Sambat Penumpang di Pelabuhan Jangkar Tak Dapat Tiket, Beli di Calo Mahal

Mudik Update by BNI

Sambat Penumpang di Pelabuhan Jangkar Tak Dapat Tiket, Beli di Calo Mahal

Chuk Shatu Widarsha - detikJatim
Rabu, 19 Apr 2023 20:25 WIB
Pemudik di Pelabuhan Jangkar Situbondo
Pemudik di Pelabuhan Jangkar (Foto: Chuk Shatu Widarsha/detikJatim)
Situbondo -

Sejumlah penumpang tertahan di Pelabuhan Jangkar Situbondo karena tak kebagian tiket. Kondisi itu diperburuk dengan ulah calo. Para pemudik yang hendak ke Madura ini bingung apakah harus menginap di pelabuhan lagi atau pulang dan tak jadi mudik.

Informasi yang diperoleh, harga tiket di tangan calo mencapai sekitar 6 hingga 7 kali lipat atau lebih dari harga normal. Sehingga penumpang berkantong pas-pasan lebih memilih menunggu jadwal berikutnya.

Sebagai contoh, harga normal tiket tujuan Pulau Raas seharga Rp 49 ribu. Namun, di tangan calo, tiketnya bisa mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak yang tidak kebagian diduga karena ada calo," tutur seorang penumpang yang mengaku dari Sumbawa, Murtadho, kepada detikJatim, Rabu (19/4/2023).

Akibatnya, banyak penumpang yang sebenarnya baru datang tapi langsung mendapat tiket. Karena mereka berani membeli tiket mahal demi bisa segera menyeberang ke Madura dan pulau sekitarnya.

ADVERTISEMENT

Padahal, pihak pengelola sudah menerapkan beberapa kebijakan untuk meminimalisir praktik calo tiket. Misalnya membuka loket 2 jam sebelum kapal berangkat, maupun melarang pembelian tiket dalam jumlah banyak.

Pantauan di lapangan, modus operandi oknum calo adalah dengan menggantikan antrean calon pemudik. Oknum calo berperan menggantikan calon pemudik mengantre tiket kapal. Lalu, meminta bayaran antre dengan biaya selangit.

Meski ada kesulitan untuk dapat tiket serta keberadaan calo, Murtadho mengaku tetap akan berjuang untuk mendapatkan tiket ke Madura.

"Ya mau gimana lagi, mas. Mudik Lebaran kan setahun sekali. Maka, apapun caranya yang penting bisa pulang kampung," ujar pria yang mengaku mudik bersama istri dan 2 anaknya tersebut.

Ia mengaku dilematis. Apakah harus pulang kembali ke Sumbawa yang jaraknya sangat jauh, atau harus menyeberang ke kampung halamannya di Madura yang membutuhkan perjuangan.

"Kerepotan saya. Kalau muter pakai transportasi darat lewat Surabaya, lalu nyeberang ke Madura dan seterusnya juga jauh," keluh Murtadho.




(hil/fat)


Hide Ads