Bus Listrik Trans Semanggi Suroboyo sudah tak ditemui lagi di jalanan Kota Surabaya. Bus yang pernah digunakan untuk G-20 Bali pada November 2022 ini hanya beroperasi selama hampir dua pekan, mulai 20 Desember 2022 sampai 31 Desember 2022.
Padahal, pengguna angkutan umum di Surabaya mengaku senang ketika ada Bus Listrik Trans Semanggi. Adanya bus ini bisa memberi banyak pilihan transportasi umum bagi masyarakat. Warga pun merasa di-PHP (Pemberi Harapan Palsu) oleh pemerintah.
"Kalau saya senang kalau bus listrik beroperasi lagi, khususnya untuk trayek baru. Jadi tidak trayek yang sama seperti dulu yang terbatas. Sementara pengguna angkutan umum tidak hanya di area timur, kalau nambah trayek baru akan menjadi lebih baik lagi," kata Septinda Ayu Premitasari, pengguna angkutan umum kepada detikJatim, Senin (26/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Jemur Wonosari ini berharap, ketika bus listrik beroperasi kembali, bisa beroperasi di trayek baru. Karena, saat beroperasi dulu hanya ada di koridor 3 dengan trayek Purabaya-Kenpark.
Dimulai dari Purabaya (Bungurasih) lalu melewati Jalan Ahmad Yani-Taman Pelangi (Bundaran Bulog)-Jalan Jemur Andayani-Jalan Rungkut Industri Raya (SIER)-Jalan Rungkut Madya-MERR-Jalan Kenjeran dan berakhir di Kenpark.
"Kalau bus listrik beroperasi lagi, jangan sampai hanya menambah trayek lama. Dulu bus listrik trayeknya di Surabaya Timur, Gunung Anyar dan sebagainya sudah dipakai Trans Semanggi. Mungkin nantinya bisa ditambahkan ke trayek lainnya untuk bus umum," ujarnya.
Sama halnya dengan Puspita Sari, warga Tambaksari yang kerap menggunakan angkutan umum ketika bekerja. Awalnya ia senang dengan keberadaan bus listrik ini, meski akhirnya di-PHP karena busnya tidak beroperasi kembali.
Menurutnya, hal ini menjadi catatan untuk pemerintah pusat. Di mana saat akan mengoperasikan bus listrik, harus benar-benar dipastikan dana operasional hingga kelayakan sarana prasarananya. Sehingga, tidak ada kendala yang membuat bus berhenti sampai setengah tahun.
"Senang karena memperbanyak kendaraan umum. Tapi bikin PHP dan masyarakat menyadari sarana prasarana bus listrik kurang memadai. Seharusnya sebelum ada bus listrik ada sarpras yang memadai, misalnya tempat cas. Kalau daya baterai nggak memadai jangan memaksakan. Inginku pemerintah punya sarpras dan kesiapan, lalu uji coba lagi sebelum benar-benar dioperasikan lagi, biar nggak PHP masyarakat," harapnya.
Begitu pula dengan Purwanto Utamo, warga Menanggal, Surabaya. Ia senang ketika ada bus listrik di Surabaya, apa lagi bus tersebut bekas dipakai saat ajang G-20. Namun, ia juga menyayangkan kehadirannya yang hanya sebentar dan sudah terlupakan.
"Pastinya senang dengan adanya bus listrik, tapi cuma sebentar dan menghilang sampai sekarang. Harusnya, kalau memang sudah siap ya nggak berhenti gini, habis kontrak lalu diperbarui dan beroperasi lagi. Untungnya Bus Suroboyo dan feeder membantu sekali," pungkasnya.
(hil/dte)