3.084 Anak di Kota Malang Berisiko Stunting

3.084 Anak di Kota Malang Berisiko Stunting

Muhammad Aminudin - detikJatim
Sabtu, 01 Apr 2023 09:00 WIB
Ilustrasi anak stunting penyebab gagal tumbuh
Foto: Getty Images/iStockphoto/adrian825
Kota Malang -

Sebanyak 3.084 anak di Kota Malang punya risiko stunting. Jumlah itu merupakan hasil bulan timbang pada Februari 2023 dari 34.382 anak.

Dinas Kesehatan Kota Malang mengaku terus berupaya menekan angka stunting. Pada tahun ini angka stunting diharapkan dapat turun sekitar 5 persen.

"Angka stunting pada anak saat ini 8,9 persen atau sebanyak 3.084 anak dari hasil bulan timbang Febuari 2023 terhadap 34.382 anak," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang dr Husnul Muarif kepada wartawan, Jumat (31/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Husnul mengungkapkan angka stunting Kota Malang tahun kemarin sebanyak 9 persen. Pada tahun ini ditargetkan angka stunting bisa turun sampai 5 persen.

"Tahun kemarin angka stunting Kota Malang 9 persen, target tahun ini kalau bisa memang mendekati zero, di bawah 5 persen, seperti Surabaya, Pak Wali inginnya seperti itu," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Supaya target angka stunting 5 persen terwujud. Pemkot Malang akan mewajibkan para aparatur sipil negara (ASN) dengan jabatan eselon dan tenaga kesehatan memiliki anak asuh berisiko stunting.

Setiap ASN diberi tanggungjawab mengasuh antara 2 atau 1 anak berisiko stunting.

"Nanti ada program orang tua asuh anak berisiko stunting untuk ASN. Pembagiannya seperti apa, itu akan ada di wilayah, yang artinya per kelurahan," katanya.

Setiap ASN bertanggungjawab untuk intervensi di bidang kesehatan anak asuhnya. Seperti terkait kebutuhan asupan gizi yang dapat dikonsultasikan kepada ahli gizi atau nutrisionis yang ada di wilayah tersebut.

"Sehingga nanti diharapkan para ASN bisa mengintervensi risiko stunting dengan rekomendasi dari tenaga kesehatan," ujar Husnul.

Para ASN juga diwajibkan memantau anak asuhnya secara berkala untuk dilaporkan ke pihaknya dan menjadi bahan evaluasi Pemkot Malang dalam penanganan program kegiatan stunting.

"Nanti dipantau terus oleh ASN, sehingga ada hasil seperti apa anak-anak yang berisiko itu apakah sudah tidak stunting atau belum. Nah ini menjadi evaluasi dari Pemkot Malang kira-kira hambatannya seperti apa. Bisa dari asupan gizi, atau cara pemberian asupan gizi, atau mungkin dari lingkungannya," terangnya.

Meski begitu, Puskesmas tetap bertanggungjawab dalam menganalisa penanganan stunting di Kota Malang. Menurutnya, angka stunting di Kota Malang merata di 57 kelurahan.

"Analisa stunting itu dari puskesmas wilayah per kelurahan, bayi ini misal karena resikonya dari penyakit di tubuhnya, berbeda intervensinya dengan yang kurang asupan, analisa itu menjadi bekal dari masing-masing ASN untuk melakukan intervensi," kata Husnul.

Selain itu, Dinkes Kota Malang telah berupaya memberikan bantuan seperti suplemen tambahan dan lainnya kepada masyarakat untuk menekan angka stunting.

"Mulai dari remaja putri diberikan tablet tambah darah, pengukuran HB. Kemudian dari ibu hamil, itu ada 6 pemeriksaan ANC yang harus dilakukan, meliputi pemeriksaan USG oleh dokter yang ada di puskesmas. Persalinan itu harus di rumah sakit," pungkasnya.




(mua/iwd)


Hide Ads