Pedagang es cincau di Mojokerto, Ipang Parta Murdiani (33) menjual salah satu ginjalnya untuk membayar utang sekitar Rp 68 juta. Berbagai cara ia lakukan untuk donor ginjal secara legal. Ia pun pernah nekat mendatangi rumah Putra Sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka di Solo.
Ipang mulai terjerat utang untuk memenuhi kebutuhan hidup sejak 2020. Saat itu, ia di-PHK dari pabrik sepatu di Miji Baru, Kota Mojokerto. Saat ini, utangnya sekitar Rp 68 juta. Antara lain di 4 koperasi atau bank titil sekitar Rp 10 juta. Ditambah lagi utang di beberapa perusahaan leasing.
Nama warga asal Dusun Unggahan, Desa Banjaragung, Puri, Kabupaten Mojokerto ini dipakai kredit 2 sepeda motor dan 2 ponsel oleh orang lain. Selain angsurannya tak dibayar, ponsel dan motor kredit itu dijual oleh temannya yang tak bertanggung jawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Ipang tak pernah menyerah. Bersama istrinya, ia berdagang es cincau mulai pukul 09.00 WIB sampai sore di Perumahan Surodinawan, Kota Mojokerto. Penghasilannya yang hanya Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per hari tentu saja belum cukup untuk mencicil utang-utangnya. Oleh sebab itu, ia memutuskan menjual salah satu ginjalnya.
Berbagai cara ia lakukan agar pemerintah memfasilitasinya untuk donor ginjal. Salah satunya pada H-1 Lebaran Idul Fitri, ia nekat ke Solo, Jateng untuk bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo dan putra sulungnya, Gibran. Ia berangkat naik bus dari Mojokerto berbekal uang sekitar Rp 150.000. Uang yang susah payah ia kumpulkan dari berdagang es cincau.
"Saya mau ke Pak Jokowi, akses jelas sangat sulit. Sehingga saya memutuskan menemui Mas Gibran," kata Ipang kepada wartawan di warung Lingkungan Kuwung, Kota Mojokerto, Sabtu (13/5/2023).
Sampai Terminal Tirtonadi, Solo sekitar pukul 01.00 WIB, Ipang tak langsung ke rumah Gibran. Setelah subuh, ia baru menggunakan jasa ojek online menuju ke rumah Wali Kota Solo tersebut. Tukang ojol pun menurunkannya di depan gang, lalu menunjukkan kediaman keluarga Presiden Jokowi. Saat itu baru sekitar pukul 05.00 WIB sampai 05.30 WIB.
"Saya disuruh tanya ke warga rumahnya Mas Gibran, rumah pribadinya. Saya tanya warga, lalu diarahkan. Saya datang ke rumahnya, baru izin di penjaga sudah ditolak, langsung disuruh pulang," ungkapnya.
Bapak dua anak ini akhirnya pulang dari Solo dengan tangan hampa. Sempat terbesit di pikirannya untuk tidak pulang selamanya. Namun, ia teringat akan buah hatinya.
"Niat saya menemui Pak Jokowi atau Mas Gibran minta difasilitasi untuk donor ginjal secara legal. Dengan nilai utang saya yang besar kayaknya mustahil orang mau kasih uang cuma-cuma. Tidak ada makan siang gratis," jelasnya.
Ipang juga menawarkan ginjalnya melalui medsos. Sejumlah akun pejabat ia hubungi untuk meminta difasilitasi donor ginjal secara legal. Mulai dari Bupati dan Wabup Mojokerto, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, hingga Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.
Ia juga melakukan hal serupa terhadap sejumlah akun medsos artis papan atas, seperti Raffi Ahmad dan Baim Wong. Bahkan, Ipang tak segan meminta tolong dengan menghubungi akun medsos para selebgram dan para ulama Indonesia. Namun, upayanya itu tak membuahkan hasil.
"Sebenarnya saya mau menemui Ibu Bupati, tapi trauma di Solo, takut ditolak lagi," cetusnya.
Ipang optimis ginjalnya bakal laku. Sebab selama ini ia mengaku tidak pernah merokok maupun menenggak minuman beralkohol. Pemilik golongan darah A ini juga rutin 3 bulan sekali donor darah di PMI Kabupaten Mojokerto sejak SMA. Risiko kesehatan pasca satu ginjalnya diambil juga sudah siap ia tanggung.
"Tujuan saya donor ginjal yang utama untuk menutup utang. Bila memang ada yang memfasilitasi jalannya, sisa uang untuk buka usaha sendiri bersama istri. Untuk jaga-jaga kemungkinan terburuk, saya minta Rp 100 juta ke atas," terangnya.
Sebuah grup Facebook jual beli organ, tambah Ipang, juga pernah ia masuki untuk menawarkan ginjalnya. Salah satu anggota grup sempat menghubunginya. Ia diminta menyiapkan semua dokumen dan tinggal di Jakarta. Orang yang belum ia kenal itu menyiapkan advokasi.
"Ginjal saya dihargai Rp 300 juta. Saya mau ke sana, tapi belum tentu benar. Kalau saya mati, percuma karena utang tak lunas, istri dan anak saya di rumah," tandasnya.
Hampir 2 bulan terakhir, Ipang terpaksa menumpang mandi dan tidur di masjid atau warung di Lingkungan Kuwung, Kelurahan Meri, Kranggan, Kota Mojokerto. Sebab mertuanya malu dan risih mempunyai menantu yang terus dikejar-kejar para penagih utang.
Ya, selama berumah tangga dengan Sri Wilujeng (31), ia menumpang di rumah mertuanya di Dusun Unggahan. Di sisi lain, ia tak enak hati kalau tinggal dengan ibunya. Karena sang ibu kini hidup bersama ayah tirinya.
(hil/iwd)