Mahasiswa-Dosen di Ponorogo Olah Bonggol Jagung Jadi Penyerap Limbah Batik

Mahasiswa-Dosen di Ponorogo Olah Bonggol Jagung Jadi Penyerap Limbah Batik

Charolin Pebrianti - detikJatim
Minggu, 03 Sep 2023 14:05 WIB
Mahasiswa Muhammadiyah Ponorogo
Mahasiswa UM Ponorogo (Foto: Dok. Istimewa)
Ponorogo -

Mahasiswa dan dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo melakukan pengabdian masyarakat. Mereka memberi pelatihan kepada para penyandang disabilitas, tuna grahita di rumah harapan Mulya.

Kegiatan ini dalam rangka skema pengabdian kepada masyarakat kompetitif Nasional program pemberdayaan Kemitraan Masyarakat hibah Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemdikbudristek tahun 2023.

Di rumah ini, para peserta sudah terbiasa dengan produksi kain batik ciprat. Namun biasanya, limbah pewarna batik langsung dibuang di saluran air tanpa diolah terlebih dahulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Program sekaligus pemateri, Rochmat Aldy Purnomo mengatakan memilih pengolahan limbah pewarna batik ciprat sebagai tujuan pelatihan karena selama ini belum ada pelatihan berkaitan dengan pengolahan limbah.

"Di Karangpatihan saya lihat bonggol jagung sebagai limbah. Kenapa tidak kita manfaatkan sebagai absorben limbah pewarna batik," tutur Aldy kepada detikJatim, Minggu (3/9/2023).

ADVERTISEMENT

Aldy menambahkan hasil produksi utama pertanian di Karangpatihan adalah jagung. Selama ini bonggol jagung tidak dimanfaatkan sama sekali. Padahal bonggol jagung bisa digunakan sebagai penyerap limbah pewarna.

"Bonggol jagung dimasukkan ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai salah satu penyerap," terang Aldy.

Pembangunan IPAL sendiri mendapatkan dana dari Kemdikbudristek 2023 sebesar Rp 12 juta. Untuk menyaring satu liter limbah, menurut Aldy, membutuhkan satu kilogram bonggol jagung. Pun selain itu, juga dibutuhkan pecahan batu untuk penyaringan. Sehingga air bekas limbah bisa digunakan untuk pengairan sawah.

"Teknik pengolahan limbah pewarna batik seperti ini ramah lingkungan," papar Aldy.

Sementara, Ketua Rumah Harapan Mulya, Yuliana menambahkan kolaborasi ini penting. Sebab, untuk upaya pelestarian lingkungan juga pengembangan ekonomi lokal.

"Selama ini kan limbah dibuang begitu saja di saluran air, dengan adanya pelatihan ini. Limbah pewarna bisa dibuang di IPAL kemudian diolah dan tidak membahayakan lingkungan," pungkas Yuliana.




(abq/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads