17 Contoh Teks Anekdot Singkat

17 Contoh Teks Anekdot Singkat

Savira Oktavia - detikJatim
Rabu, 23 Agu 2023 06:30 WIB
Ilustrasi menulis surat pengajuan barang.
Ilustrasi menulis teks anekdot/Foto: Amelia Bartlett/Unsplash
Surabaya -

Teks Anekdot merupakan cerita singkat yang menarik berdasarkan kejadian nyata mengenai berbagai persoalan, dan ditujukan sebagai hiburan. Pada umumnya, isi teks tersebut mengandung makna kiasan yang berisikan pesan moral.

Mengutip situs Repositori Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, teks anekdot memiliki fungsi sosial tersendiri, yakni digunakan dengan tujuan mengkritik atau menyindir suatu realita sosial dalam kehidupan sehari-hari, melalui lelucon yang menggelitik. Sehingga tidak terkesan menghakimi atau menyudutkan pihak tertentu.

Anekdot dapat detikers temukan dalam bentuk gambar atau ilustrasi. Seringkali dapat ditemukan di media cetak berupa komik maupun koran, dan media elektronik seperti acara-acara di televisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Struktur Teks Anekdot:

  1. Abstrak berisi uraian singkat mengenai objek atau hal yang menjadi topik utama.
  2. Orientasi berisi pengenalan terhadap pelaku atau peristiwa.
  3. Krisis berisi tahapan peristiwa dan cerita, mulai dari konflik hingga tahap penyelesaiannya.
  4. Reaksi berisi inti kritik yang mengandur unsur-unsur humor.
  5. Koda berisi penutup terhadap hal yang dikritik atau disindir.

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot:

  1. Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
  2. Menggunakan kalimat retoris atau kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
  3. Menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu. Contohnya, ketika, kemudian, sebelum, setelah.
  4. Menggunakan kata kerja aktif, seperti menjalankan, menarik, menghibur.
  5. Menggunakan kalimat perintah berisi ajakan terhadap seseorang, seperti kata ajakan ayo, ayolah, mari, dan marilah.
  6. Menggunakan kalimat seru. Misalnya, wah, nah, aduh, alangkah, dan sebagainya.
Ilustrasi menulis LPJ.Ilustrasi menulis teks anekdot singkat/ Foto: Christin Hume/Unsplash

Berikut ini contoh teks anekdot singkat yang dapat kalian gunakan sebagai bahan referensi pembelajaran.

Contoh Teks Anekdot Singkat:

Contoh Teks Anekdot 1: Jaksa Penuntut Umum kembali menodong saksi dengan pertanyaan seputar sidang korupsi politik di pengadilan tinggi.

"Apa benar saudara menerima uang sebesar 2,4 triliun Rupiah sebagai bentuk kerja sama dalam kasus ini?"

Saksi hanya diam saja. Akhirnya, hakim bersuara. "Pak, silakan jawab pertanyaan yang diberikan JPU!"

"Oh, mohon maaf, Yang Mulia," ucap saksi tersadar dari lamunannya kemudian melanjutkan perkataannya. "Saya pikir jaksa sedang berbicara dengan Anda, Yang Mulia."

Contoh Teks Anekdot 2: Menunggu

Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda bernama Adit sedang berjemur di teras rumahnya. Tiba-tiba, dia mendengar seseorang memanggil namanya. Rupanya, suara itu berasal dari tetangganya. Doni, yang sedang duduk di kursi terasnya.

Doni: "Pagi, Dit!"
Adit: "Pagi, Don!"
Doni: "Kamu tumben akhir-akhir ini rajin berjemur. Biasanya aku nggak pernah lihat kamu kayak gini."
Adit: "Iya nih, Aku jadi takut sendiri dengerin berita dari grup keluarga. Lagian sudah ada banyak cerita orang meninggal gara-gara covid. Lagian gara-gara PPKM kan nganggur, jadinya ya berjemur."
Doni: "Iya, aku juga sih, gara-gara nggak kerja karena PPKM, jadinya nganggur."
Adit: "Ngomong-ngomong, kamu sudah terima bansos belom?"
Doni: "Belom nih, kalau kamu gimana?"
Adit: "Aku juga belom terima, padahal sudah daftar kapan hari."

Keesokan harinya, di tempat yang sama, kedua pemuda itu berbincang lagi.
Doni: "Pagi Dit, sudah sarapan?"
Adit: "Belom, makanannya nggak dateng-dateng padahal sudah pesen dari jam setengah delapan."
Doni: "Wah, lama banget. Kok nggak sampe-sampe ya, padahal sudah hampir satu jam."
Adit: "Aku kasihan sama perutku, sudah teriak-teriak laper dari tadi."
Doni: "Kamu batalin aja makannya, mending masak sendiri."
Adit: "Lho kenapa emangnya?"
Doni: "Bansos aja nggak dateng-dateng, apalagi sarapamu."

Kedua pria itu pun tertawa terbahak-bahak.

Sumber: Memperkaya Pandemi: Antologi Anekdot karya Siswa Kelas 10 SMA Cita Hati Christian School

Contoh Teks Anekdot 3: Dosen yang Juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.

Tono: "Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin: "Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton."
Tono: "Ya, Udin tahu sebabnya."
Udin: "Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri."
Tono: "Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat."
Udin: "Loh, apa hubungannya."
Tono: "Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Udin: "???"

Sumber: Buku Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi

Contoh Teks Anekdot 4: Cara Keledai Membaca Buku

Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.

Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.

"Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya", kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, "Bagaimana cara mengajari keledai membaca?" Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik balik halaman buku itu".

"Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?" tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya". Jadi, kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?" kata Nashrudin dengan mimik serius.

Sumber: Buku Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi

Teks Anekdot 5: Profesi Anak-anak Penjual Kue

Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.

Bapak Presiden: "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu Tua: "Sudah hampir 30 tahun."
Bapak Presiden: "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?"
Ibu Tua: "Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan, dan yang ke-4 di DPR. Jadi mereka sibuk sekali, Pak."

Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Lalu berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.

Bapak Presiden: "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi, karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah."
Bapak Presiden: "Apa jabatan anak di POLDA, KPK, Kejaksaan dan DPR?"
Ibu Tua: "Sama ... jualan kue juga."

Sumber: Buku Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi

Teks Anekdot 6: Obrolan Para Presiden di Dalam Pesawat

Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur untuk berkeliling dunia.
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Tidak lama Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!". Presiden Indonesia (Gus Dur), "Lho kok bisa tahu sih?".

"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya. Tidak mau kalah, Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" katanya dengan sombongnya.

Gus Dur, "Wah... kok bisa tahu juga?". "lni menara Eiffel kepegang!" sahut presiden Perancis tersebut.

Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat. "Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!" teriak Gus Dur.

"Lho kok bisa tahu sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat. "ini jam tangan saya hilang...,"jawab Gus Dur kalem.

Sumber: Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot Modul Bahasa Indonesia Kelas X KD 16

Teks Anekdot 7: Tak Punya Latar Belakang Presiden

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.

Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat di-interview salah satu televisi swasta.

"Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Pak Mahfud.

Tak disangka, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok," ujar Gus Dur santai.

Jelas saja Pak Mahfud MD pun tidak berkutik. "Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan," kelakar Pak Mahfud.

Sumber: Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot Modul Bahasa Indonesia Kelas X KD 16

Teks Anekdot 8: Mengikuti Kuis

Suatu hari Doni dan Trio mengikuti sebuah kuis berhadiah. Doni menjadi pengarah sedangkan Trio menjadi penjawab. Apapun yang dikatakan Trio, Doni hanya boleh menjawab ya, tidak, atau bisa jadi.

Doni: Nama tempat?
Trio: Tidak!
Doni: Makanan?
Trio: Tidak!
Doni: Orang?
Trio: Ya, ya, ya!
Doni: Profesi?
Trio: Ya!
Doni: Guru?
Trio: Tidak!
Doni: Berdasi?
Trio: Ya, ya!
Doni: Pejabat?
Trio: Ya, ya!
Doni: Di kantor suka tidur?
Trio: Ya!
Doni: Banyak yang korupsi?
Trio: Bisa jadi, bisa jadi!
Doni: Anggota DPR?
Trio: Ya...!

Akhirnya Doni menjawab betul.

Sumber: Makna Tersirat dalam Teks Anekdot Bahasa Indonesia Kelas X KD 3.5

Contoh Teks Anekdot 9: Obat Sakit Kepala

Hari itu pukul 3 sore, seorang lelaki bernama Eko sedang duduk sambil makan cemilan di depan rumah. Tidak berselang lama datanglah temannya bernama Egi dengan wajah yang seperti sedang bermasalah.

Kedatangannya si Egi disambut dengan baik oleh Eko. Dengan senyum yang lebar, Eko mempesilakan kawannya tersebut untuk masuk ke dalam rumah. Tuan rumah juga menawarkan minuman kepada sang tamu. Setelah itu, mereka saling bercerita mengenai keadaan masing-masing.

Sambil duduk, si Egi mulai bercerita bahwa dirinya akhir-akhir ini sering sakit kepala. Sehingga membuatnya kurang dapat berpikir dengan cermat. Pekerjaannya juga dilakukan dengan kurang semangat membuatnya sering dimarahi bosnya. Tentu hal tersebut membuatnya semakin tidak bersemangat lagi untuk bekerja. Alhasil dirinya sekarang kabur dari tempat kerjanya.

Kejadian tersebut semakin membuat dirinya sakit kepala, hingga dia beberapa kali periksa ke dokter. Namun, tetap saja sakit tersebut tidak kunjung sembuh.

Eka yang mendengar kisah tersebut menjadi kasihan dengan keadaan temannya tersebut. Dia pun mengatakan bahwa dirinya mengetahui obat untuk kawannya tersebut. Egi pun penasaran dengan apa yang dia dengar sehingga dia meminta Eko untuk memberitahu apa resep mengobati sakit tersebut.

Dengan baik hati Eko mengatakan akan memberi tahu obat sakit kepala yang paling mujarab. Dia meminta izin untuk mengambil obatnya di dalam kamar. Berselang sekitar 10 menit, dia pun kembali ke ruang tamu dengan membawa satu buah amplop putih.

Dengan senyum yang lebar, Eko memberikannya kepada si Egi dengan hati yang senang. Tidak berselang lama Egi pamit pulang untuk membuka amplop tersebut.

Sesampainya di rumah, Egi sudah tidak sabar untuk membukanya. Dengan hati yang berbunga-bunga dia membuka kertas tersebut. Dalam hatinya dia berharap mendapat uang dari kawannya tadi. Dan ternyata di dalam amplop tersebut hanya terdapat sebuah kertas yang bertuliskan, "perbanyak istigfar Mas Egi." Dari situ akhirnya Egi tobat dari kesalahannya di masa lalu.

Sumber: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Teks Anekdot SMA Kelas X oleh Resa Tafiyanti

Contoh Teks Anekdot 10: Kereta dan Tukang Kupat Tahu

Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusun rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.

Tetapi kebetulan hari ini, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta. Sesudah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.

Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.

Masinis: "Ada apa, pak?"

Tukang Kupat Tahu: "Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.

Sumber: Buku Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas X

Contoh Teks Anekdot 11: Wajah Pejabat

Sekolah Pancasila sedang mengadakan reuni. Arkan bertanya pada Jaka, "Cita-cita kamu jadi pejabat ya, Ka?"

"Kok tau?" tanya Jaka.

Kemudian Arkan menjawab, "Tau dong. Wajahmu itu mirip dengan gambar uang."

Mereka pun terbahak-bahak dan hanyut dalam suasana gembira.

Contoh Teks Anekdot 12: Hilangnya Tenda

Rubi dan Hasna tengah menghadiri acara perkemahan musim semi. Ketika hari semakin larut dan semuanya sudah tertidur pulas, Rubi membangunkan Hasna.

"Hasna... Lihat ke arah langit dan katakan saka kepadaku apa yang kamu lihat.

"Yang kulihat ada sejuta bintang di atas sana, Rubi," jawab Hasna.

"Lalu, apa yang dapat kamu simpulkan?" Hasna berpikir sebentar.

Berdasarkan ilmu astronomi, terdapat jutaan galaksi dan kemungkinan miliaran planet. Seorang ahli di bidangnya juga mengatakan bahwa Saturnus ada di Leo. Dari situ kami dapat menarik kesimpulan bahwa waktunya sudah mendekati pukul 03.30 pagi, akan tetapi dari meteorologi kami berpikir besok akan menjadi hari yang baik. Kemudian, dia bertanya.

"Hasna, tenda kita sudah dicuri!" teriak Rubi, menepuk bahu Hasna yang tak kunjung sadar.

Ketika mereka mulai tersadar bahwa tenda mereka telah dicuri, mereka panik bukan main dan berakhir mencarinya ke berbagai penjuru tempat.

Contoh Teks Anekdot 13: Semua Tentang Mindset

Seorang pria memasuki bank dan mengajukan pinjaman sebesar empat ratus ribu dollar selama enam bulan. Dia kemudian menggadaikan sebuah mobil mewah Tesla dan meminta supaya bank menyimpan mobil tersebut sampai hutangnya lunas. Enam bulan kemudian, pria itu kembali ke bank, membayar seluruh hutangnya ditambah bunga sebesar sepuluh dollar, dan mengambil kembali mobil mewahnya.

Lalu petugas pinjaman melontarkan pertanyaan kepadanya. "Mengapa orang dengan mobil mewah sepertimu perlu pinjaman sebesar itu?"

Pria itu menjawabnya, "Saya harus ke Eropa selama 6 bulan dan kemana lagi saya harus mencari tempat penitipan Tesla selama itu hanya dengan membayar uang sepuluh dollar?"

Petugas bank tersebut melongo kemudian terbahak mengakui kecerdasan si pemilik mobil Tesla itu.

Contoh Teks Anekdot 14: Lima Kali Delapan

"Lima kali delapan adalah empat puluh!" kata orang pertama.

"Yang benar lima kali delapan adalah lima puluh!" kata satu orang lainnya.

Suasana semakin memanas, dua orang itu terus berdebat. Masyarakat yang turut menyaksikannya merasa jengkel. Pada akhirnya, mereka dibawa ke hadapan pihak berwenang setempat.

Polisi memerintahkan agar orang pertama dijebloskan ke dalam penjara. Orang itu berteriak tidak terima, "lho, kok saya? Dimana letak kesalahan saya? Apa yang saya bicarakan kan ada benarnya. Lima kali delapan adalah empat puluh. Benar kan?"

"Kamu yang bodoh," ujar polisi itu terus terang.

"Mau-maunya buang tenaga untuk bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa lima kali delapan adalah lima puluh. Bukannya kamu yang seharusnya dihukum atas kebodohanmu sendiri?

Semua orang mengangguk setuju dengan mengakui apa yang dikatakan oleh polisi tersebut.

Contoh Teks Anekdot 15: Dakwah Samsudin

Suatu hari, masyarakat desa mengundang Samsudin untuk berdakwah di sebuah masjid.

Ketika tiba di hadapan mimbar, dia menyadari bahwa sebagian besar masyarakat yang hadir di masjid tersebut tidak bersemangat untuk mendengarkan dakwahnya. Setelah menyampaikan salam, Samsudin melayangkan pertanyaan kepada para hadirin. "Apakah kalian tau materi yang akan saya sampaikan pada hari ini?"

Hadirin menjawab secara serempak. "Tidak"

Maka dari itu, Samsudin berkata. "Saya tidak memiliki keinginan untuk berkomunikasi di hadapan orang-orang yang tidak mengetahui apapun perihal apa yang akan saya bicarakan sekarang." Lalu, ia bergegas turun dari mimbar dan meninggalkan tempat tanpa memberikan dakwah apapun.

Masyarakat desa merasa tidak enak hati dan kembali mengundang Samsudin keesokan harinya.

Besoknya, setibanya di hadapan mimbar, Samsudin kembali mengulang pertanyaan yang sama dan seluruh masyarakat desa yang hadir menjawab, "Ya!"

Mendengar jawaban itu, lantas Samsudin berkata. "Baiklah kalau begitu. Karena hadirin sudah tahu apa yang hendak saya sampaikan, maka dari itu saya tidak akan membuang waktu berharga hadirin sekalian."

Lalu, ia kembali turun dari mimbar dan berjalan pulang. Masyarakat desa dibuat kebingungan dan akhirnya memutuskan untuk mencoba mengundangnya sekali lagi pada minggu selanjutnya untuk menyampaikan dakwah.

Minggu selanjutnya, ketika naik ke hadapan mimbar, Samsudin lagi-lagi bertanya dengan pertanyaan yang sama dengan sebelumnya.

Kali ini para hadirin sudah bersiap-siap. Sebagian ada yang menjawab, "Ya." Sebagiannya lagi menjawab, "Tidak."

Samsudin pun berucap. "Baiklah, kalau begitu bagi sebagian orang yang sudah tahu bisa menceritakan kepada sebagian lainnya yang belum tahu," dan lagi-lagi Samsudin pergi meninggalkan masjid.

Contoh Teks Anekdot 16: Dusta Pejabat

Sebuah bus dipenuhi dengan para pejabat keluar dari marka jalan. Pada akhirnya, menabrak sebuah pohon besar yang tumbuh di ladang seorang petani tua. Hampir keseluruhan penumpang menjadi korban kecelakaan tersebut.

Petani tua berlari memberikan bantuan. Namun, apa daya, dia tidak dapat berbuat apapun karena para penumpang bus tersebut dianggap sudah tidak tertolong. Petani tua itu menguburkan para pejabat tersebut di kebunnya.

Beberapa hari kemudian, pihak berwenang datang untuk menanyakan peristiwa tersebut. "Apakah benar mereka semua meninggal dunia, Pak?"

Petani tua itu menjawab. "Mereka tampak sudah meninggal dunia, Pak. Memang ada beberapa di antara mereka yang menunjukkan pergerakan. Bahkan, beberapa di antaranya juga ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. Tapi, Pak Polisi kan tau, betapa seringnya para pejabat itu berdusta. Maka dari itu, saya tidak percaya omongan mereka, sehingga saya tetap harus menguburkannya!"

Contoh Teks Anekdot 17: Kisah Jin dan Tiga Manusia

Ada sebuah kapal tenggelam berisikan penumpang dari berbagai bangsa. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing berasal dari Perancis, Amerika, dan Indonesia. Mereka terapung di tengah laut dengan mengandalkan sepotong papan kayu.

Mendadak datang jin yang baik hati mau menolong. Dia bersimpati kepada nasib ketiga bangsa manusia tersebut dan menawarkan pertolongan. "Akan aku penuhi permintaan kalian," ucap sang jin.

"Saya ini petugas lembaga sosial di Perancis," kata orang Perancis tersebut. "Tolong kembalikan saya ke negeri saya agar saya dapat kembali menolong orang-orang. Kemudian, jin mengabulkan permintaan itu.

"Kamu, orang Amerika, apa yang kamu mau?"

"Saya ini pejabat pemerintah. Kalau tidak ada saya, sistem pemerintahan akan kacau. Tolong kembalikan saya!"

Jin kembali mengabulkan permintaan orang Amerika.

"Nah tersisa kamu orang Indonesia. Apa yang kamu mau?"

"Duh, Om Jin, sepi banget nih di sini," keluh orang Indonesia. "Kembalikan kedua teman saya di sini."

Alhasil, orang Perancis dan Amerika itu pun muncul kembali.

Itulah, belasan contoh teks anekdot beserta penjelasan tentang struktur dan kaidahnya yang telah detikJatim himpun. Bagi para detikers yang tertarik untuk belajar lebih lanjut, yuk buat contoh teks anekdot versimu sendiri!

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads