357 Kasus Cacing Hati Ditemukan, Peternak Diimbau Rutin Beri Obat Hewan Ternak

357 Kasus Cacing Hati Ditemukan, Peternak Diimbau Rutin Beri Obat Hewan Ternak

Erliana Riady - detikJatim
Rabu, 05 Jul 2023 03:00 WIB
penyembelihan hewan ternak sapi di blitar
Penyembelihan sapi di Blitar (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar -

Sebanyak 357 kasus cacing hati ditemukan saat Idul Adha 2023. Peternak diminta rutin memberikan obat cacing, agar tumbuh kembang ternak makin maksimal.

Data dari Disnakkan Pemkab Blitar, ratusan kasus cacing hati itu ditemukan selama masa penyembelihan hewan kurban. Rekapitulasi jumlah hewan kurban sejak tanggal 28 Juni sampai 1 Juli, terdapat sebanyak 2.175 ekor sapi, kambing sebanyak 13.325 ekor. Dan domba sebanyak 196 ekor.

Dari jumlah total itu, ada hewan kurban yang pemotongannya dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH). Rinciannya sapi 60 ekor, kambing 7 ekor. Sedangkan di luar RPH rinciannya, sapi 2.175 ekor, kambing 13.325 ekor dan domba 196 ekor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Walaupun tidak semua hewan kurban dipotong di RPH, namun petugas pemantau berkeliling di setiap desa. Dan kami menemukan sebanyak 357 kasus cacing hati di hewan kurban itu," kata Kabid Keswan Kesmavet Disnakkan Pemkab Blitar, Nanang Miftahudin kepada detikJatim, Selasa (4/7/2023).

Tingginya angka kasus cacing hati pada hewan kurban ini mendapat atensi banyak pihak. Nanang mengakui, kasus ini kerapkali disepelekan peternak. Karena tanda-tanda penyakit tidak tampak secara fisik, namun pengaruhnya sangat besar pada bobot timbangan ternak.

ADVERTISEMENT

"Banyak peternak kita yang menyepelekan cacing hati. Karena secara fisik memang tidak kelihatan. Tapi mereka tidak sadar, cacing hati menurunkan pendapatan mereka karena bobot timbangan hewan ternak tidak maksimal. Kalau bobotnya lebih banyak, otomatis harga jualnya kan lebih mahal," ungkapnya.

Keberadaan cacing hati ini, ulas Nanang, memang tidak merusak fisik hewan ternak. Namun cacing akan menghisap banyak nutrisi yang dibutuhkan tubuh ternak untuk berkembang. Sehingga banyak dijumpai, ternak makannya banyak namun bobot timbangannya tak sepadan dengan volume makanan yang masuk.

"Dari kasus kurban tahun ini, kami meminta peternak rutin memberikan obat cacing 4 bulan sekali secara kontinyu. Harga obatnya murah kok. Hanya Rp 12 ribuan. Lebih mahal harga pakannya," tandasnya.

Pemerintah sebenarnya telah menganggarkan subdisi obat cacing. Namun stok sering tidak mencukupi, dibandingkan dengan jumlah hewan ternak yang harus diberi obat. Dengan kondisi seperti ini, Nanang meminta peternak berhitung secara matematis keuntungan dan kerugian jika harus membeli sendiri obat cacing ternak yang tersedia di pasaran.

"Peternak kita itu, PKM saja gak percaya kalau ternaknya belum kena. Apalagi ini yang hanya cacingan. Makanya dalam penyuluhan, kami ajak itungan untung rugi saja. Kalau sudah merasakan manfaatnya, baru mereka percaya," pungkasnya.




(abq/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads