Marak Partai Rekrut Artis-Eks Pejabat Jadi Bacaleg, Ngefek Nggak Sih?

Marak Partai Rekrut Artis-Eks Pejabat Jadi Bacaleg, Ngefek Nggak Sih?

Faiq Azmi - detikJatim
Jumat, 24 Mar 2023 00:01 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi Pemilu 2024. (Foto: Fuad Hasim/detikcom)
Surabaya -

Menjelang tahun politik 2024 sejumlah partai mulai memperkenalkan bakal calon legislatif (bacaleg) yang akan bertarung di pemilihan legislatif (pileg) 2024. Sejumlah partai masih tertarik merekrut bacaleg dari kalangan artis, penyanyi, selebgram, hingga eks pejabat pemerintahan atau TNI/Polri.

Di Jawa Timur, PAN memperkenalkan selebgram sekaligus crazy rich Surabaya Tomli Wafa. Selain itu, PAN Jatim juga diperkuat eks purnawirawan TNI. Sedangkan Perindo mengandalkan artis Venna Melinda yang sedang menjadi sorotan publik atas kasus KDRT-nya untuk mendapat kursi di Dapil Jatim VI.

Selain itu, sejumlah partai masih merahasiakan rekrutannya. Salah satunya PKB Jatim yang menyiapkan bacaleg eks penyanyi dangdut di Jatim yang namanya masih dirahasiakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat fenomena itu, Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menyebut cara mengandalkan bacaleg dari kalangan aktris hingga mantan pejabat itu adalah langkah instan.

"Itu cara instan dan jalan pintas. (Hal itu juga) menunjukkan parpol ingin menempuh rute cepat saja," kata Surokim saat dikonfirmasi detikJatim, Kamis (23/3/2023).

ADVERTISEMENT

Menurut Surokim perekrutan publik figur tidak selamanya menguntungkan. Apalagi, proses pencalegan adalah kompetisi yang sangat rumit. Nama besar saja belum tentu menjadi jaminan bisa memenangkan suara masyarakat.

"Sesungguhnya itu plus-minus. Parpol menggaet artis itu dengan asumsi karena merasa para artis sudah banyak dikenal masyarakat dan mudah untuk menggaet voters," katanya.

"Sementara pertimbangan kompetensi, kapasitas, dan kapabilitas serta girah perjuangan dibuat nomer sekian. Jadi itu memang cara instan parpol memperoleh kursi dengan menonjolkan faktor keartisan. Tapi yang harus diketahui, kontestasi caleg itu sangat kompleks," ujarnya.

Peneliti Senior SSC itu menyebutkan bahwa bacaleg dari publik figur memang akan mendapatkan peluang feedback atau imbal balik dari masyarakat rural dan periferal yang cukup baik.

"Tapi tidak demikian dengan masyarakat urban yang sudah mulai ada pergeseran dalam memilih caleg. Di masyarakat urban faktor keartisan hanya menjadi faktor pelengkap saja dan bukan faktor utama keterpilihan caleg," katanya.

Surokim mencontohkan 2019 lalu di mana banyak artis turun ke Jatim untuk maju sebagai caleg. Hasilnya, tidak banyak yang pada akhirnya melenggang menjadi anggota DPRD/DPR.

Menurutnya, sebuah pencalegan perlu sosok figur yang terkenal dan memiliki jaringan kuat di daerah pemilihan masing-masing. Ia tidak memungkiri bisa menjual nama publik figur untuk pencalegan, tapi harus diperhitungkan daerah pemilihannya.

"Semua tergantung wilayah dan tipikal serta habit voters-nya. Dan yang paling utama adalah jaringan dari caleg itu sendiri, serta mau turun atau tidak ke masyarakat," ujarnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads