Kuburan ayahku Laut Jawa. Kira-kira begitu sepenggal kalimat yang ada dalam benak Joop Nahuysen, anak tentara Belanda yang menabur bunga di Laut Jawa.
Untuk diketahui, Laut Jawa pernah menjadi medan pertempuran antara armada sekutu yang dipimpin Belanda, melawan armada Jepang yang hendak masuk ke Indonesia. Armada sekutu mati-matian mencoba menahan gempuran armada Jepang yang jumlahnya lebih banyak dan unggul dalam persenjataan.
Pada pertempuran yang terjadi 27 Februari 1942, armada sekutu kalah. Lima Kapal sekutu tenggelam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara kapal Jepang tak ada satupun yang karam. Sebanyak 923 pasukan Angkatan Laut Belanda tewas tenggelam bersama kapalnya. Termasuk pimpinan armada, Laksamana Karel Doorman.
Untuk mengenang sekaligus memperingati pertempuran Laut Jawa (The Battle of Java Sea),
Anggota keluarga korban pertempuran Laut Jawa tabur bunga pada Februari 2014, di lokasi tenggelamnya HNMLS De Ruyter, salah satu kapal perang milik Belanda. Orang itu adalah Joop Nahuysen. Joop merupakan anak dari Antonie Nahuysen, seorang telegrafis HNMLS De Ruyter.
"Ayah saya tenggelam di sini. Kuburannya di sini," kata Joop sepekan setelah tabur bunga.
Joop menaburkan bunga di titik koordinat 06 derajat 00' S.W. / 112 derajat 05' E.L. Laut Jawa. Joop tidak asing dengan Indonesia karena ia bekerja di Indonesia, tepatnya di Bandung sejak 1997.
Dari Bandung, Joop berangkat menuju Surabaya. Dari Surabaya, pria 72 tahun itu menuju Gresik untuk berangkat menggunakan kapal cepat ke Bawean.
Ketika tabur bunga, Joop ditemani kawan-kawannya. Baik kawan asli Belanda maupun keturunan Belanda yang bersimpati dengannya.
Dengan kapal cepat, hanya membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai di Bawean. Setelah beristirahat sejanak, oleh Joop kapal itu disewa untuk menuju ke lokasi tenggelamnya HNMLS De Ruyter.
"Dari Bawean, jaraknya masih 60 km lagi," ujar Joop.
Cuaca waktu itu cukup bersahabat. Ombak tenang dan tidak terlalu tinggi. Tiba di lokasi, upacara peringatan pertempuran Laut Jawa ke-72 tahun itu diawali dengan sambutan dari Joop.
Dengan haru, Joop menerangkan sejarah pertempuran Laut Jawa dan kisah kematian ayahnya, serta bagaimana usahanya untuk melakukan upacara tabur bunga di lokasi tenggelamnya kapal tersebut.
"Jika kita terus mengingat mereka dengan seluruh cinta, itu berarti bahwa mereka masih akan tetap hidup di dalam hati kita," ujar Joop dalam sambutannya.
Selesai sambutan, acara diteruskan dengan menyanyikan bersama lagu 'Untuk Ayah Tercinta'. Lagu ciptaan Rinto Harahap yang berisi pesan kerinduan seorang anak terhadap ayahnya itu mengalun dengan syahdunya. Selanjutnya, lagu 'Dalam Kerinduan' menjadi lagu terakhir sebelum semuanya melakukan hening cipta.
Usai mengheningkan cipta, tabur bunga pun dilakukan. Sebuah karangan bunga berisi pesan 'With Our Love, You Shall Never Die' mengawali tabur bunga. Karangan bunga itu dijatuhkan ke laut dan langsung tenggelam menuju kedalaman 60 meter tempat HNLMS De Ruyter tenggelam.
"Ini adalah awal. Mari kita lakukan apa yang tidak pernah harus berakhir. Ciptakan perdamaian di dunia ini dengan cinta kita saja," tutup Joop.
Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback diharapkan bisa memutar kembali memori pembaca setia detikJatim. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Ingin mencari artikel-artikel lain di rubrik Jatim Flashback? Klik di sini.
(sun/iwd)