Mendikbudristek Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan baru bahwa skripsi nggak wajib jadi syarat wajib kelulusan mahasiswa S1 atau D4. Sejumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Surabaya sudah banyak yang menerapkan itu, tetapi masih banyak mahasiswa yang pilih menempuh skripsi.
Seperti yang terjadi di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Di dua kampus itu sudah diberi pilihan syarat kelulusan yakni dengan menempuh tugas akhir. Tetapi mahasiswa masih banyak yang memilih skripsi.
Warek 1 Bidang Akademik UM Surabaya Ridlwan mengatakan bahwa sudah ada pilihan kepada mahasiswa untuk bisa lulus selain skripsi. Pilihan itu diterapkan sejak sekitar tahun 2021 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di UM Surabaya sebenarnya skripsi bisa diganti dalam bentuk lain. Misalnya mahasiswa punya tulisan dan sudah dipublikasi di jurnal. Mahasiswa mendapatkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) karya tulis ilmiah, jurnal aktif atau karya ilmiah yang dilombakan Kemendikbud, itu juga sebagai pengganti," kata Ridlwan saat dihubungi detikJatim, Kamis (31/8/2023).
Dia mengatakan sebelum Mendikbud mengumumkan kebijakan baru ini, banyak perguruan tinggi yang sudah menjalankan. Sekarang dipertegas Permendikbudristek No 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, yakni bisa berbentuk proyek atau prototipe.
"Di UM Surabaya sudah (sejak) sekitar 2021. Bisa menjadi pilihan mahasiswa, tapi harus ada penggantinya. Menurut anak-anak lebih berat menulis di jurnal daripada skripsi. Yang ikut lomba dan juara sedikit jumlahnya. Lebih banyak ke prodi sosial. Sedikit yang memilih tugas akhir," katanya.
Hal yang sama terjadi di Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) Surabaya. Mahasiswa lebih banyak yang memilih skripsi dibandingkan tugas akhir. Padahal, Unusa sudah tidak mewajibkan skripsi sejak 2018.
Menurut Warek 1 Unusa Prof Kacung Marijan, skripsi tiak wajib ini bisa jadi salah satu pilihan tugas akhir mahasiswa. Karena selain skripsi, mahasiswa memiliki pilihan lain, seperti membuat laporan magang, menulis di jurnal, laporan kerja kelompok dan lainnya.
"Jadi, mahasiswa masih memiliki kewajiban tugas akhir tetapi dalam bentuk pilihan-pilihan aktivitas. Ketika mahasiswa memilih skripsi sebagai pilihan tugas akhir, dimungkinkan dikerjakan lebih dari satu orang, dan bahkan multidisiplin. Selain agar ada studi serius dan sistematis, mahasiswa juga akan terbiasa kerja kolaboratif," kata Prof Kacung.
Sebagian mahasiswa Unusa, khususnya vokasi, sudah cukup lama terdapat pilihan untuk tidak menulis skripsi. Tetapi, diganti dalam bentuk lain, seperti dalam dalam bentuk laporan kerja lapangan.
"Tapi untuk prodi-prodi vokasi, lebih banyak milih laporan kerja lapangan. Sebagian besar malah memilih skripsi. Saat gabungan akademik dan vokasi sejak 2018, prodi-prodi menyebutnya TA atau tugas akhir. Salah satu pilihan dari tugas akhir adalah skripsi. Untuk yang akademis, banyak mahasiswa pilih skripsi," pungkasnya.
(dpe/fat)