Bolehkah Menggabungkan Niat Puasa Asyura dan Qadha Ramadhan?

Bolehkah Menggabungkan Niat Puasa Asyura dan Qadha Ramadhan?

Suki Nurhalim - detikJatim
Kamis, 27 Jul 2023 22:24 WIB
Ilustrasi buka puasa Ramadan.
Ilustrasi menggabungkan niat Puasa Asyura dan Qadha Ramadhan/Foto: Shutterstock
Surabaya -

Bolehkah menggabungkan niat puasa Asyura dan qadha Ramadhan? Ada perbedaan pendapat ulama mengenai hal itu, dan berikut ini ulasannya.

Mengutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), ada ulama yang berpendapat menggabungkan niat puasa Asyura dan qadha Ramadhan itu sah dan kedua-duanya bernilai pahala. Seperti yang dijelaskan Imam Ar-Ramli (wafat tahun 1004 H) dalam kitab Nihayatul Muhtaj.

وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَهُمَا أَوْ فِي نَحْوِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ تَطَوُّعِهَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - تَبَعًا لِلْبَارِزِيِّوَالْأَصْفُونِيِّ وَالنَّاشِرِيِّ وَالْفَقِيهِ عَلِيِّ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيِّ وَغَيْرِهِمْ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Kalau seorang puasa qadha atau nazar di hari Asyura, maka dia mendapatkan pahala puasa sunah Asyuranya juga, sebagaimana fatwa ayah kami (Sayamsudin ar-Ramli) mengikuti fatwanya al-Barizi, al-Asfuni, an-Nasyiri, al-Faqih Ali bin Shalih al-Hadrami dan selainnya. (Syihabbuddin ar-Ramli, Nihayatul Mujtaj)

Berikutnya ada pendapat Imam Abdurahman Ba'alawi (wafat tahun 1320 H) dalam kitab Bugyatul Mustarsyidin fi Talkhish Fatawa Ba'dh al-Aimmah al-Muta-akhkhirin.

ADVERTISEMENT

ظاهر حديث : "وأتبعه ستاً من شوّال" وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان ، لكن صرح ابن حجر بحصول أصلالثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء

Artinya: Dzahir hadits 'kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal' dan hadits-hadits lainnya mengindikasikan tidak tercapainya kesunnahan puasa enam hari di bulan Syawal jika diniatkan bersamaan dengan niat qadha Ramadhan. Akan tetapi Ibnu Hajar menjelaskan tentang dihasilkannya pahala sunah karena ia telah dianggap telah menyelesaikannya, jika ia meniatkannya termasuk juga puasa sunah lainnya seperti puasa sunah Arafah, Asyura dan lain-lain.

بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها ، ما لم يصرفه عنها صارف ، كأن قضى رمضان في شوّال ، وقصدقضاء الست من ذي القعدة ، ويسنّ صوم الست وإن أفطر رمضان اهـ

Artinya: Bahkan Imam Ramli menguatkan pendapat tentang dihasilkannya pahala semua puasa sunah yang diniatkan bersama puasa fardu sekalipun tanpa diniatkan, selama tidak ada niat lain yang membelokkannya seperti seseorang berniat qadha Ramadhan di bulan Syawal dan berniat mengqadha puasa sunah Syawal pada bulan Dzulqa'dah. Dan disunahkan berpuasa sunah Syawal, meskipun ia tidak puasa Ramadhan.

قلت : واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً ، كما لو نوى الظهر وسنتها ، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صومالست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً

Artinya: Aku berkata: 'Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam as-Samanhudi memegang pendapat tidak tercapainya salah satu dari keduanya (kedua-duanya tidak sah) jika berniat dengan dua niat secara bersamaan. Sebagaimana seseorang yang berniat sholat zuhur sekaligus niat sholat sunahnya. Bahkan, beliau menegaskan tidak sah seseorang puasa sunah Syawal sementara ia masih memiliki tanggungan puasa qadha Ramadhan'. (Sayyid 'Abdur Rahman bin Muhammad bin Husain bin Umar Ba 'Alawi al-Hadhrami).

Sehingga dapat disimpulkan pendapat pertama mengatakan sah menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua dan Asyura, dan keduanya bernilai pahala. Ini merupakan pendapat al-Baziri, Syihabuddin ar-Ramli, Syamsuddin ar-Ramli, Ibnu Hajar dan yang lainnya.

Sementara pendapat kedua menurut Imam Abu Makhramah yang mengikuti pendapat Imam as-Samhudi. Keduanya menyatakan penggabungan dua niat puasa wajib dan sunah dalam satu kali pelaksanaan justru membuat puasa ini tidak sah. Seperti tidak sahnya niat sholat zuhur dan sunah ba'diyahnya dalam satu pekerjaan sholat. Bahkan lebih dari itu, beliau menyatakan puasa sunah tidak sah jika masih memiliki tanggungan qadha Ramadhan. Wallahu a'lam bisshawab.

Niat dan Keutamaan Puasa Asyura

Bacaan Arab:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Bacaan Latin:

Nawaitu shauma Asyura-a lilahi ta'ala.

Artinya:

Saya niat puasa Asyura karena Allah ta'ala.

Puasa Asyura sangat dianjurkan dalam Islam. Seperti sabda Rasulullah SAW berikut ini.

"Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulannya Allah, Muharam". (HR Muslim).

Bahkan keutamaan puasa Asyura diyakini dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Itu merujuk pada hadis berikut ini.

"Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar Ia mengampuni dosa setahun yang lalu". (HR at-Tirmidzi).

Kemudian dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad juga memberikan jawaban yang sama saat ditanya tentang puasa Asyura.

"(Puasa tersebut) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu". (HR Muslim).

Yang dimaksud dengan penghapusan dosa di sini adalah dosa-dosa kecil. Bukan dosa-dosa besar.

Tetapi apabila tidak memiliki dosa kecil, maka diharapkan adanya keringanan dari dosa-dosa besar. Jika tidak, maka diangkat derajatnya.




(sun/iwd)


Hide Ads