Siswa SDN Megale 1 Bojonegoro masih terus belajar di halaman sekolah. Tidak ada guru yang mendampingi mereka. Hal ini buntut perkara merger sekolah.
Pantauan detikJatim, Rabu (26/7/2023), para siswa duduk di halaman sekolah dengan beralaskan tikar. Mereka tetap semangat sekolah di tengah polemik merger. Kondisi ini sudah terjadi hampir dua pekan.
Siswa dan orang tua bersikukuh menolak merger dengan SDN Megale 2. Alasannya, SDN Megale 2 lebih jauh dari rumah mereka sehingga memberatkan kebanyakan orang tua siswa SDN Megale 1 yang merupakan keluarga kurang mampu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai upaya telah dilakukan. Dinas Pendidikan (Diknas) Bojonegoro juga sudah berkomunikasi dengan wali murid. Namun, hingga saat itu mediasi masih menemui jalan buntu.
Diknas Bojonegoro telah menyatakan bahwa merger sekolah ini final dan tidak dapat diubah. Sebab, jumlah guru dan siswa di SDN Megale 1 minim.
Diknas juga berupaya menjawab keluhan wali murid yang merasa SDN Megale 2 terlalu jauh dari rumah mereka. Diknas menyediakan fasilitas mobil antar jemput, namun hal itu ditolak oleh wali murid SDN Megale 1.
Perwakilan DPRD Bojonegoro, Sukur Priyanto merasa prihatin dengan nasib murid SDN Megale 1. Dia ingin permasalahan ini segera selesai.
"Kita wali murid sebenarnya kasihan dengan anak-anak. Serba nggak jelas ini," kata Sukur.
SDN Megale 1 sendiri sebenarnya sudah punya rencana mendatangkan guru swasta untuk mengajar para siswa. Namun, rencana mendatangkan guru swasta itu justru berbalas intimidasi.
"Kemarin mau dikasih guru swasta untuk ngajar, tapi nggak jadi karena orang tuanya malah dapat telepon dengan kalimat mengarah intimidasi. Sehingga, nggak berani dan belum ada guru saat ini," tutur salah satu wali murid Megale 1, ujar Vinda, salah satu orang tua siswa SDN Megale 1.
(hil/dte)