Kata Ahli Sangkal Putung Desa Sumput Sidoarjo soal Fenomena Ida Dayak

Kata Ahli Sangkal Putung Desa Sumput Sidoarjo soal Fenomena Ida Dayak

Izzah Putri Jurianto - detikJatim
Minggu, 16 Apr 2023 13:00 WIB
Kampung sangkal putung sidoarjo
Sangkal Putung Bu Kartini di Desa Sumput, Sidoarjo. (Foto: Izzah Putri Jurianto/detikJatim)
Sidoarjo -

Eksistensi Kampung Sangkal Putung di Desa Sumput, Sidoarjo sudah berlangsung turun-temurun sejak puluhan tahun silam. 'Bengkel tulang' setempat mengobati pasien dengan metode pemijatan dan ramuan pengobatan masing-masing.

Antara satu sangkal putung dengan sangkal putung lainnya saling menghargai meski ada beda metode pengobatan. Sebab, pada dasarnya mereka masih satu garis turunan keluarga besar.

Bagi ahli sangkal putung di Desa Sumput, yang paling utama adalah kesembuhan pasien. Mereka tidak peduli jika ada orang yang punya keahlian sama, tapi beda metode. Paling penting pasien nomor satu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu yang dirasakan ketika fenomena Ida Dayak mencuat. Secara umum, Ida Dayak juga menyembuhkan orang yang mengalami patah tulang. Kartini, salah satu ahli sangkal putung yang terkenal di Desa Sumput mengaku sudah menonton video Ida Dayak.

"Iya, saya pernah kok menonton video-videonya. Sedang viral kan itu," ucap perempuan yang akrab disapa Bu Kartini tersebut kepada detikJatim, Selasa (11/4/2023).

ADVERTISEMENT

Bu Kartini berpendapat, beda daerah memang bisa saja menimbulkan perbedaan cara pengobatan.

"Daerahnya kan berbeda, ya pastinya cara mengobatinya juga beda. Wong yang satu daerah saja belum tentu sama, kok," tambahnya.

Terkait metode pengobatan, Bu Kartini mengaku dirinya menggunakan minyak kelapa saat mengurut pasien. Ditambah lagi, ia juga meyakini ibadah-ibadah yang rutin ia lakukan seperti salat 5 waktu, salat malam, dan puasa bisa mempercepat kesembuhan pasien.

"Kalau saya, mijet ini nggak langsung mijet aja. Tentu ada ilmunya, ada ibadahnya. Kembali lagi, setiap ahli pijat pasti punya caranya sendiri," tegas Bu Kartini.

Soal Ida Dayak, Bu Kartini mengatakan bahwa memang budaya Ida Dayak dalam melakukan pemijatan tradisional berbeda dengan dirinya.

"Kalau yang saya lihat di video di internet, Ida Dayak itu mengobati pasien memakai baju adat ya. Nah, mungkin dalam pengobatannya itu ada unsur budaya juga," jelas Bu Kartini.

Bu Kartini tak berani berasumsi lebih jauh. Dirinya hanya menjelaskan bahwa perbedaan karakteristik dan cara pengobatan itu wajar terjadi. Selain faktor budaya, perbedaan itu terjadi karena dasar keilmuan yang berbeda.




(hil/dte)


Hide Ads