenal lelah. Memasak bukan satu-satunya pekerjaan rumah yang dilakoni Ozza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mencuci pakaian orang tuanya, mencuci piring, dan membersihkan rumah. Semua itu ia lakoni di luar rutinitas memandikan ibunya, mengganti pakaian, dan membawa ibunya ke depan rumah tetangga untuk berjemur. Semua ia lakukan sebelum berangkat bekerja sebagai karyawan salah satu percetakan di Kecamatan Srono.
"Setiap hari saya seperti ini, sejak ibu sudah mulai susah jalan saya harus gendong ibu ke mana-mana. Sebelum tahun 2020 itu, rumah saya longsor dan kebetulan ibu pas tidur di situ. Kamar bapak dan ibu di belakang, saat longsor mereka sedang tidur tiba-tiba kamar terbelah yang tersisa tempat tidur saja. Tapi alhamdulillah bapak dan ibu selamat tidak ikut hanyut terbawa longsor," kisah Ozza kepada detikJatim, Senin (11/9/2023).
"Mulai dari itu ibu pikirannya agak kacau, mungkin trauma atau kaget ya, karena pas enak-enak tidur itu ambrol dindingnya. Setelah itu, tahun 2022 ayah meninggal tiba-tiba tidak sakit atau apa. Dari situ ibu semakin linglung seperti pikun, sepertinya psikologinya makin terganggu," imbuh Ozza.
![]() |
Sempat menolak kenyataan dan nyaris putus asa, Ozza mengaku tidak sanggup menjalani hidup yang seakan beruntun tertimpa cobaan. Namun, saat memandang raut wajah sang ibu yang kian renta dan tak berdaya, Ozza mencoba mencari alasan untuk melanjutkan hidup. Kini satu-satunya alasannya hidup hanya merawat ibu dan bibinya.
"Kalau bukan saya siapa lagi, saudara saya ada tapi semua juga terbatas kondisinya dan sudah berkeluarga. Ini adalah surga saya, ibu dan bibi ini, lantaran ibadah saya kepada yang kuasa. Semoga ini menjadi jalan surga saya," tutur Ozza dengan nada lirih dan mata berkaca-kaca.
Keharuan Ozza kian tampak saat ia menyuapi ibu tercintanya. Sang ibu yang kian kurus kering terlihat kesulitan mengatupkan gigi seakan menahan sakit. Tapi Ozza tidak mengerti di mana rasa sakit yang dialami sang ibu karena tidak bisa menceritakannya. Tertunduk sembari menyodorkan sesendok nasi sayur pare dan lauk, mata Ozza berkaca kaca.
"Ya begini kalau makan mbak, kadang tangan saya ditampel kadang nggak mau makan. Mungkin maksudnya sakit tapi tidak bisa mengatakannya. Ibu sudah mulai jarang bicara hanya teriak semenjak pikun itu," ungkapnya sembari menyuapi sang ibu.
Setelah memastikan semua tanggung jawab di rumah aman, Ozza bergegas pergi bekerja. Ia meninggalkan ibunya dari pukul 8 pagi hingga 4 sore bersama bibinya Satunah (61). Dengan keterbatasan yang dimiliki, sang bibi hanya bisa menjaga ibu Ozza sepanjang hari sembari berbaring. Sesekali ia mengambilkan minum dan makan untuk ibu Ozza.
"Saya harus pergi kerja, bersyukur ada bibi yang menjaga ibu, setidaknya ibu tidak sendiri, sepanjang hari tentu ibu hanya berbaring saat saya bekerja," kata Ozza.
Bekerja sebagai karyawan di percetakan, Ozza mendapat gaji Rp 1 juta setiap bulan. Tentu gaji itu jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mulai dari makan, obat, pampers, dan kebutuhan lainnya bagi ibu dan bibinya di rumah. Ozza kerap terpaksa mengambil gaji terlebih dahulu sebelum tiba waktu gajian.
"Di situ saya bisa ngomong ke bos mbak, ada kelonggaran jam kerjanya kalau kesiangan merawat ibu. Kalau dibilang kurang tentu sangat kurang, saya kasbon dulu biasanya, kasbon sampai separuh, jadi pas gajian ya hanya terima separuh," ucapnya.
Di tengah keterbatasan dan ketidakberdayaan, Ozza punya asa. Keinginan terbesarnya adalah membawa sang ibu ke pusat pengobatan dan rehabilitasi yang layak. Ia ingin ibunya bisa mendapatkan perawatan kesehatan yang
"Saya sin nggak terlalu berharap dari bansos yang uang-uang atau apa, saya hanya berharap ada bantuan mobilitas dan kesehatan untuk ibu dan Bibi saya. Saya hanya berharap ibu saya dapat pemeriksaan kesehatan yang layak, saya pengen tahu ibu saya itu didiagnosis sakit apa gitu, biar lebih lancar merawatnya, supaya saya tahu obat opa yang benar dan tepat untuk ibu saya. Mungkin ada bantuan kursi roda untuk beliau biar bisa saya bawa keliling sekitar, biar lebih segar," harap Ozzy.
![]() |
Sebelumnya Ozza sempat menceritakan, kelumpuhan ibunya bukan karena penyakit. Namun, sekitar 2022 sang ibu yang dalam gangguan psikologi berkeliling desa untuk mencari ayahnya yang sudah meninggal. Namun, karena matanya rabun dan mulai pikun, ia terjatuh lantaran tersandung. Beruntung seorang warga yang mengenalinya langsung mengantarkan ibu Ozza pulang ke rumah.
"Waktu itu saya tinggal kerja, bibi belum ikut saya. Ibu seperti pergi berkeliling mencari bapak dikira masih hidup. Tapi jatuh dan sepertinya terkilir. Karena saya tidak ada biaya bawa ibu ke dokter atau rumah sakit, jadi saya rawat sendiri hingga akhirnya seperti ini, kakinya kalau diluruskan sakit dan nggak bisa jalan," terangnya.
Ozza dan keluarganya tidak terdaftar dalam BPJS Kesehatan, bahkan sang bibi tidak memiliki kartu identitas kependudukan. Ozza mengaku memiliki kartu jaminan sosial berwarna merah putih, tapi sejak awal kartu tersebut tidak pernah ada isinya.
"Ya punya kartu jaminan sosial warna merah putih, tapi dari mula punya sampai sekarang lebih dari 1 tahun tidak pernah ada isinya," kata Ozza.
Sempat viral di media sosial, Ozza mengaku tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun. Ia hanya ingin membagikan kesehariannya kepada pengguna sosial media dan berharap bisa membagikan hal-hal baik melalui unggahannya tersebut.
"Saya sebenarnya malu mau unggah video seperti ini, tapi saya rasa ini siapa tahu bisa bermanfaat dan membagi hal baik begitu. Ternyata sampai viral dan banyak yang mendoakan baik-baik. Itu jadi media penghiburan juga buat saya," pungkas Ozza sembari berharap kehidupan pribadinya tersebut tidak dianggap mengeksploitasi derita.
(irb/fat)