Tim Ahli Geologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang sudah dihubungi BPBD Sumenep batal datang untuk mengobservasi dan meneliti penyebab bunyi ketukan disertai getaran dari bawah tanah di Desa Moncek Tengah. Sebagai gantinya, Tim BMKG Pasuruan telah memasang alat seismograf di lokasi.
Meski demikian, para personel BMKG Stasiun Geofisika Tretes, Pasuruan itu mengakui bahwa hasil deteksi getaran dengan seismograf tidak akan bisa sampai pada kesimpulan penyebab bunyi dan getaran yang sempat membuat warga Dusun Tengah, RT 07, RW 02, Desa Moncek Tengah ketakutan.
Plt Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumenep Andy Ricky Kurniawan menyebutkan bahwa Tim Ahli Geologi ITN Malang batal datang kemarin karena masih melakukan penelitian di tempat lainnya.
"Tim dari ITN Malang belum bisa ke sini. Katanya masih melalukan penelitian di tempat lain, kami masih mengupayakan koordinasi dengan pihak lain. Tapi hari ini Tim dari BMKG Pasuruan datang ke sini, katanya untuk memasang alat," ujarnya.
Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Tretes Suwarto memastikan bahwa timnya yang terdiri dari 3 orang telah memasang seismograf itu di lokasi yang diduga menjadi pusat bunyi dan getaran misterius yang menggegerkan warga.
"Kami ada 3 personel, termasuk saya. Sekarang ini alatnya sudah terpasang, rencana sampai besok pagi (hari ini) akan kami rekam getarannya. Nanti kami lihat datanya, perkembangannya seperti apa," katanya kepada detikJatim, Minggu (13/8/2023).
Suwarto mengakui bahwa data-data yang dihasilkan dari seismograf yang dipasang tidak bisa membuat BMKG sampai pada kesimpulan penyebab secara langsung. Data itu memerlukan data pembanding lain dari metode dan peralatan lain.
"Dengan seismograf ini tidak bisa menyimpulkan. Tidak bisa mengetahui apa penyebabnya secara langsung. Butuh data-data lain dengan metode-metode lain, peralatan lain. Bisa dengan geolistrik, geomagnet, atau juga dengan gravitasi. Nah itu memang harus terintegrasi," ujarnya.
Seismograf, kata Suwarto, hanya merekam getaran. Dari getaran itu personel BMKG akan melakukan analisis. Beberapa data yang akan dianalisis terutama tentang lapisan tanah di lokasi bunyi misterius itu.
"Seperti di Moncek Tengah ini ketebalan tanahnya berapa, kemudian densitas atau kekerasan batuannya seberapa. Nah itu yang bisa kami dapatkan dari seismograf ini. Juga kecepatan rambat gelombang. Jadi memang untuk menyimpulkan ke arah penyebab butuh data-data lain," katanya.
Suwarto berharap, peneliti dari perguruan tinggi yang akan melakukan observasi bisa mengintegrasikan data hasil seismograf milik BMKG itu dengan data dari peralatan lain yang dibawa para peneliti itu. Baik dari ITN atau dari ITS.
"Harapannya dari teman-teman ITS dan ITN yang mau survei itu bisa terintegrasi nanti datanya, begitu," kata Suwarto.
Dugaan tentang keberadaan gua di bawah tanah. Baca di halaman selanjutnya.
            
            
            
            
            (dpe/iwd)