Pedagang es cincau di Mojokerto, Ipang Parta Murdiani (33) terlilit utang sekitar Rp 68 juta hingga kerap ditagih debt collector. Kondisi itu membuat mertuanya risih dan malu sehingga ia harus meninggalkan rumah. Pedagang es cincau ini pun nekat menawarkan ginjalnya untuk membayar utang.
Ipang sudah hampir 2 bulan meninggalkan istri dan 2 anaknya. Sebelum itu, ia sehari-hari menumpang di rumah mertuanya di Dusun Unggahan, Desa Banjaragung, Puri, Kabupaten Mojokerto.
Hanya ketika berdagang es cincau di Perumahan Surodinawan, Kota Mojokerto, ia berjumpa dengan keluarga kecilnya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, Ipang tidur berpindah-pindah tempat (nomaden) di Lingkungan Kuwung, Kelurahan Meri, Kranggan, Kota Mojokerto. Hanya sepeda motor Honda Revo dan sedikit pakaian yang menemaninya. Sering kali, ia tidur dan menumpang mandi di masjid dan warung.
Sudah jatuh tertimpa tangga, itu lah yang dirasakan Ipang sejak hampir 2 bulan lalu. Saat ini, utangnya sekitar Rp 68 juta. Antara lain di 4 koperasi atau bank titil yang kolektornya menagih setiap pekan, serta di beberapa perusahaan leasing karena namanya dipakai kredit 2 sepeda motor dan 2 ponsel.
Para penagih utang hampir setiap hari datang ke tempat tinggalnya di Dusun Unggahan. Kondisi itu tak ayal membuat mertuanya risih sekaligus malu. Namun, perasaan mertuanya itu tak pernah terucap langsung kepadanya.
"Kata-kata disampaikan ke istri saya, sering bilang kalau mertua malu punya menantu dikejar-kejar utang, mending keluar dari rumah," kata Ipang kepada wartawan di warung Lingkungan Kuwung, Sabtu (13/5/2023).
Di sisi lain, Ipang merasa tak enak hati jika tinggal di rumah ibunya. Sebab sang ibu hidup bersama ayah tirinya. Bapak dua anak ini juga yakin orang tuanya tak akan sanggup membantu melunasi utang-utangnya. Sehingga suka atau tidak, ia terpaksa tidur di jalanan sejak awal Ramadhan 2023.
Pedagang es cincau ini mulai terjerat utang sejak di-PHK dari pabrik sepatu di Mijibaru, Kota Mojokerto pertengahan 2020 dampak pandemi COVID-19. Hidup di jalanan memang membuatnya tak lagi harus menghadapi para penagih utang. Namun, ia tak tega dengan istrinya.
"Mereka tetap datang ke rumah, istri saya yang hadapi. Membuat saya tak tega karena beban ditagih orang jadi di istri saya. Kalau dari leasing sudah jarang datangnya," jelasnya.
Meski begitu, Ipang tak pernah menyerah. Bersama istrinya, ia berdagang es cincau mulai pukul 09.00 WIB sampai sore. Penghasilannya yang hanya Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per hari tentu saja belum cukup untuk mencicil utang-utangnya. Oleh sebab itu, ia memutuskan menjual salah satu ginjalnya.
Keputusannya ini sudah disetujui istrinya karena sudah tak ada jalan lain. Bapak dua anak ini berharap Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati maupun para pejabat lainnya memfasilitasinya untuk mendonorkan ginjal secara legal.
Ipang optimis ginjalnya bakal laku. Sebab selama ini ia tidak pernah merokok maupun menenggak minuman beralkohol. Pemilik golongan darah A ini juga rutin 3 bulan sekali donor darah di PMI Kabupaten Mojokerto sejak SMA. Risiko kesehatan pasca satu ginjalnya diambil juga sudah siap ia tanggung.
Sejauh ini, Ipang menawarkan ginjalnya itu melalui medsos. Akun sejumlah nama pejabat pun ia colek agar bersedia memfasilitasinya untuk donor ginjal secara legal. Mulai dari Bupati dan Wabup Mojokerto, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa hingga Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.
Ia juga melakukan hal serupa pada sejumlah akun medsos artis papan atas, seperti Raffi Ahmad dan Baim Wong. Bahkan, Ipang tak segan meminta tolong dengan menghubungi akun medsos para selebgram dan para ulama Indonesia.
"Tujuan saya donor ginjal yang utama untuk menutup utang. Bila memang ada yang memfasilitasi jalannya, sisa uang untuk buka usaha sendiri bersama istri. Untuk jaga-jaga kemungkinan terburuk, saya minta Rp 100 juta ke atas," tandasnya.
(hil/iwd)