Pernikahan Dini Hambat Penurunan Angka Stunting di Jatim

Pernikahan Dini Hambat Penurunan Angka Stunting di Jatim

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 30 Des 2022 23:30 WIB
Stunting di Jatim BKKBN
Koordinator Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Jatim Sukamto. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Stunting masih menjadi atensi pemerintah. Sayangnya, upaya penurunan angka stunting terhambat tingginya pernikahan dini di Jatim.

Koordinator Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Jatim Sukamto yang menyatakan hal tersebut ketika ditemui wartawan di Jalan Jemursari, Jumat (30/12/2022). Menurutnya, data pernikahan dini di sejumlah daerah di Jatim cukup relevan dengan tingginya angka stunting di daerah tersebut

Dispensasi Kawin di Pengadilan Tinggi Agama Surabaya misalnya, menunjukkan jumlah pengajuan pernikahan dini 10.275 kasus dan dikabulkan 9.863 Kasus atau 96%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Data pernikahan dini dibandingkan kabupaten yang stuntingnya tinggi kok ada relevan. Artinya ada kaitannya kalau nikah dini otomatis mental belum siap fisik juga belum siap," ujarnya.

Berdasarkan data yang diterima detikJatim, ada 10 kabupaten dan kota di Jatim dengan jumlah tertinggi untuk pernikahan muda.

ADVERTISEMENT

Tertinggi ada di Jember sejumlah 880 pernikahan, Malang 845, Kraksaan 770, Lumajang 566, Banyuwangi 563, Bondowoso 471, Pasuruan 464, Bojonegoro 369, Situbondo 346, dan Kediri 346.

Sementara, 10 daerah di Jatim dengan angka stunting tinggi ada di Bangkalan 38,9%, Pamekasan 38,7%, Bondowoso 37%, Lumajang 30,1%, Sumenep 29%, Kota Surabaya 28,9%, Mojokerto 27,4%, Malang 25,7%, Kota Malang 25,7% dan Nganjuk 25,3%.

Lalu, dari data Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2021, angka stunting nasional 24,4%. Sedangkan di Jatim ada 23,5%.

BKKBN Jatim pun menargetkan pada 2023 mendatang angka stunting bisa turun hingga 16,83%.

"Tahun 2022, datanya belum keluar, hingga 2024 kita targetnya 13,51%," ujarnya.

Menurutnya, faktor yang mempengaruhi stunting dari yang tertinggi yakni kemiskinan, sanitasi, kesehatan, pendidikan, dan air bersih. Faktor itu menyumbang sekitar 70%.

"30 persennya spesifik apa yang ada langsung di keluarga. Satu karena calon pengantin usianya di bawah standar. Ibu hamil, ibu menyusui yang kekurangan gizi kemudian pengasuhan anak," pungkasnya.

Ikuti berita menarik lainnya di Google News.




(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads