Duduk lesehan bareng teman sambil menikmati kopi di kafe yang Instagramable bakal terkesan 'B' aja kalau sudah pernah ngopi di sini. Selamat datang di Warkop Keluarga Setan! Di sini kalian bisa menyeruput kopi yang disajikan di atas kuburan bareng pocong, kuntilanak, dan kawan-kawan.
Suasana yang berbeda akan menyambut kita saat pertama kali datang ke lokasi ini. Seperti tidak sedang tidak berada di Surabaya, detikers akan disambut dengan suasana yang khas pedesaan. Atap jerami, teras bambu, hingga kursi yang terbuat dari kayu.
Dari balik pagar hitam yang mulai usang dengan pintu gerbang yang terbuat dari bambu, terlihat sejumlah kursi dan meja kayu yang terkesan lawas berjajar di antara sejumlah kuburan. Ya, ada beberapa kuburan di warkop ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tengoklah sedikit ke atas di atap gapura yang terbuat dari jerami. Akan terlihat papan nama tempat itu. Tulisannya 'Warkop Ketan'. Tapi jangan kaget dengan sosok yang memegang papan nama kayu itu, ya.
Ada sosok berambut panjang memakai dress putih yang sudah sangat kemerahan memegang papan kayu itu. Betul, sosok itu biasa dikenal dengan sebutan Kuntilanak. Suasana seperti itulah yang akan didapatkan saat pertama kali datang ke Warkop Ketan di Jalan Gadung 1B, Wonokromo, Surabaya.
Pagar warkop itu mengingatkan kita pada pagar tempat pemakaman umum (TPU). Setelah masuk, akan semakin jelas terlihat sejumlah kuburan lengkap dengan kijing dan batu nisannya. Orang-orang duduk lesehan mengelilingi kuburan itu dan menjadikannya sebagai meja untuk meletakkan cangkir kopi.
"Pada dasarnya suka hal-hal berbau mistis. Ternyata bisa memancing rasa penasaran orang hingga akhirnya datang untuk mencoba," kata pemilik Warung Ketan, Dio Bagus kepada detikJatim, Minggu (18/6/2023).
Karena kesukaannya dengan hal-hal mistis itulah konsep warkop itu dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan horor. Ada ornamen kuburan yang di bawahnya terdapat manekin menyerupai sosok jenazah dengan kain kafan tersingkap. Seolah menggambarkan keadaan di dalam liang lahad.
![]() |
Tidak sedikit pula sosok-sosok mistis yang dihadirkan di warkop itu. Seperti sosok berambut panjang berbaju hitam duduk di atas kursi goyang, sosok berambut panjang berbaju putih penuh darah yang menggantung di langit-langit, pocong, boneka seram, dan lain-lain.
Menu makanan dan minuman di warkop ini pun diberi nama yang terkesan tak kalah horor. Seperti ketan lawang sewu (ketan keju), kuku pocong (jamur krispi), ketan laut selatan (green tea), hingga lidah kuntilanak (tahu krispi).
Dio kerap mengenalkan warung kopi miliknya dengan nama Warkop Ketan. Tapi dia ungkapkan sesuatu yang mungkin belum banyak diketahui pengunjung meski sudah sering datang ke warkopnya. Bahwa kata 'Ketan' itu sebenarnya merupakan akronim dari 'Keluarga Setan'. Nggak bahaya, ta?
Yup, tentu saja nisan dan hantu-hantu tradisional di Warkop Ketan itu merupakan replika. Bukan asli. Tapi dengan replika dunia horor itulah warkop ini memiliki daya tarik tersendiri. Kesan antimainstream pun melekat sehingga tak kalah unik jadi objek foto atau video untuk diunggah di Instagram.
"Saya mengubah konsep ini saat pandemi menjatuhkan segala usaha. Waktu itu saya dipaksa berpikir, gimana caranya supaya kembali ramai dan berhasil," kata Dio dengan blak-blakan saat ngopi bareng detikJatim.
Tim Manajemen atau Kepala Production Warkop Ketan, Minor Al Asr mengatakan bahwa sebelum menjadi warkop berkonsep horor, warung itu sebelumnya berkonep cafe dengan tema industri. Pandemi COVID-19 nyaris membuat Dio gulung tikar.
"Setelah berjalan beberapa lama, grafik imbas pandemi bikin bisnis menurun. Ada ide pakai konsep baru, karena pemilik suka hal-hal mistis kita buat gebrakan jadi Warkop Ketan. Itu 1,5 tahun lalu. Kita cuman iseng, ngasih sedikit sentuhan horor," kata Minor.
Dio mengakui begitu pertama kali Warkop Ketan berkonsep horor itu diresmikan, animo masyarakat sangat tinggi. Perputaran bisnis di warkop itu membuat Dio dan rekan-rekannya sempat merasakan peningkatan omzet hingga mencapai 7 kali lipat hingga mencapai Rp 4 juta per hari.
"Euforia pengunjung itu terasa selama 7 bulan pertama. Kami akan terus berupaya mempertahankan eksistensi dengan gebrakan-gebrakan baru, tapi tetap dengan konsep horor," ujar Dio disambut anggukan Minor.
(dpe/iwd)