Hidup Tri Bintang Pratama Wijaya tak seperti kebanyakan siswa SD sebayanya. Saat teman-teman seusianya banyak menghabiskan waktu bermain usai pulang sekolah, Bintang harus berpeluh keringat berjualan es gabus. Sudah setahun dia jadi tulang punggung keluarganya.
Bintang yang kini duduk di bangku kelas 5 SD Benteng Surabaya juga sempat putus sekolah selama 2 tahun. Pandemi COVID-19 memaksa proses pembelajaran di sekolah dilakukan daring. Sayangnya, Bintang tak punya HP.
"Harusnya SMP tapi masuknya telat. Dulu kelas 5 nggak ada HP waktu pas corona, jadinya putus sekolah. Sekolah lagi pas udah offline," kata Bintang ditemui detikJatim di trotoar Jalan Kedung Cowek depan bangunan nomor 353 arah ke Jembatan Suramadu, Selasa (10/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintang bersyukur karena pandemi sudah melandai. Sekolah kembali masuk. Dia tak perlu lagi memikirkan punya HP. Paling penting saat ini dia tetap semangat mengenyam pendidikan demi meriah impiannya jadi anggota TNI.
Sambil memainkan lato-lato buatannya sendiri yang terbuat dari rafia, Bintang terlihat begitu ceria. Bocah berusia 13 tahun itu sama sekali tidak mengeluh karena jualan es gabus.
Awalnya Bintang membantu keluarganya jualan es gabus karena sang ayah menderita strok. Kondisi ekonomi keluarganya makin memburuk saat sang ayah wafat pada malam pergantian tahun, tepat 31 Desember 2022.
Anak bungsu dari 3 bersaudara itu membulatkan tekad untuk tetap jualan es gabus sepulang sekolah. Dia mengambil es gabus di kawasan Tanah Merah. Bos es gabus itu juga meminjamkan sepeda agar Bintang bisa berjualan.
"Izin ke ibu buat jualan, aslinya nggak dibolehin tapi aku maksa sendiri. Akhirnya dibolehin tapi nggak boleh sampai malam. Buat bantu ibu juga di rumah. Nggak dipaksa kerja juga. Kemauan sendiri," imbuhnya.
Sehari Bintang dijatah 100 es gabus oleh bosnya. Setiap hari, hasil penjualan itu harus dia setorkan. Bila habis 100 es, maka yang disetorkan Rp 100.000 alias Rp 1.000 per buah.
"Saya jualnya Rp 2.000. Kadang nggak habis, kadang sisa 40. Kalau nggak habis ya nggak dimarahi. Kalau habis cepat, bisa pulang cepat juga," katanya.
Hasil penjualan es gabus itu Bintang berikan kepada ibunya untuk membantu membayar sewa kos bulanan senilai Rp 450 ribu, kemudian sebagian untuk keperluan sekolah.
Bintang tidak malu dengan hidup yang dia jalani. Meski lebih banyak berkawan dengan debu jalanan, Bintang senang. Teman-temannya juga mendukung kerja kerasnya.
"Nggak malu, karena kerjanya kan halal. Sering teman-teman beli. Nggak ada yang ngejek, malah senang bisa beli. Aku nggak merasa terbebani juga," tukasnya.
(dpe/dte)