Kesabaran Muhammad Tabri Sulaiman (50) untuk menunaikan ibadah haji akhirnya terbayarkan. Ikhtiar menabung 20 tahun mengantarkan penjual kopi ini ke tanah suci.
Memiliki keterbatasan fisik dan ekonomi, Tabri berhasil mengumpulkan uang selama 20 tahun untuk pergi haji. Meski memiliki ukuran tangan dan kaki yang kecil, ia tetap bersemangat bekerja keras menjadi kepala keluarga dan menabung untuk menjalankan rukun Islam kelima.
Sehari-hari, Tabri berjualan kopi di Pasar Kalisat, Jember yang tak begitu jauh dari rumahnya atau sekitar 500 meter. Ia berjualan kopi mulai pukul 01.30-07.30 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah sekarang saya sudah ada lapak kecil-kecilan untuk jualan di pasar. Awal-awal jualan saya belum ada lapak jadi kalau jualan harus rebutan dengan sesama pedagang yang tidak punya lapak di pasar," kata Tabri kepada detikJatim di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Senin (19/6/2023).
Dari berjualan kopi, Tabri bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 100-150 ribu per hari. Namun ia tak selalu mendapat laba sebanyak itu, tergantung pada keramaian.
"Namanya juga jualan, pas ramai ya bisa dapat Rp 200 ribu, pas sepi dapat Rp 50 ribu. Alhamdulillah masih diberi rezeki buat keluarga," ujarnya.
Dari berjualan kopi, Tabri mulai menabung untuk mewujudkan impiannya untuk ke tanah suci Mekkah. Ia juga bisa kredit bank untuk ternak sapi.
"Ya dikumpulkan hasil jual kopi. Alhamdulillah setiap sapi besar saya jual sampai tiga kali, saya belikan sapi lagi. Dari jual minuman kopi ditambah dari jualan hasil ternak dan ambil kredit di bank saya niatkan untuk mendaftar dan melunasi haji," ceritanya.
Tepat November 2011, ia memutuskan untuk mendaftar haji dan dijdwalkan berangkat tahun 2022. Namun karena pandemi COVID-19, keberangkatannya tertunda hingga 2024. Tak disangka ia lebih cepat berangkat haji tahun ini.
Tabri bersyukur bisa berangkat haji satu tahun lebih cepat. Meskipun tidak didampingi istri, Tabri tetap optimis bisa menjalankan semua rukun ibadah haji.
"Istri baru daftar tahun 2017 karena memang ada rezekinya tahun itu," katanya.
Ketika di tanah suci, Tabri ingin berdoa untuk kesehatannya, karena memiliki kelainan jantung bawaan dari lahir. Ia juga berharap bisa menyekolahkan kedua anaknya yang saat ini masih duduk di bangku SD dan SMA sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
"Doa saya juga bisa menyekolahkan anak saya sampai mengejar cita-citanya," pungkasnya.
(esw/iwd)