Redakan Tensi, Kapolda Jatim Ajak Dialog Petinggi Perguruan Silat

Redakan Tensi, Kapolda Jatim Ajak Dialog Petinggi Perguruan Silat

Deny Prastyo - detikJatim
Kamis, 16 Mar 2023 23:30 WIB
Kapolda Jatim saat berdialog dengan petinggi perguruan silat di Jatim.
Kapolda saat berdialog dengan petinggi perguruan silat di Jatim. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto dan Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Farid Makruf berdialog dengan pimpinan perguruan pencak silat se-Jawa Timur. Pertemuan di Gedung Patuh Mapolda Jatim itu bertujuan untuk menjadikan Jawa Timur aman, damai, dan kondusif. Mengingat belakangan terakhir sering terjadi gesekan antarperguruan silat.

Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya TNI-Polri dalam menciptakan situasi yang aman kondusif serta menciptakan hubungan yang harmonis tanpa ada gesekan antar-perguruan silat yang ada di Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto menyampaikan hal-hal yang melatarbelakangi timbulnya persoalan antar-perguruan pencak silat yang menurutnya pasti dilakukan oleh oknum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya hanya melihat dominasi dari para pelaku yang sekarang berurusan dengan hukum adalah mereka yang di bawah umur, itu pun kalau sudah mengakibatkan korban meninggal, luka berat, cacat, dan bahkan kerugian yang lain (justru) akan merusak masa depannya," ucap Kapolda Jatim dalam sambutannya.

Lebih lanjut Kapolda Jawa menyampaikan keprihatinan tentang peristiwa pelemparan batu kendaraan rombongan GP Ansor Tulungaung di Kabupaten Trenggalek beberapa waktu lalu. Aksi pelemparan itu belakang diketahui dilakukan oleh oknum salah satu perguruan silat.

ADVERTISEMENT

"Saya prihatin, itu ada pelemparan kendaraan di jalan tol yang berisi 8 penumpang, dilempar batu di kaca kendaraan yang sedang melaju. Saat ini sopirnya masih kritis bersama satu penumpang lain. Coba bisa dibayangkan kalo itu menimpa kita? Inilah potret yang terus ditampilkan dari peristiwa-peristiwa kekerasan oleh oknum antar-perguruan pencak silat ini," kata Kapolda Jatim.

"Apakah kita akan membiarkan anak-anak kita, anak didik kita yang masih remaja, yang masih punya masa depan, masa depannya hilang karena harus dipenjara?" Tanyanya kepada para hadirin.

Kapolda Jawa Timur bersama dengan Pangdam V Brawijaya berharap betul agar semua yang punya andil dalam perguruan silat di Jatim memiliki rasa bertanggung jawab sebagai pimpinan atau sebagai apa pun dalam pengurusan perguruan pencak silat.

"Jangan pernah kita biarkan anak-anak didik yang ada terus berjatuhan karena kurang pengawasan dan sebagainya. Akibatnya sempat ada peraturan dan peringatan. Kami melarang aktivitas di hari Sabtu, Minggu dan malam hari. Karena inilah peta yang kami lihat dari analisa, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi," tandasnya.

Kapolda juga berterima kasih kepada perguruan pencak silat yang ada di Kabupaten Magetan karena di daerah itu tidak pernah terjadi gesekan antar-perguruan silat.

"Saya terima kasih ini di Magetan tidak pernah ada peristiwa, satu kali pun di antara perguruan pencak silat yang ada di sana pada saat kami berkunjung memberi suatu kebanggaan tersendiri. Ini artinya ada keguyuban untuk terus menjaga harkamtibmas yang ada di wilayah itu. Saya ingin ini diadopsi di tempat yang lain," ujarnya.

Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jawa Timur Supratomo mengatakan gesekan antar-perguruan silat kerap terjadi di tingkat bawah.

"Nanti akan kami didirikan paguyuban yang sekarang sudah ada paguyuban di tingkat kabupaten kota nanti akan didirikan di seluruh Jawa Timur. Sehingga tidak ada gesekan dan pergeseran," kata ketua IPSI Jatim. "Tadi kan disampaikan ada gesekan juga ada pergeseran. Gesekan di tempat lain bergeser ke tempat tetangganya."

Ia juga menjelaskan bahwa oknum yang kerap menimbulkan kerusuhan berasal dari komunitas yang tidak tergabung dalam perguruan pencak silat.

"Komunitas ini tidak diakui di dalam perguruan jadi tidak ada komunitas dalam perguruan, ini cuma perorangan-perorangan yang menggunakan atribut-atribut perguruan masuk dalam komunitas," ujarnya.

Supratomo menegaskan bahwa IPSI Jatim akan menggunakan teori mata rantai. Di mana kekuatan sebuah rantai terletak pada rantai yang paling lemah, sehingga yang paling lemah ini ada di tingkat remaja, ada di tingkat anak-anak.

"Ini yang juga harus menjadi perhatian dari kita semua, harus ada wadah untuk membina mereka. Mereka perlu berekspresi dan beraktualisasi. Kita perlu memberikan wadah, sehingga nantinya mereka akan terbina dan terkendali," tandasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads