Kasus Kematian Ibu Hamil Jatim Terbanyak di Jember dan Surabaya

Kasus Kematian Ibu Hamil Jatim Terbanyak di Jember dan Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 29 Nov 2022 15:56 WIB
Ilustrasi perut ibu hamil 8 bulan turun jelang persalinan
Ilustrasi (Foto: iStockphoto)
Surabaya -

Kasus kematian pada ibu hamil di Jawa Timur tahun 2022 masih tinggi. Yakni di atas 500 kasus dan kebanyakan ibu hamil meninggal usia 35 tahun. Kasus ini pun menjadi tantangan tersendiri oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim.

Ketua IDI Jatim Dr dr Sutrisno SpOG(K) mengatakan, angka kematian ibu hamil di Jatim masih tinggi. Meskipun tidak setinggi tahun 2021, karena faktor utamanya pandemi COVID-19.

"Di Jatim ini tahun 2021 kematian ibu 1.297 di Jatim saja. Pada tahun sebelum-sebelumnya sekitar 550-560 itu saja. Ketika ada COVID-19 lonjakannya tinggi, karena memang faktor covid. Tahun ini, angka yang masuk 500 sekian," kata dr Sutrisno saat ditemui detikJatim di kantor IDI Jatim Jalan Dharmawangsa, Selasa (29/11/2022).

Ia menyebut, paling banyak kasus kematian pada ibu hamil di Jatim ada di Jember, Surabaya dan lainnya. Kasus kematian ibu hamil ini justru banyak didapati dari kota-kota besar dengan RS atau tenaga kesehatan yang banyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jember, Surabaya, Malang, Bojonegoro dan Blitar. Ini paradok kota besar, dokternya banyak, RS banyak, akses mudah justru angka kematiannya tinggi. Namun saya lihat banyak rujukan, kasus yang berat dirujuk ke Surabaya, Malang, Jember dan lainnya," jelasnya.

Dia menambahkan kasus ini menjadi tantangan tersendiri bagi IDI Jatim. Pasalnya, di Jatim sendiri terdapat ratusan rumah sakit dan ribuan tenaga kesehatan yang bisa menangani ibu hamil.

ADVERTISEMENT

"Makanya itu tantangan. Sekarang problem kematian hamil kompleks, Jatim RS ada 404, spesialis kebidanan hampir 700, bidannya ribuan, perawat puluhan ribu. Tersebar di mana-mana, tetap kematian ibu tinggi. Ini tantangan berat dan kompleks," ujarnya.

"Bagaimana ibu hamil di pelosok itu mengerti bahwa dia harus aktif menjaga keselamatan dia sendiri, jangan pasif," tambahnya.

Selain kematian pada ibu hamil, kasus stunting pada balita di Jatim juga masih tinggi. Namun, dia juga mengapresiasi Kota Surabaya karena bisa menurunkan angka kasus stunting hingga 11 ribu dalam waktu 2 tahun.

"Prestasi kalau daerah bisa membuat stunting turun. Dua tahun lagi dengan langkah konsisten, tentu akan lebih bagus lagi. Tapi stunting masih tinggi di Jatim, terutama di daerah. Stunting ini multidimensi. Masalah ekonomi keluarga, sikap perilaku hidup, termasuk support masyarakat, pemerintah dan profesi," pungkasnya.




(esw/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads