Cita-cita Tinggi Mahasiswi Termuda SNBT Unair 2023 yang Baru 15 Tahun

Cita-cita Tinggi Mahasiswi Termuda SNBT Unair 2023 yang Baru 15 Tahun

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 23 Jun 2023 15:51 WIB
Mahasiswi termuda Unair Arielya Ramadhani S yang baru berusia 15 tahun.
Mahasiswi termuda Unair Arielya Ramadhani S yang baru berusia 15 tahun. (Foto: Istimewa/dok. Unair)
Surabaya -

Ada 2.672 peserta yang lolos Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Beberapa di antara ribuan peserta itu ada sejumlah peserta termuda di bawah 17 tahun. Salah satunya adalah Arielya Ramadhani S.

Di antara sejumlah peserta termuda yang lolos SNBT Unair, Arielya adalah yang paling muda. Usianya baru 15 tahun 8 bulan saat dinyatakan lolos SNBT dan diterima di Program Studi Manajemen Unair.

Kecerdasan Ariel sudah terlihat sejak SMP. Dia masuk program akselerasi dan mampu menuntaskan pendidikan SMA dalam waktu hanya 2 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia ceritakan bahwa saat dirinya masih berusia 3 tahun, lingkungan tempat tinggalnya tidak ada playgroup. Karenanya dia langsung sekolah di TK Dharma Wanita di kawasan Candi, Sidoarjo.

Setelah lulus TK itu dia pun mendaftar dan melanjutkan pendidikan di SD Negeri Klurak Sidoarjo pada usia yang masih 5 tahun.

ADVERTISEMENT

Masuk program akselerasi sejak SMP

Pada saat masuk SMPN 1 Sidoarjo, ia mengikuti program akselerasi di usianya yang masih 11 tahun. Akselerasi dia ikuti hingga masuk ke pendidikan selanjutnya, yakni di SMAN 1 Sidoarjo.

"SMP masuk akselerasi. Saat SMP menyelesaikan dalam waktu tiga tahun seperti lainnya, tapi waktu SMA menyelesaikan dua tahun," ujarnya.

Dia ceritakan bagaimana dirinya sempat bingung memutuskan mau atau tidak ketika wali kelasnya memberitahunya bahwa dia bisa masuk program akselerasi.

"Takdir Allah. Tiba-tiba diberi tahu wali kelas masuk akselerasi pas SMP kelas 1, bingung mau atau nggak. Tapi didorong orang tua akhirnya bisa," kata Ariel kepada detikjatim, Jumat (23/6/2023).

Meski masuk program akselerasi, Ariel tak merasa lebih unggul dibandingkan teman-temannya. Ia tetap rendah hati dan berteman dengan dengan siapa saja.

Tidak terpilih saat sekolah daftarkan siswa peserta SNBP

Sebelum dibuka jalur SNBT, ada jalur pertama yaitu Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) yang seharusnya bisa diikuti Ariel.

Sayangnya, ketika SMAN 1 Sidoarjo tempat dia bersekolah memilih sejumlah siswa untuk didaftarkan masuk SNPB, dirinya tidak termasuk. Ariel tidak putus asa. Masih ada SNBT.

"SNBP nggak masuk. Di sekolah saya mengambil 100 siswa, tapi bukan rezekinya, saya nggak masuk 100 siswa itu. Akhirnya SNBT daftar sendiri dan Alhamdulillah lolos," ujar anak tunggal ini.

Cita-citanya yang tinggi ada di halaman selanjutnya.

Bercita-cita S2 dan bekerja di luar negeri

Gadis kelahiran Malang, 4 Oktober 2007 itu bercita-cita untuk terus melanjutkan pendidikan tingginya hingga S2 lalu bisa bekerja di luar negeri. Tapi dia belum kepikiran di negara mana.

"Sampai kuliah ini saya mau lulus dengan nilai memuaskan. Kalau bisa mau S2 di luar negeri, kerja di luar negeri. Jenis pekerjaan masih belum kepikiran, let it flow. Belum tahu negara mana, kalau sudah pasti, harus konsultasi dengan keluarga dulu," kata Ariel.

Untuk bisa mewujudkan cita-citanya itu, selama perkuliahan nanti ia ingin les Bahasa Inggris untuk meningkatkan skillnya.

Selain itu ia juga ingin mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, hingga mengikuti banyak lomba agar mendapatkan banyak sertifikat.

Ariel pada akhirnya memilih jurusan manajemen karena mengaku sempat bingung dengan pilihan prodi kuliah. Dia dibantu tantenya untuk memilih jurusan yang memiliki prospek kerja yang luas.

"Akhirnya memilih manajemen. Karena salah satunya memiliki prospek kerja yang luas dan manajemen selalu dibutuhkan. Kalau keluarga sendiri kebanyakan akuntansi dan pernah didorong mengambil akuntansi, tapi batas kemampuan saya ada di manajemen dan tidak ingin memaksakan diri," jelasnya.

Dukungan orang tua dan sekolah

Orang tua Ariel sendiri memberikan dukungan penuh terhadapnya. Bahkan selalu mendorong untuk terus belajar dan memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan UTBK hingga masa perkuliahan.

"Saya diajarkan orang tua, misalnya saya hari ini keliatan nggak ngapa-ngapain didorong belajar, meski nggak ngapa-ngapain, nggak sekolah, didorong belajar untuk kuliah. Biar nggak kaget nanti saat kuliah," katanya.

Dirinya mengaku beruntung memiliki lingkungan sehari-hari yang mampu membimbingnya dalam belajar meski dirinya tinggal berjauhan dengan orang tuanya yang bekerja di luar kota sedangkan dirinya tinggal bersama neneknya di Sidoarjo.

"Enaknya saya di sini punya beberapa orang yang bisa ditanya. Lingkungan keluarga mendorong. Karena kedua orang tua bekerja di luar kota dan saya di rumah nenek," ujar warga Klurak, Candi, Sidoarjo ini.

Selain dorongan dari orang tua dan keluarga, Ariel juga mendapat support dari sekolahnya. Dia diminta untuk tidak mengambil keputusan di luar batas kemampuan. Agar tidak putus di tengah jalan ketika menjalaninya dengan memaksakan.

"Kalau sekolah saya mendorongnya ke realistis. Tinggi-tinggi bagus, tapi jangan lupa batas kemampuanmu. Kalau nggak sanggup, memaksakan, juga nggak bagus. Batas kemampuan dan minat," ujarnya.

Ariel berharap pada masa perkuliahan nanti dirinya bisa lebih aktif menjadi mahasiswa. Dia tidak ingin mengulangi 5 tahun masa sekolahnya yang tidak mengikuti berbagai aktivitas dan akan membalas dengan segala kegiatan positif di masa kuliah.

"Di kuliah nanti, saya tidak mau menyesal seperti SMP dan SMP karena kurang aktif, cuma belajar saja. Eman 5 tahun nggak ngapa-ngapain. Maunya kuliah nanti lebih aktif, organisasi, lomba, cari pengalaman, supaya nggak jadi mahasiswa kupu-kupu. Maunya yang aktif dan banyak mencari link untuk bisa lanjut S2 di luar negeri," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads