Malapraktik diduga menyebabkan Alvito Ghaniyu Maulidan (6) meninggal saat dirawat di RS Prasetya Husada, Malang. Dokter yang menangani mengakui dia sempat bimbang menentukan tindakan medis.
Dalam konferensi pers menyikapi tudingan orang tua anak dan pemberitaan di media massa, manajemen RS Prasetya Husada mengklaim penanganan Alvito sesuai SOP dan membantah adanya malapraktik.
Meski begitu, Dokter Spesialis Anak RS Prasetya Husada dr Agung Prasetyo Wibowo mengaku sempat bimbang memberi tindakan medis karena terjadi perubahan kondisi pada pasien yang kejang-kejang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu bermula ketika pasien datang mengalami mual-mual, tangan dan kaki dingin hingga denyut nadi meningkat. Dari gejala itu dirinya memberikan diagnosa awal pasien mengalami infeksi saluran pencernaan dan dehidrasi berat.
Berdasarkan hasil diagnosa itu Agung menginstruksikan dokter jaga di IGD dan perawat memberikan infus. Setelah mendapatkan infus pasien malah mengalami muntah-muntah hingga akhirnya perawat memberikan suntikan obat sebanyak 2 spet.
"Dua obat ini adalah obat untuk anti muntah dan obat lambung yang disuntikan secara bergantian," ujarnya dalam konferensi pers di hadapan awak media di RS Prasetya Husada, Malang, Kamis (22/6/2023).
Dia pun mengaku heran dengan kondisi pasien anak itu. Menurutnya, meski mengalami dehidrasi berat kondisi pasien saat datang ke RS masih sadar. Menurutnya itu tidak seperti kondisi seseorang yang dehidrasi berat.
"Saya sendiri juga cukup heran dengan kondisi pasien ini. Karena ketika mengalami dehidrasi berat masih sadar. Normalnya ketika seseorang mengalami dehidrasi berat pastinya tidak sadar," sambungnya.
Dalam hitungan menit setelah suntikan obat anti muntah dan obat lambung itulah tiba-tiba Alvito mengalami kejang-kejang. Agung mengaku kebingungan dengan perubahan kondisi pasien itu dan mengarahkan dokter jaga IGD evaluasi ulang.
"Habis memberikan suntikan obat itu saya menimbang-nimbang infus apa yang diberikan. Sebab, dehidrasi biasa dengan berat itu berbeda-beda. Saat saya masih menimbang apa tindakan yang akan dilakukan pasien tiba-tiba kejang," kata dia.
"Waktu itu saya dengar dan teriakan dari keluarga jika anaknya kejang. Dokter di IGD minta izin ke saya untuk mengevaluasi ulang. Belum sampai mendapatkan hasil untuk tindakan medis pasien mengalami henti jantung," sambungnya.
Pasien yang mengalami henti jantung itu pun menurutnya langsung mendapatkan penanganan dengan cara pijat jantung tapi pasien tidak merespons dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
"Artinya, dalam kondisi ini risiko hidupnya sangat kecil. Sepengalaman saya menjadi dokter anak, kasuistik seperti ini jarang terjadi, Saya sendiri juga heran, dinamika kondisi pasien begitu cepat,'' ungkapnya.
Dia jelaskan juga tentang korelasi dehidrasi dengan perubahan kondisi pasien itu. Jawabannya pun tidak menunjukkan ketegasan.
"Apa ada korelasi dengan dehidrasi? Bisa iya, bisa tidak. Karena memang itu tadi, dinamika kondisi tubuh pasien berubah begitu cepat,'' jelas dr Agung kepada wartawan.
Pernyataan dr Agung itu berbeda dengan pengakuan ayah korban, Imam Jazuli yang merupakan warga Jalan Raya Pertamanan, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso.
"Sampai di IGD itu sekitar pukul 23.30 WIB. Saat itu anak saya langsung mendapatkan perawatan dari petugas dan diberi infus. Awalnya sudah agak mendingan setelah diinfus," ujar Imam, Selasa (20/6/2023).
"Gak lama kemudian sama perawat itu dikasih obat suntik di kantong infus, katanya obat mual. Disuntikkan 2 kali. Habis disuntik cuman selang waktu sekitar 5 menit anak saya malah meronta-ronta (kejang)," sambungnya.
Dari situ, Imam langsung melaporkan kondisi anaknya yang mengalami kejang hingga tubuhnya membiru kepada perawat dan dilaporkan ke dokter. Tapi respons yang dilakukan pihak RS terbilang cukup lambat.
"Kondisi anak saya itu sudah kayak kritis, kejang-kejang, meronta-ronta gitu. Tapi respons dari rumah sakit kayak santai-santai aja. Terus terang saya waktu itu sudah panik,'' katanya.
"Agak lama kemudian petugas baru datang memeriksa anak saya dan dikatakan jika detak jantungnya sudah berhenti. Anak saya meninggal pada Rabu (14/6) pukul 00.30 WIB," ujarnya dengan nada kecewa.
(dpe/iwd)